WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!
• • •
Hari ini adalah akhir pekan dimana hari ini adalah hari khusus Dylan dan Disha menjaga baby Zayn sepanjang hari, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi kedua orang tua muda saat SMA itu harus meluangkan waktu untuk bayi mereka sepanjang hari. Bermain bersama salah satunya.
"Gue pengen belajar mandi’ in baby Zayn," seruan dari Dylan membuat Disha yang tengah membersihkan karpet beludru di ruang keluarga dengan alat pembersih debu melirik.
Dylan yang selesai merapikan meja makan bekas sarapan mereka langsung menyambar baby Zayn tengah asyik bermain di atas trollernya.
"Emang bisa?" tanya Disha agak ragu, ia menatap Dylan yang sudah menggendong Zayn dan berjalan menuju lantai atas tepatnya ke kamar mereka.
"Makanya ajar in," balas Dylan menyahut. Cowok itu terus mengecupi gemas perut gemul baby Zayn dan membuat bayi berusia lima bulan itu terkikik geli.
Disha menghela wajah serta rambut sekitar poninya tampak basah oleh keringat, gadis itu langsung menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar ia dapat mengajarkan Dylan cara memandikan bayi nya.
. .
Disha melirik pada pintu kamar mandi yang terbuka menampakkan Suami serta bayi mungilnya saling tertawa saat mereka melayangkan candaan kasih sayang satu sama lain. Dylan tampak bahagia dengan figur barunya akhir-akhir ini, menjadi seorang Ayah juga Suami yang baik untuk keluarga kecilnya. Terlihat bagaimana cara Dylan memperlakukan baby Zayn yang begitu sangat tulus dan penuh rasa cinta, bagaimana tidak Dylan telah mempertaruhkan semuanya demi buah hati tercintanya yang sudah ia anggap seperti Putra kandungnya sendiri.
"Hhmm ... Baby Mami wangi banget sih," puji Disha saat ia mencium gemas perut gemul baby Zayn yang sudah ia baringkan di atas ranjang untuk segara ia pakaikan pakaiannya, sebab hari ini mereka akan berkunjung ke kediaman Mahaprana untuk menghabiskan akhir pekan bersama.
"Iya dong, Mami siapa dulu yang bantu mandi in nya?" sahut Dylan dengan suara yang dibuat-buat seperti anak kecil membuat Disha terkekeh pelan.
"Makasih ya, Papa udah bantu baby Zayn mandi," ucap Disha menggemaskan dengan nada suara lucu seketika membuat Dylan terpaku takjub. Cowok itu tersenyum lebar lalu mengecup kilat pucuk kening Disha yang langsung menoleh cepat.
"Lucu banget sih,"
Disha tersipu seketika entah kenapa akhir-akhir ini Dylan selalu saja membuat detak jantungnya tak sehat, mulai dari cara memuji hingga memberikan kecupan singkat dan hangat benar-benar membuat Disha merasakan hal yang sangat istimewa.
"Yaudah sana mandi duluan, ntar gue mandi se abis lo selesai," titah Disha setelah mereka berdua lama menatap satu sama lain seraya tersenyum penuh arti.
"Kerjaan rumah udah selesai?" tanya Dylan cowok itu ikut memperhatikan Disha yang begitu telaten memakaikan pakaian bayi mereka.
"Tinggal jemur cucian aja, tadi udah gue kering in di mesin," balas Disha. Baby Zayn yang tertawa-tawa renyah hanya menatap saling bergantian kepada Mama serta Papa nya.
"Yaudah bentar gue jemur," kata Dylan seraya melongos siap meninggalkan kamar.
"Ih, gak apa-apa biar gue aja," tahan Disha walau gadis itu tampak setengah tergesa memakaikan baju bermotif bajak laut pada baby Zayn.
Dylan yang menghentikan langkahnya menoleh, kedua tangannya berkacak menatap lurus pada Disha.
"Udah banyak kerjaan yang lo kerja in Sha." desis Dylan membuat Disha menghela.
"Sekarang giliran gue, biar gue yang jemur cucian abis itu gue bakal siap-siap mandi," lanjut Dylan, dan belum sempat Disha membuka mulutnya lagi cowok itu sudah melongos pergi begitu saja keluar kamar. Dylan sengaja melakukan itu agar ia tak mendapatkan omelan cempreng pagi-pagi khas Istrinya itu.
"Maa ... Maa ...." oceh baby Zayn seketika mengalihkan Disha. Gadis itu tersenyum lebar matanya tidak lagi terlepas dari tingkah Putranya yang sangat menggemaskan.
"Nah, sekarang baby nya Mama sama Papa udah siap." seru Disha lalu mencium lagi seluruh wajah serta tubuh baby Zayn yang sangat wangi dengan aroma bayi yang khas.
. . .
Gelak tawa renyah dari bayi yang tengah dimanjakan oleh Tante, Om, Kakek juga Neneknya membuat Disha yang sendari tadi duduk di tepian kolam renang ikut memperhatikan hanya bisa tersenyum hangat.
Kini semua perlahan mulai berubah sedikit demi sedikit. Nyonya Anya yang mulanya tak menyetujui pernikahan Putranya dengan gadis Yatim Piatu seperti Disha akhirnya perlahan luruh, mulai menerima Disha dan mulai memberikan rasa kasih sayang pada Cucunya yakni baby Zayn. Disha sungguh sangat bersyukur dengan perubahan yang membawa kehidupannya lebih menjadi berarti.
Tuhan memang adil padanya, sejak dulu Disha memang tak pernah memiliki keluarga yang lengkap bahkan ia tak tahu bagaimana rasa hangatnya sebuah keluarga. Hingga Tuhan harus menggariskan takdirnya dengan cara bertemu seorang pria juga bayi mungil tak berdosa masuk ke dalam hidupnya. Hadirnya Dylan serta baby Zayn merubah segala kehidupan Disha yang semula gelap gulita berubah secara perlahan menjadi secercah cahaya terang.
Tak bisa terbayangkan dengan akal logika bagaimana ia bisa bertahan di dunia ini seorang diri tanpa didampingi oleh kedua orang tua juga keluarga lengkap. Disha hanya hidup sebatang kara sehingga ia harus menanggung semua beban dunia di punggungnya. Jika bukan karena Tuhan memberikan sebuah cobaan yang akan mengubah hidupnya menjadi lebih berarti Disha mungkin akan mengakhiri semuanya, sebab setiap malam ia harus saja mengeluh dan menangisi semua garis takdir kehidupannya. Tuhan benar-benar tak adil. Itulah yang selalu Disha keluhkan setiap malam. Hingga Tuhan kembali merubah jalan takdir Disha dengan menghadirkan sosok Dylan dan baby Zayn yang siap menjadi tiang fondasi kuat untuk Disha bisa bertahan, meski awal perjuangan mereka bertiga tak semulus sekarang, bisa Disha akui bahwa setiap ujian Tuhan tak ada yang langsung berjalan mulus saat di berikan, semua harus di mulai dengan lika-liku menuju kebahagiaan.
Linangan air mata yang ia bendung hampir saja tumpah kalau bukan saja Dylan yang datang dan ikut duduk di sampingnya. Disha amati wajah Dylan yang memang sangat tampan, apalagi wajah itu yang terpantul oleh sinar matahari itu membuat siapa pun pantas saja tergila-gila akan pesonanya.
"Baju lo gak basah kalo duduk gitu?" tanya Dylan cowok itu berjongkok di samping Disha seraya menyerahkan satu gelas penuh jus mangga pada gadis itu yang masih setia duduk sambil mencelupkan kedua kakinya ke dalam kolam renang besar samping rumah mewah milik Tuan Gama Mahaprana.
"Basah ujungnya doang," balas Disha seraya tersenyum tipis menatap Dylan sebentar lalu pandangannya beralih kembali menatap lurus pada keluarga besar Mahaprana begitu asyik bermain dengan bayi mereka yang baru saja bisa terduduk sendiri.
"Yaudah masuk ganti baju, lagian di sini panas kenapa lo gak ikut gabung sama mereka?"
Disha tersenyum lagi matanya yang sendu membuat Dylan diam terpaku.
"Jadi gini rasanya punya keluarga lengkap Lan?" tanya Disha bergetar parau.
Dylan mengerjap beberapa kali, ia menghela kecil menatap sebentar pada keluarganya yang masih senang bermain dengan bayi mereka. Paham akan kesedihan yang melanda Istrinya secara tiba-tiba membuat Dylan menghela panjang.
"Ikut gue, lo harus ganti baju," ucap Dylan lalu menarik lembut sebelah tangan Disha untuk naik dari kolam dan berganti pakaian.
"Jangan nangis di sini, lo bisa nangis nanti di kamar," lanjut Dylan menggiring Disha untuk masuk ke dalam rumah.
"Bang! Mau kemana?" teriak Devan dari belakang seketika membuat langkahnya terhenti. Dylan dan Disha kompak menoleh, menatap seluruh keluarganya yang sudah menatap sedikit heran pada mereka. Apalagi baby Zayn yang tengah digendong Nyonya Anya tertawa renyah sendiri.
"Urusan Suami Istri!" balas Dylan jengah, entah kenapa Adik laki-laki nya selalu saja kepo dengan kehidupannya.
Devan tertawa keras mendengarnya. "Simulasi buat dedek bayi baru buat baby Zayn ya gaes ya?"
Semua orang tertawa mendengar penuturan Devan, remaja belia itu seolah tak merasa berdosa setelah kekasihnya yakni Dayana memukul cukup keras lengannya saat baby Zayn malah ikut tertawa mendengarnya seolah bayi mungil itu merasa paham, kalau bukan Daisy yang menutup telinga bayi itu pasti baby Zayn akan mendengar semua goyunan aneh dari Om nya untuk Papa serta Mama nya yang sudah berlalu masuk ke dalam rumah.
"Sinting itu bocah." maki Dylan ketus.
"Gue nitip baby Zayn bentar!" teriak Dylan di dalam rumah.
"Wokey Bang! Gak usah khawatir gue jagain sampe lo berhasil buat-- aaww ... Sakit Ayangku!"
"Ngomong apaan sih, kamu itu ih?!" geram Dayana mencubit perut Devan membuat cowok itu semakin tergelak hebat bersama yang lain.
. . .
"Jadi itu alasan lo putus dari Celine?"
"Hmm."
Disha menghela kecil kepalanya tertunduk sebentar. Sekarang ini Disha dan Dylan berada di kamar cowok itu, setelah mengganti pakaian yang basah kini Disha mengenakan kaus besar polos kebesaran milik Suaminya. Sebab tak membawa pakaian lain Disha terpaksa memakai kaus milik Dylan yang sangat besar di tubuh mungilnya itu.
Keduanya duduk di tepian ranjang dengan saling menukar cerita satu sama lain, mulai dari cerita kehidupan pribadi Dylan sampai kemasalah percintaannya yang lampau Dylan ungkapkan semua. Ada rasa sedikit aneh pada hatinya ketika mendengar cerita jika Dylan harus melepaskan Celine secara terpaksa. Apakah sampai saat ini cowok itu masih belum bisa melepaskan Celine sepenuhnya? Disha menggeleng cepat saat memorinya berputar kembali di saat Dylan dan Celine saling berpelukan di ruang UKS beberapa hari lalu, meski Disha tahu Celine sengaja melakukan hal tersebut sebab ingin Dylan kembali ke dalam pelukannya lagi dan melepaskan tanggung jawab Dylan sebagai seorang Suami dan Ayah untuk Disha juga bayi mereka.
"Bukan karna terpaksa gue lepasin Celine," lanjut Dylan seketika membuat Disha yang mulanya tertunduk mendongkak perlahan menatap sendu Suaminya.
"Gue laku in ini karna demi kebaikan dia, kebaikan lo juga kebaikan buat baby Zayn. Gue udah pikirin masalah ini matang-matang, lebih baik gue lepasin Celine dari pada gue ngerasa bersalah karna terus nyakitin dia. Gue juga gak mau nyakitin lo sama baby Zayn karna lo berdua sekarang tanggung jawab gue," jelas Dylan panjang lebar. Entah kenapa hati Disha semakin sangat aneh sekarang ini. Antara sedih dan bahagia perasaan itu bercampur menjadi satu.
"Apa lo masih sayang sama Celine?"
Satu pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Disha.
"Jujur gue masih belum bisa ngelupa in dia, gimana pun gue sama dia pacaran udah hampir mau 3 taun Sha, jelas cara ngelupa in seseorang yang pernah singgah dihati lo bakal lama lo lupa in," balas Dylan sejujur-jujurnya. Disha mengangguk kecil, walau hatinya terasa sedikit berat menerimanya. Ia dapat memaklumi melupakan orang yang kita sayang butuh perjuangan yang sangat panjang.
"Lo tenang aja, seiring berjalannya waktu suatu saat lo pasti bisa ngelupain Celine." ungkap Disha dengan memberanikan diri merangkul kedua bahu Dylan bermaksud untuk menyemangati cowok itu.
Keduanya bungkam dan suasana seketika menghening mereka saling menatap satu sama lain, paham atmosfer kamar berubah dengan cepat Disha melepaskan rangkulannya itu. Kamar besar bernuansa abu-abu misty memanjakan indra penglihatan, banyak dekorasi serta Furniture yang membuat kamar itu terlihat sangat mewah dan indah.
"Sha," panggil Dylan memecahkan keheningan, secara refleks Disha berdehem menanggapi.
"Gue belum denger cerita kehidupan lo," ucap Dylan yang seketika membuat Disha merasakan hatinya secara tiba-tiba bergeser setelah cowok itu menanyakan hal tersebut.
Menceritakan semua kisahnya itu sama saja dengan membuat hati serta dirinya lemah, bukankah selama ini Disha berusaha keras menahan air matanya agar tidak pernah jatuh setitik pun bahkan di hadapan orang lain?
"Kisah gue lebih buruk dari kisah buruk yang orang lain punya, kalo gue cerita in pun mungkin lo gak akan percaya Lan," balas Disha dengan senyuman hambar menghiasi bibirnya. Sejak dulu Disha memang selalu bertekad untuk tidak pernah menangis dan berusaha melupakan kisahnya yang terlalu sangat pahit.
"Berenti kasihan in diri lo sendiri, sekarang lo ada gue. Bagi semua cerita lo sama gue Sha, jangan lo pendem sendiri biar in gue juga tau segalanya tentang lo,"
Tanpa sadar sepertinya ucapan Dylan menghipnotis Disha, dengan lambat laun bibirnya mulai terbuka lidahnya yang sendari tadi kelu mulai pasih menceritakan tentang luka masa lalunya.
"Gue ini bukan siapa-siapa Lan, gue itu cuma cewek lemah lo salah kalo nilai gue selama ini, dibalik sikap gue yang tertutup gue ini cuma cewek yang gampang banget nangis tapi tekat gue terlalu kuat agar gak pernah nangis lagi," jelas Disha tanpa terasa nada bicaranya bergetar menahan tangis.
"Kalo lo butuh tempat buat bersandar gue bakal siap tiap saat, karna apa? Gue bakal ada selalu di samping lo." ucap Dylan dengan tekadnya yang sangat yakin.
"Lan ... Gue ini hidup sebatang kara sejak kecil gue di tinggal in sama kedua orang tua gue, ibu sama ayah udah pergi selamanya, ibu meninggal waktu beliau ngelahirin gue dan ayah meninggal waktu gue umur 2 tahun dan waktu itu tempat gue bertumpu cuma Bibi Adik Perempuan ayah gue, tapi sayang dia gak mau ngerawat gue katanya gue itu penyebab utama kepergian ayah untuk selama-lamanya." jelas Disha dengan mulai menerawang masa lalunya.
•••Flashback On•••
Rumah Sakit Bhakti Jaya. 16 tahun yang lalu ...
Uhuk.
Suara lemah Tuan Bryan Widjaya Prameswari mulai meninggalkan pesan terakhirnya pada Adik perempuan kesayangannya.
"Mega. Jaga dia, jaga Disha Putriku."
"Uhuk ... A-a-aku sudah tidak bisa merawatnya lagi, tolong rawat Disha sampai dia tumbuh dewasa menjadi gadis cantik yang tangguh. Jangan biarkan Disha sendirian Mega, to-t-tolong." ucap Tuan Bryan dengan nada yang sangat lemah dan tak memungkinkan lagi, dan saat itulah kata-kata terakhirnya sebelum Tuan Bryan Widjaya Prameswari meninggal dunia dan meninggalkan Putri semata wayangnya yakni Disha Adisthy Prameswari.
"Kak! Kakak jangan bilang kaya gitu. Kakak pasti sembuh jangan ngomong lagi kak, Dokter akan segera menangani kakak." ucapnya Bibi Mega dengan isak tangis yang begitu pilu hatinya terasa sangat sesak membayangkan kepergian Kakaknya yang telah meninggalkannya untuk selamanya. Namun, apa daya tuhan telah berkehendak.
Tuhan mungkin sudah mempunyai rencana yang lebih indah, saat nyawa meninggalkan raga, kini badan tiada berharga, lidah keluh, wajah pucat dan bibir mengatup.
Dedaunan pun ikut berguguran, gemuruh mulai mengulang kesana-kesini. Bahkan petir mengkilat dan hujan pun mendera
saat ini Mega tidak dapat lagi berkata, hanya air mata mewakili keperihan hatinya
seorang laki-laki yang telah memberikannya kasih sayang sebagai Kakak kini telah pergi untuk selamanya.
"Kakak!" jeritannya memenuhi ruang ICCU Rumah sakit itu.
Tangisannya benar-benar sangat pecah hingga pandangan Bibi Mega mengarah pada seorang anak kecil baru saja berulang tahun dengan usia 2 tahun itu terus menjerit menangis, gaun indah pesta ulang tahunnya basah oleh keringat dan air mata. Mungkin gadis kecil itu ikut merasakan kepergian atas kepergian Ayahanda tercintanya.
Bibi Mega, wanita itu menyipit kedua matanya nafas pada dadanya naik turun tak beraturan terlihat sangat menggebu-gebu dan sesak setelah melihat Disha kecil menjerit menangis histeris sebab ketakutan.
"Anak sialan! Lo anak pembawa sial buat apa lo lahir ke dunia ini kalo lo cuma buat Kakak gue pergi selamanya jal**g!"
Bugh.
Bugh.
Bugh.
Tanpa ampun Mega terus memukuli Disha kecil yang tak berdaya secara kuat, banyak suster serta Dokter berusaha melerainya namun kekuatan Mega sangatlah kuat, sampai-sampai Disha kecil yang malang itu menangis histeris tanpa suara bahkan pukulan Mega yang kuat itu meninggalkan banyak memar di tubuh Disha. Orang kata jika seseorang menangis hingga suara tangisannya itu hilang dipangkal tenggorokannya itu tandanya tangisan tersebut sangatlah menyakitkan jiwa serta raga.
"Lo gak akan hidup selamanya. Gue jamin lo bakal hidup sengsara. Sampe kapan pun gue bakal benci lo anak per*k!"
"Lo pembawa sial Disha!"
•••Flashback Off•••
Disha tersenyum ketir dengan air mata berjatuhan tanpa ampun.
Tanpa terasa air matanya ikut membasahi pipi bahkan ia berkecamuk dengan hatinya sendiri kenapa ia tidak menyadari ternyata selama ini ketegaran Istrinya ini hanyalah kebohongan belaka, kebohongan saat ia berpura-pura tegar didepannya dan bersikap acuh tak acuh.
'Tuhan gue pengen banget jaga dia, gue pengen banget ngelindungi nya gak bakal gue biar in air mata berderai lagi jatuh keluar dari kelopak matanya.' lirih batin Dylan dengan ketulusannya.
Disha terisak kepalanya tertunduk dalam, bahkan Disha tidak bisa menahannya lagi saat Dylan terus saja memandanginya mulai dari tadi bahkan ia pun tidak bisa bergerak seolah kaku juga mati rasa. Membiarkan Dylan kembali menciumnya, awalnya ia amat tegang perasaannya campur aduk namun perlahan ciuman itu telah memabukkannya, ia hanya bisa bertanya apakah ini cinta?
Dylan bahkan tidak hanya mencium bibirnya namun mengenai seluruh wajahnya dan perlahan turun ke lehernya, Disha tidak tau yang sekarang ia rasakan yang pasti ini sangat membuatnya merasakan menjadi wanita yang berharga.
"Lo sekarang udah ngerasain apa itu cinta?" tanya Dylan sementara Disha tak berucap namun sorot matanya yang lembut mengartikan sebuah makna, tangannya yang tadi terkulai kini bergerak melingkar dicecuruk Dylan dan ia memeluk begitu lembut, tanpa kata ia menempelkan bibirnya ke atas bibir milik Dylan yang begitu lembut dan hingga akhirnya Dylan merespons ciuman itu untuk ke sekian kalinya dan ia memeluk erat pinggang Disha dengan maksud menghapuskan jarak diantara mereka.
‘sekarang gue bisa ngerasa in arti cinta dan takut kehilangan, Lan.‘ batin Disha.
'Lan, gue bahkan pengen merasakan yang lebih mungkin setelah ini gue juga mungkun bakal ngasih semua rasa cinta gue seutuhnya buat lo.' lanjut batin Disha terus menerus berucap.
Sekarang Disha benar-benar berperang dengan logikanya dengan seribu pertanyaan yang muncul, kenapa hatinya bisa seperti ini? Hatinya benar-benar sudah terbius dengan perlakuan Dylan namun, otak kanannya telah berhasil mengajaknya berdamai.
Rasanya Disha terlalu bodoh namun, kebodohan ini terus saja menghunjamnya dengan rasa yang menggebu dan rasa menginginkan hal yang lebih.
"Kenapa nasib lo kasar banget Sha?" tanya Dylan ikut teriris hatinya. Suara tangisan Disha semakin pecah membuat Dylan semakin mengeratkan pelukannya, mengecup habis seluruh wajah Istrinya dan kembali memeluknya erat dan dekap.
"Gue bakal ada terus di samping lo Sha, gue janji."
.
.
.BERSAMBUNG...
. . .
Follow Instagram : @sssin17
FOLLOW Instagram 2 : @dailysweetdreams.secret
Follow Wattpad : @sssin17
Facebook : @Newly Daily iaa-kimJangan lupa baca cerita pertama aku : Most Wanted Boy in the School (Arjuna Story)
Cerita kedua : KIARA
![](https://img.wattpad.com/cover/310730537-288-k952213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Orang Tua Muda Saat SMA [ TERBIT ]
Random[ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] 🌻 JANGAN LUPA LIKE DAN SHARE!! 🌻 🌼 Jangan lupa juga follow Akun Utama Newly Daily iaa Kim, follow juga Instagram @sssin17, dan terutama jangan lupa Follow Wattpad @sssin17 🌼 Sinopsis : Apa jadinya jika Dylan Al...