BAB 50 | Memory

100 14 0
                                    

Pertarungan terus berlanjut. Zean melemparkan serangan terus menerus ke arah Tatiana, sayangnya wanita itu bisa menanggapi serangannya dengan santai, seakan lemparan lava dan serbuan api darinya bukan apa-apa bagi wanita itu.

"Sudalah, Zean. Kau bukan tandinganku," ucap Tatiana di tengah pertarungan.

"Kau memang pintar karena berhasil memikirkan cara ini untuk menarik Luna Fletcher keluar, tapi sayangnya, rencana ini tidak akan berhasil seperti dugaan kalian. Aku bukan lawan yang mudah untuk bisa dikalahkan."

Serangan Zean berhenti, pemuda itu memandangan Tatiana dengan wajah mengeras. Dia kesal juga marah, tapi Tatiana benar, dia bukan lawan yang mudah untuk Zean.

"Kenapa kau melakukan ini?" Zean bertanya, benar-benar penasaran.

"Karena aku ingin kembali hidup? Melelahkan terus bersembunyi dan melihat semuanya melalui mata orang lain."

Alis Zean mengerut "hanya karena itu?"

Ekspresi wajah Tatiana berubah karena mendengar tanggapan Zean, ekspresi mengeruh tidak suka "hanya karena itu? Kau tidak tau rasanya terus terkurung disuatu tempat dalam waktu yang lama. Aku tidak bisa menghitung sudah berpa abad, tapi itu bukan waktu yang singkat."

"Aku tau, karena itulah kenapa kau menjadi gila," balas Zean. Dia tidak bisa sedikit pun bersimpati pada alasan Tatiana. Karena lelah dan bosan, bukan berarti harus mengambil kehidupan orang lain.

Tatiana menggeram marah, merasa diremehkan. Wanita itu kemudian menggerakan tangannya, membuat es menjalari kaki Zean dan menahan pergerakannya, membuat pemuda itu panik. Kemudian Tatiana maju, mendekati Zean dengan ekspresi menahan amarah.

"Kau meremehkanku, jika kau tau bagaimana cara aku berahkir seperti ini, apa kau masih akan beranggapan sama?"

"Aku tidak ingin tau! Kalian para roh elemen hanya parasit bagi kami yang hidup!" Zean memberontak, berusaha membebaskan diri dari es yang membelunggu tubuhnya. Sementara Tatiana terkejut akan tanggapan Zean, merasa sakit hati karena ucapannya.

"Semua yang terjadi, kekacauan ini. keberadaan kalian memicu orang-orang seperti Morana datang pada kami dan membuat kehancuran. Kalian seharusnya tidak pernah ada sejak awal!" Emosi Zean meledak. Dia tidak lagi bisa menahan kesabran menunggu Luna, dan keberadaan Tatiana yang menghuni tubuh Luna membuatnya sangat marah. Baik Tatiana maupun Leofric, Zean membenci para roh elemen. Mereka hidup karena mengambil energi kehidupan dari tubuh orang yang mereka tempati, dan tidak cukup tau diri karena mengambil kehidupan mereka juga.

"Kau seharusnya tidak bicara seperti itu, Valture."

Seseorang bicara dalam kepalanya. Zean mendengus karena tau siapa pemilik suara tersebut.

"Bukankah kau harusnya sedikit berterimakasih, karena berkat aku, kau masih bisa hidup tanpa rasa sakit berlebihan dari kutukan di tubuhmu."

"Kami bukan parasit seperti yang kau pikirkan, para roh element ada sebagai penyeimbang. Kau seharusnya bersyukur memiliki salah satunya."

"Aku bahkan tidak sudi memikirkan kenyataan bahwa kau ada dalam tubuhku." Zean berkata sarkas.

Tatiana mengernyitkan alisnya, sadar bahwa Zean tidak bicara padanya "apa itu Leofirc? Kau bicara padanya bukan?"

Perhatian Zean kembali pada manusia es di depannya dan kemudian menatap tajam.

"Leofric? Kau bisa mendengarku bukan. Kenapa kau tidak keluar dan hadapi aku secara langsung." Tatiana berkata lantang, tersenyum manis namun ada kelicikan dan dendam yang tersamar.

Alis Zean mengernyit "kau mengenal Fire Phoenix?"

"Jangan sebut dia begitu itu, namanya Leofric." Kata Tatiana memberi tau. Zean mendengus tidak peduli.

The Ruin Roses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang