—————
duduk bareng
—————
•••
Pagi yang aneh karena pagi ini aku berangkat lebih awal dari biasanya. Bukan, bukan karena ada jadwal piket atau tugas yang mesti selesai hari ini juga. Itu karena ulah kakakku yang entah kesetanan pagi itu sehingga harus pergi ke kantor lebih awal. Alhasil karena aku biasa diantar kakakku tentu aku yang harusnya menyesuaikan jam berangkatnya.
Ya ampun, ini jam enam kurang dan dengan rajinnya aku sudah di sekolah.
Seperti dugaanku sejak awal sekolah masih sepi. Bel masuk yang biasanya berbunyi pukul 07.15 tentu menjadi jawaban kenapa jam 05.50 terasa begitu sepi.
Sesampainya di kelas, tidak ada bedanya dengan suasana di koridor tadi—sangat sepi. Tidak ada siapa-siapa disini. Hanya ada angin kosong dan suara hembusan dari luar jendela yang meliuk-liuk meniup pohon. Dengan malas aku berjalan mendekati kursiku dan mendudukkan diri disana. Terus terang aku masih merasa ngantuk. Aku harus apa biar tidak ketiduran pagi-pagi buta begini?
Teringat aku membawa cemilan di tasku, kupikir itu ide bagus untuk tetap terbangun. Aku mengambil satu bungkus keripik kentang dalam kantong, merobek bungkusnya dan memakan santai selagi menunggu siapapun yang datang untuk ku ajak mengobrol—upaya lain agar tidak mengantuk. Tapi kuharap yang datang bukan Jovan, Agam atau Ucup. Karena alih-alih mengobrol mereka pasti mencuri keripik kentangnya. Dan aku tidak sudi menyerahkannya satu kepingpun.
Tapi sialnya hingga menit ke 20 belum ada satu orang pun yang datang ke kelasku. Beberapa aku lihat sudah datang tapi sepertinya itu kelas sebelah. Mereka hanya lewat di koridor. Aku yang keburu mengantuk hanya menaruh keripikku di atas meja dan memejamkan mata dengan posisi masih duduk tegak.
"WOY!" seseorang tiba-tiba memekik sambil menggebrak meja membuat aku tiba-tiba tersentak dan langsung membuka mata.
Jantungku berdegup kencang karena terkejut. Mataku langsung melesat pada lelaki yang duduk di meja depanku sambil memakan keripik kentangku.
Sial, Jovan!
Baru saja aku berharap bukan Jovan yang datang. Lihatkan ia mencuri keripikku.
"Tumben kau berangkat pagi," tanyanya sambil memakan keripikku santai.
"Sopan sekali kau duduk di meja."
"Hehe Sorry. Jika kau masih mengantuk harusnya kau datang jam 8 saja," jawabnya sarkas. Okey, berani sekali dia melemparkan kalimat itu padaku.
"Sini keripikku."
Saat tanganku hendak meraih bungkusnya lelaki itu menarik tangannya ke belakang, menghindarkan keripik kentangnya dariku. Aku merenggut heran, apa maksudnya menjauhkan keripik dari pemiliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
Teen FictionBagaimana rasanya bertahan di tengah hubungan samar antara kekasihmu dan sahabatnya? Di saat kau terluka dengan hubungan ini, kau baru menyadari bahwa kekasihmu juga terluka menahan perasaan yang tidak bisa ia ungkap pada sahabatnya. "Seandainya ka...