reason 8

28 2 0
                                    


—————

sakit

—————

—————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Aku serius kau harus ke UKS Haura," Meline memaksaku sejak setengah jam lalu untuk pergi ke UKS dan menangani perutku. Sialnya, ia memaksaku untuk pergi kesana tapi enggan mengantarku dengan alasan tempatnya sangat jauh. Maksudku apa orang sakit yang bahkan tidak sanggup berdiri harus ke UKS sendiri? Sinting dia.

"Dimana William?"

Meline sudah menatapku malas. Dia memang paling anti jika aku sudah membahas apapun tentang William. Kuakui aku memang agak berisik soal William tapi gadis itu bereaksi seolah-olah 24 jam kerjaanku hanya memikirkan tentang William, dimana William, sedang apa William. Apa aku seobsesif itu?

"Meline, dimana—"

"Tidak tahu! Kau ini berisik sekali. Sudah dengan baik hati aku menemanimu, kau malah menggangguku dengan seratus pertanyaan dimana William berada."

"Seratus kau bilang?!" bantahku tidak terima.

"Aku heran kenapa William bisa jatuh cinta padamu sih? Jujur kau berisik!"

"Cinta itu buta. Kau mungkin tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta, kan? Kerjaanmu hanya main-main dengan lelaki lain."

"Sialan! Tapi kau benar. Belum ada satu lelaki pun yang menarik di mataku."

Alih-alih aku iba dengan Meline yang kelihatannya tidak pernah memikirkan soal cinta. Di lubuk hati aku merasa iri. Ia beruntung, tak pernah merasakan sakitnya patah hati.

"Jadi dimana?!" Meline hanya memutar bola mata jengah. Hampir mengeluarkan umpatan tapi aku menangkap basah dirinya sehingga ia spontan menutup mulutnya rapat-rapat.

"Aku hubungi William sekarang juga!" jawab Meline. Aku tersenyum menang.

William S

online

Selesaikan urusanmu dan temui Haura. Dia berisik.

Oh bagus aku sudah selesai dengan urusanku.

Cepat, sialan!

K

"Puas?! Aku pergi," gerutu Meline sambil menunjukkan roomchat nya dengan William. Aku hanya cengengesan, tak lupa mengucap terimakasih saat gadis itu bangkit dari duduknya. Dia memang penyelamat saat ponselku mati dan tak bisa menghubungi William.

Bibirku tersenyum saat menemukan Meline yang tergantikan oleh sosok William di ambang pintu. Ia mendekat dan duduk di sebelahku. Sesaat aku merasa lega, kupikir ia benar-benar mengabaikanku dan sengaja tidak berdiam diri di kelas. Entahlah, akhir-akhir ini aku selalu berprasangka buruk pada William. Tentu aku merasa bersalah setelah mengetahui ia tidak seperti apa yang aku pikirkan.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang