Bagaimana rasanya bertahan di tengah hubungan samar antara kekasihmu dan sahabatnya? Di saat kau terluka dengan hubungan ini, kau baru menyadari bahwa kekasihmu juga terluka menahan perasaan yang tidak bisa ia ungkap pada sahabatnya.
"Seandainya ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
"Jadi apa Yura marah padamu?" Meline menyesap minuman lemon-nya, menatap lelaki di seberangnya menuntut jawaban. Sontak semua perhatian langsung tertuju pada Jovan yang kemarin tertangkap sempat mengalami pertengkaran dengan kekasihnya.
Siang itu kami berencana makan bersama di kantin sekolah. Okey ralat, mungkin bukan rencana tapi memang biasanya kami selalu makan siang bersama di kantin. Aku tidak tahu bagaimana menyebut pertemanan ini tapi mari anggap saja kami satu circle yang berisikan 5 perempuan dan 4 laki-laki. Mereka adalah Agam, Jovan, Ucup, William, Meline, Keisha, Dhania, Soraya dan Aku.
Jika aku boleh berterus terang, sebenarnya aku tidak masuk ke dalam circle mereka. Awalnya mereka hanya berdelapan karena setahuku mereka teman satu SMP. Tapi semenjak aku berstatus menjadi kekasih William beberapa bulan silam aku sering bermain bersama mereka yang entah kenapa lama-lama aku menjadi bagian dari mereka. Mungkin karena kebetulan aku satu kelas juga dengan mereka.
Jovan mendecih, "Kau harus tahu, ia mengabaikanku selama 1 minggu."
"Lagian kenapa kau tidak menjelaskan?"
"Aku tidak tahu ia akan marah sebesar itu?"
"Kau tahukan komunikasi itu penting!"
"Ya kupikir ia paham."
"Kau tolol juga dalam urusan cinta."
Sungguh ini adalah pemandangan yang sangat biasa kami lihat setiap hari, jam dan detik. Jika satu hari saja tidak berdebat itu mungkin kami sedang sariawan berjama'ah. Aku tidak tahu sudah terhitung berapa kali dalam sehari perdebatan kecil berlangsung. Entah itu Ucup dengan Keisha, Meline dengan Agam, Jovan dengan Dhania ataupun siapapun yang berkenan ingin berdebat saat itu juga. Yang pasti tidak mungkin dalam satu hari kami hening atau berdiam diri. Itu bukan gaya kami.
"Lalu putus?" timpal Agam, satu-satunya yang bahagia dengan kabar buruk tadi. Agam menatap Ucup yang sedang bermain ponsel lalu mengadahkan tangan.
"Kau berhutang seratus ribu padaku."
"Sial! Mana aku tahu Yura akan marah?"
Oh, Agam dan Ucup? Mereka adalah manusia terberisik sepanjang masa. Kau akan kesal berada di dekat mereka bahkan dengan jarak 3 meter sekalipun. Auranya menyebalkan dan membuat orang emosi. Aku tidak bohong karena Keisha dan Aku adalah korbannya.
Dan aku tebak pasti mereka sedang bertaruh soal hubungan Jovan dan Yura. Jangan terkejut bahwa apapun kejadian dalam dirimu akan dijadikan taruhan oleh dua orang ini. Tapi kupikir itu trik bagus untuk memoroti Hyeongseob, karena ia pelit jadi manfaatkan taruhan ini untuk menguras uangnya. Kau tahu, ia cukup tolol membaca situasi dan selalu berakhir kalah dalam taruhan.
"Kau menyuruh lelaki yang memiliki pacar untuk menemani teman perempuannya jalan-jalan? Kau pikir apalagi yang akan Yura lakukan?" Jawab Agam. Ucup hanya mencibir sebagai respon. Dengan berat hati menyerahkan uang seratus ribunya.
Sementara aku menatap mereka bergantian. Merasa terkesan dengan apa yang Agam katakan. Seandainya satu lelaki disini sadar dengan makna lain dari perkataan Agam tadi. Mungkin aku tidak mati penasaran menunggu kepekaannya.
"Tapi jika itu sahabat seharusnya tidak apa-apa kan?" balas Ucup tak mau kalah.
"Sebenarnya tidak masalah tapi mungkin kau harus tahu batasan. Maksudku, tidak ada salahnya menjaga hati kekasihmu, kan?"
Sebanyak apapun wejangan dari Agam kupikir itu tidak masuk ke telinga William. Lelaki itu hanya bermain ponsel sambil menyesap minumannya. Aku tahu ia memang biasanya pendiam, tapi keterlaluan mengabaikan kekasihnya yang jelas-jelas ada di depannya.
Karena sangat bosan menunggu Dhania yang sedang memesan makanan, aku hanya melamun menatap angin kosong di balik jendela, memperlihatkan langit yang cerah serta pepohonan yang berliuk-liuk tertiup angin. Sesekali menyimak perdebatan Ucup dengan Keisha tentang rasa eskrim apa yang paling enak, sesekali juga memperhatikan William yang sama sekali tidak merubah posisinya.
Beberapa menit kemudian Dhania datang, membawa dua mangkok siomay kuah. Ia meletakkan satunya di depanku. Aku tersenyum, akhirnya setelah sekian lama menahan lapar aku bisa makan juga.
"Makasih," ucapku sambil buru-buru mengambil sendok dan mulai memakan makananku.
"Haura, itu masih panas—"
"AW!" pekikku sontak ketika merasakan lidahku seperti terbakar.
Aku buru-buru mengambil minuman siapapun yang dekat dalam jangkauanku. Kebetulan jus setengah gelas milik William ada di depanku. Tanganku langsung meraih minuman itu dan menghabiskannya dalam beberapa teguk.
William yang menyaksikan aku kesetanan dan menghabiskan minumnya langsung menatapku sengit. "Hey apa kau diajari sopan santun?"
"H-huh?" tanyaku kebingunan, sambil menaruh gelas kosong itu di meja.
"Apa sopan mengambil minuman orang lain?!"
"A-aku tidak sengaja, t-tadi makanannya terlalu panas."
William mendecih, seperti tidakmau tahu kondisinya penting atau tidak, mengambil minuman orang lain adalah hal yang dilarang. Lelaki itu merapikan seragam, bangkit dari duduknya dan beranjak pergi memesan jus yang baru.
Aku tersenyum pahit dalam hati, jadi apa seorang perempuan yang mengambil minuman kekasihnya pantas diceramahi mengenai sopan santun? Maksudku apa mulutku menjijikan atau bagaimana? Aku bisa membelikannya yang baru jika ia keberatan. Aku memperhatikan William di seberang sana yang masih memesan jus hingga lelaki itu kembali ke meja dengan jus di tangannya aku masih tak melepaskan pandanganku darinya.
Lihat kan? Ia mencurigakan. Aku merasa William makin hari makin berubah. Meskipun dari dulu ia memang dingin padaku tapi ini sungguh keterlaluan.
Dengan setengah hati aku mencoba melupakan kejadian tadi dan berasumsi mungkin mood William sedang jelek hari ini. Aku kembali memakan siomayku dengan sedikit hati-hati kali ini, juga mendekatkan minuman punyaku berjaga-jaga jika aku kepanasan atau tersedak aku tidak mengambil milik orang lain.
"Uhukkk uhhukkk!!" suasana hening tiba-tiba terpecahkan oleh suara batuk dari seseorang. Aku menoleh, mendapati Raya yang duduk di sampingku tersedak dan terbatuk-batuk. Tangan besar milik seseorang langsung menyodorkan gelas minuman ke arah Raya, tadinya aku tidak terlalu menaruh perhatian hingga mataku menelisik sekilas dan menyadari tangan yang menyodori gelas pada Raya itu adalah William.
Ya, William. Kekasihku.
Aku hanya memperhatikan William yang selain menyodorkan minum ia juga mengambil tissue di ujung kiri. Keluar dari tempatnya untuk mengambil tissue dan kembali duduk lalu menyerahkan pada Raya.
Dia berjuang sekali.
Aku tersenyum pahit
•••
di saat kau marah karena aku mengambil milikmu. di sisi lain kaumemberikannyapada gadis yangbahkanbukankekasihmu.