10. Hari Pernikahan

6.4K 274 0
                                    

WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

• • •

Dua pekan berlalu dengan tak terasa. Kini pasangan calon pengantin sudah mendarat di Lombok untuk melangsungkan acara pernikahan esok pagi. Disha termenung dalam menatapi pantulan seluruh wajah serta tubuhnya pada cermin besar meja rias di dalam kamar yang tampak asing. Ya, saat ini Disha tengah berada di Massion pribadi milik keluarga Mahaprana lebih tepatnya ini adalah salah satu Massion milik Dylan sebagai pewaris sulung nantinya jika kedua orang tuanya tiada maka Massion ini akan menjadi miliknya sebab Tuan Gama membeli Massion ini mengatas namakan Dylan.

Massion besar dan mewah yang memiliki segala macam fasilitas membuat tempat ini begitu indah juga nyaman, terletak di sebelah barat pantai Kuta Lombok pemandangan yang akan langsung tertuju pada samudra memanjakan indra saat memandangnya.

Disha terus menatap pantulan dirinya yang sudah tampak anggun dan cantik mengenakan dress Navy tanpa lengan sebatas lutut riasan wajah natural serta uraian rambut cokelat tergerai indah begitu saja, sudah 10 jam sejak ia tiba di Lombok bersama Dylan serta bayi nya.

Malam ini Disha dan Dylan akan menyambut kedatangan keluarga besar Mahaprana yang akan menyaksikan secara langsung upacara pernikahan mereka berdua. Sebenarnya ini bukan acara yang Disha dan Dylan pikirkan mereka hanya ingin menikah secara sederhana dan cukup dihadiri orang tuanya saja sebagai wali saksi atas pernikahan mereka. Bahkan Dylan dan Disha pun tak menyangka jika hari pernikahan mereka mesti diselenggarakan secepat ini, dan juga acara pernikahan keduanya diselenggarakan di Lombok tepatnya di pantai Kuta dengan resepsi besar karena keluarga Pradipta akan berkumpul dan merayakan acara pernikahan anak mereka.

Gadis itu tersenyum pelik, padahal mereka menikah hanya sebatas kesepakatan bukan karna atas dasar cinta dan saling menyayangi namun entah kenapa Tuan Gama menginginkan mereka menikah secara terbuka dan mengundang beberapa tokoh pengusaha ternama. Ia paham maksud dari Ayah calon mertuanya itu, pernikahan ini juga bersangkutan dengan bisnis Tuan Gama ingin tokoh-tokoh yang ia undang tahu jika putra sulungnya itu telah menikah dan kelak akan menjadi pewaris sulungnya.

"Sha?"

Disha melirik pada sumber suara ia hafal pemilik suara itu, tatapannya langsung bertemu dengan sosok Dylan yang kini sudah berpenampilan berbeda dari sebelumnya. Cowok itu kini mengenakan tuxedo terlihat cocok dan sempurna saat ia mengenakannya.

"Om Gama sama Tante Anya udah sampe?" tanya Disha gadis itu kini tengah menyisir lagi tataan rambut lebatnya.

"Mereka udah di Restoran," balas Dylan cowok itu menggendong Zayn yang sudah terbangun entah sejak kapan diranjang Disha, bahkan gadis itu tak menyadari jika bayinya sudah bangun sendari tadi.

"Berangkat sekarang?" tanya Disha berbalik badan memandang Dylan.

"Udah siap?" Disha mengangguk kecil lalu menghela untuk menetralkan rasa gugupnya.

"Biar gue yang gendong Zayn," ucap Disha meminta Dylan agar menyerahkan Zayn padanya.

"Gak apa-apa biar gue, ayo kita berangkat sekarang," ajak Dylan yang diangguki kecil oleh gadis itu.

. .

"Cantik ya Mas calon menantumu," puji Tante Siska, Adik perempuan Tuan Gama memuji lembut Disha yang hanya tersenyum-senyum merespons pujian itu.

"Kalau itu bayi siapa Kak?"

"Itu Keponakannya Dylan Cha," balas Anya pada Tante Ocha Adik terakhir Tuan Gama. Mereka semua tampak terdiam heran atas jawaban Nyonya Anya, sementara Disha gadis itu hanya tertunduk dan mengingat nasihat Nyonya Anya padanya jika nanti di pertemuan keluarga mereka harus mengakui bahwa Zayn adalah Keponakannya bukan anak mereka.

Jadi Orang Tua Muda Saat SMA [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang