WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!
• • •
Derap langkah suara sepatu kaca yang tengah menuruni satu persatu unduhan anak tangga membuat Dylan yang tengah menyematkan kancing lengan kemejanya menoleh.
Cantik. Satu kata itulah yang tergambar jelas pada gadis cantik bergaun hitam selutut berbahan tile tampak melangkah malu-malu menuruni anak tangga. Make up natural serta rambut blonde tergerai indah menambah kesan anggun dan menawan sosok gadis bernama Disha Adisthy Prameswari Mahaprana itu. Seorang Istri dan Ibu Muda untuk keluarga kecilnya terlihat sangat mempesona di mata sang Suami yakni Dylan Alvaro Mahaprana.
Netra hitam tajam lekat itu menatap dalam penuh arti pada sosok gadis bergaun hitam tersebut, sepasang sepatu kaca cantik yang pas membuat kesan indah dan elegan setiap langkah gadis itu.
Dylan benar-benar paku, kecantikan Istrinya menjadi salah satu alasan bahwa ia tak bisa meninggalkan gadis itu yang bernotaben Istri Sah nya sampai kapan pun. Disha tersenyum malu-malu saat melihat Dylan begitu lekat menatap ke arahnya.
Geraian rambut yang sedikit mengganggu Disha sematkan di belakang telinganya, perlahan namun pasti ia semakin berjalan mendekat pada Suaminya yang tak kalah tampan dan gagah dengan setelan Tuxedo Suit Coat senada sepertinya.
Semburat merah muda itu tampak terpancar jelas di kedua pipi mulus dan putih milik Disha, ia benar-benar tak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya menatap dalam pada Dylan yang terpaku seolah terhipnotis dengan penampilannya malam ini.
"Apa ini gak terlalu berlebihan buat kencan makan malam di rumah Yang?" tanya Disha membuyarkan lamunan Suaminya.
Dylan yang masih belum sepenuhnya sadar tak mendengar jelas ucapan Disha barusan, beberapa detik berikutnya suara pekikkan tertahan dari Disha membuat Dylan tersenyum hangat saat ia berhasil meraih pinggang ramping Istrinya dan ia dekap untuk menghapus jarak diantara keduanya.
"Kenapa kamu cantik banget Yang?" tanya Dylan. Disha yang mendengarnya bergumam kecil seraya menyergit binggung.
"A-aku juga gak tau," balas Disha cukup gugup.
Wajah Dylan yang terpahat sempurna itu membuatnya terbuai ketampanan Suaminya mengalihkan segalanya, sempat dalam benak Disha berbicara jika ia sangat beruntung bisa bertemu dan mencintai sosok terbaik seperti Dylan Alvaro Mahaprana ini yang kini menjadi Suami Sah nya untuk selamanya.
"Selamat hari pernikahan yang ke enam bulan sayang," ucap Disha terdengar lembut dan hangat. Kecupan penuh rasa sayang mendarat tepat di sebelah pipi Dylan membuat cowok itu tersenyum lebar.
"Selamat hari pernikahan yang ke enam bulan juga baby, i love you." balas Dylan seraya mengecup lembut kening Istrinya dengan penuh rasa cinta.
"I love you too Tuan CEO."
Dylan terkekeh pelan lantas memeluk lembut tubuh Disha beberapa saat.
"Thank you for everything," sela Dylan membuat gadis yang tersenyum lebar dalam dekapannya mengangguk kecil.
Entah kenapa di momen indah seperti ini air mata kebahagiaan harus saja terjatuh, Disha tak dapat ungkiri baru pertama kalinya merasa sangat amat bahagia. Perjalanan untuk mencari kebahagiaan akhirnya telah ia temukan berharap semua kebahagiaan ini tak akan pernah berlalu sampai maut menghampirinya.
"Hey, kenapa nangis Yang?" tanya Dylan tak menyangka jika Disha malah menangis terisak pelan. Dengan lembut ia seka sudut kelopak indah mata Istrinya meminta gadis itu untuk selalu tersenyum untuknya.
"Jangan nangis Sayang," pinta Dylan ia kembali merengkuh tubuh mungil Disha yang mengangguk-angguk meski air matanya tetap saja tak bisa ia tahan.
"Aku bahagia Yang, sangat bahagia." kata Disha penuh arti. Dylan melonggarkan pelukannya dengan perlahan, ia tatap Istrinya yang ada banyak arti di dalam netra indah itu salah satunya Cinta dan kasih sayang.
Dylan tak lagi banyak berucap ia membelai lembut wajah serta pipi chubby gadis itu, tangan yang menjelajah wajahnya kini terhenti tepat di sudut bibir Disha. Tak berpikir panjang dan lama Dylan pun mencium dalam juga hangat material lembut milik Istrinya pertanda sebagai cap jika gadis ini adalah miliknya sampai kapan pun. Sebab Ego akan kalah oleh cinta, seburuk apa pun Dylan hanya Disha lah yang dapat menjadi obat penenangnya.
Dalam, hangat, dan penuh cinta tak dapat Disha ungkiri setiap perlakuan lembut Dylan benar-benar membuatnya tak berdaya. Ciuman hangat ini sungguh membuatnya melayang terbang jauh, ia bahagia sangat bahagia jika ada alat pengukur rasa kebahagiaan mungkin alat itu akan rusak dan tak berfungsi sebab rasa kebahagiaan yang Disha rasa tak akan pernah terukur oleh apa pun.
Secara perlahan gadis itu mengalungkan kedua tangannya tepat di leher Suaminya. Membalas lumatan tiap lumatan lembut yang diberikan Dylan. Disha pun telah penandakan jika Dylan adalah miliknya, tak boleh ada satu orang pun yang dapat membawa dan memiliki cowok itu selain dirinya.
. . .
"Apa ini gak terlalu berlebihan Yang?" tanya Disha ia baru saja mendudukkan dirinya di kursi yang sengaja Dylan geser dan dipersilakan untuknya.
"Kenapa?" tanya Dylan. Cowok itu berjalan memutar dan duduk di kursi yang sama berhadapan langsung dengan kekasih halalnya itu.
"Dari mulai semua dekorasi ini sampai gaun, sepatu, sama cincin ini apa gak terlalu berlebihan buat acara sederhana di rumah aja?" tanya Disha ia sedikit merasa tak enak, ia pun agak sedikit merasa tak nyaman seolah ini terkesan cukup berlebihan.
Dylan yang tengah menuangkan air mineral ke dalam ke gelas Disha hanya tersenyum.
"Tadi aku gak sengaja liat nota Bill belanjaan yang ada di dalam Paper Bag totalnya sampai ratusan juta," ungkap Disha dengan hati-hati.
"Ah, sial. Aku lupa kalo Bill nya ada di sana, padahal dari tadi aku cari-cari. Aku kira Bill nya udah di buang tapi kenapa ada di Paper Bag punya kamu Yang? Oh, damn."
Disha tersenyum tipis. "Padahal ini cuma acara hari pernikahan yang ke enam bulan, tapi aku ngerasa perayaan ini sangat mewah juga banyak ngeluarin biaya, apa gak terlalu berlebihan Yang?"
"Ma-maksud aku, padahal kita bisa ngerayain nya sesederhana mungkin aja." lanjut Disha ia sangat berhati-hati agar ucapannya tak membuat kesalahan sangka.
"Tapi ini sederhana kok, Yang," sahut Dylan cepat. Disha bergumam sedikit heran juga kaget.
"Padahal tadinya aku mau kita raya in hari jadi pernikahan yang ke enam nya di Switzerland."
"Hah?!"
"Ya, karena kondisi dunianya masih belum stabil mungkin kita bisa lain waktu raya in Wedding Anniversary di Switzerland atau ke tempat yang kamu suka."
Disha yang masih tampak setengah kaget hanya mengerjap beberapa kali, ia benar-benar shock sendiri.
"Apa pun acara kita berdua aku bakal laku in semua itu, berapa pun biaya yang harus aku keluar in kalo itu demi kamu juga baby kita sebisa mungkin aku laku in." balas Dylan melanjutkan seraya sebelah tangannya meraih dan mengusap lembut punggung tangan Istrinya. Disha yang mendengar hal itu dan melihat banyaknya ketulusan dari netra indah Dylan hanya bisa tersenyum haru.
"Makasih banyak Yang, aku bahagia." balas Disha hangat.
"Anything for you baby." jawab Dylan lembut.
. . .
Alunan instrumen musik romantis dan merdu mengiringi gerakan dansa lembut kedua pasang Suami Istri yang tengah berdansa dengan santai di samping kolam berenang yang sangat indah akan cinta keduanya.
Sesekali tawa serta senyuman terus menyelimuti Mama dan Papa muda baru yang tengah menikmati masa asmaranya, perlahan namun penuh arti Dylan dan Disha berdansa mengikuti alunan irama. Di bawah sinar bulan juga jutaan taburan bintang menggantung di angkasa mengiringi pasangan muda itu membuat suasana semakin romantis dan penuh makna tersendiri.
Sekitar tiga puluh menit selesai makan malam, Dylan langsung mengajak Disha untuk berdansa meski awalnya gadis itu menolak dengan alasan lantaran tak pernah berdansa sekali pun. Dengan penuh perasaan Dylan terus meyakinkan dan akan mengajarkan Istrinya untuk berdansa, dan hingga lihatlah kedua pasangan yang diciptakan Tuhan itu kini larut dalam irama tarian lembut mereka.
"Kamu bener-bener cantik Yang," puji Dylan membuat gadis itu tersenyum lantas tersipu.
Dylan semakin merapatkan tubuhnya pada Disha saat merasakan gemuruh dalam hati mulai bergejolak entah apa yang ia rasakan seolah ia hanya ingin bersama dengan Disha sampai kapan pun.
"Meski kamu bukan cinta pertama aku, tapi sekarang kamu jadi cinta terakhir abadi yang aku punya," ungkap Dylan membuat Disha tersenyum manis penuh rasa haru.
"Aku janji sampai kapan pun kita akan sama-sama, kita akan hidup bahagia bersama membesarkan Putra tunggal kita hingga dia beranjak dewasa. Aku akan selalu cinta sama kamu, terima kekurangan kamu dan terus sayang sama kamu sampai kita berubah jadi Kakek dan Nenek."
"Yang," panggil Disha dengan kedua mata kembali berkaca-kaca penuh rasa haru.
"Aku bahagia bisa bersama kamu, aku janji aku akan jadi Istri dan Ibu yang baik untuk kamu juga Putra kita. Apa pun kamu, bagaimana pun aku akan tetap bersama kamu selamanya. Sampai maut memisahkan."
Dylan tersenyum entah kenapa ia merasa terharu akan ungkapan hati yang Disha berikan padanya, dan bahkan kedua matanya seketika ikut berkaca-kaca baru kali ini ia merasakan hal terhebat dalam hidupnya. Yaitu menemukan cinta sejatinya.
"I love you Nyonya Disha Adisthy Mahaprana." bisik Dylan yang perlahan memeluk erat tubuh mungil Istrinya.
"I love you too Tuan Dylan Alvaro Mahaprana." balas Disha lembut dan merdu di belakang telinganya.
Keduanya tampak terlihat begitu penuh akan dengan rasa cinta masing-masing. Dekapan yang semakin erat mengusir udara dingin yang sendari tadi menerpa kulit. Asyik menikmati pelukan hangat keduanya pasangan itu harus terkejut sebab secara tiba-tiba rintikan air yang turun dari langit membuat keduanya mengejat hebat.
Hujan akhirnya mengguyur kawasan Ibu Kota malam ini, Dylan langsung dilanda rasa panik seketika sibuk berlari kesana kemari untuk menyingkirkan beberapa barang serta hiasan ke dalam teras taman belakang sebab terguyur hujan yang setiap menitnya semakin menderas.
"Ah, sial! Kenapa harus hujan sih?" umpat Dylan sibuk membawa barang-barang berupa piring dan gelas menuju tempat teduh. Bahkan kini setelan Tuxedo bermerek mahal baru miliknya basah kuyup oleh guyuran air hujan.
Sadar jika dirinya saja yang panik dan sibuk membenahi barang-barang cowok itu dengan wajah basah kuyup rambut tak lagi tersusun rapi namun tampak masih terlihat tampan menatap lekat pada sosok gadis bergaun hitam tengah menengadahkan kepalanya ke arah langit, seolah ia sengaja sedang merasakan rintikan hujan jatuh menerpa seluruh wajah serta tubuhnya.
Disha menutup kedua matanya membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya, kedua tangannya terangkat merasakan tetesan demi tetesan menyentuh telapak tangannya. Sudah terasa sangat lama Disha tak pernah merasakan rintikan hujan membasahi dirinya.
"Yang?" panggil Dylan sebelah tangannya menutupi wajahnya dari air hujan mencoba memanggil Istrinya yang begitu tampak damai berdamai menikmati guyuran hujan pada malam hari.
Dylan yang sedikit cemas jika setelah ini Disha akan flu cowok itu langsung berlari cepat untuk menghampiri Istrinya yang seolah tak memedulikan apa pun selain menikmati derasnya guyuran hujan.
"Sayang?" seru Dylan cowok itu membuka Coat Tuxedo nya dan menutupi kepala serta wajah Istrinya dari atas menggunakan Coat yang sengaja Dylan buka tersebut.
Disha yang langsung sadar membuka kedua matanya dimana ia tak merasakan rintikan hujan membasahi wajahnya lagi, kini ia malah melihat wajah damai dan tampan milik Suaminya yang ikut basah oleh tetesan air tersebut. Tubuh Dylan yang tinggi menjulang bisa menutupi wajah Istrinya hanya menggunakan bahu lebarnya saja, dan kini bahkan Coat itu dapat menutupi kepala keduanya bersamaan di bawah derasnya guyuran hujan.
"Kenapa main hujan aja sih, Yang?" omel Dylan yang tak di respons sama sekali oleh Disha. Gadis itu malah tersenyum dengan bibir mungil bergetar menahan udara dingin.
"Malah senyum lagi tuh, liat badan kamu gemetar karna dingin," oceh Dylan lagi saat ia akan menyematkan Coatnya di bahu sang Istri secara tiba-tiba Disha mendaratkan bibirnya pada material milik Suaminya.
Dylan seketika membeku dalam bahkan kedua lututnya hampir saja terkulai lemas akibat bergetar menahan dingin juga rasa kagetnya. Lumatan demi lumatan Disha berikan menunggu cowok itu merespons permainnya Disha terus saja aktif meminta agar Suaminya merespons.
Karena Dylan tak merespons sama sekali Disha seketika menghentikannya, ia hendak melepaskan lumatan tersebut. Namun belum sempat Disha melepaskannya dengan gerakan cepat juga penuh semangat Dylan kembali menyambar material lembut tersebut. Jelas itu membuat Disha bahagia bukan kepayang.
Keduanya saling berciuman di bawah derasnya hujan, tak memedulikan sahutan-sahutan kecil gemuruh yang perlahan datang. Dylan semakin mengeratkan pelukannya sementara sebelah tangannya yang lain menahan tengkuk Istrinya, sementara Disha gadis itu memeluk erat leher Suaminya ia tak akan membiarkan momen itu hilang begitu saja.
. .
Kilatan cahaya petir diikuti suara gemuruh saling bersahutan namun itu tak menghentikan sepasang Suami Istri muda yang tengah berjalan menaiki unduhan anak tangga.
Setelah puas bermain di luaran yang masih diterpa hujan deras kini Dylan menggendong Disha untuk segera masuk ke dalam rumah, cowok itu yang memiliki kedua lengan kekar dan otot terbentuk sempurna tampak gagah menggendong sang Istri secara Bride style menapaki satu persatu anak tangga untuk menuju kamar dalam keadaan keduanya tampak basah kuyup oleh air hujan tak dihiraukan sama sekali.
Disha terus tersenyum memandang wajah Suaminya yang begitu sangat tampan itu tanpa terkalihkan oleh apa pun. Begitu pun dengan Dylan meski ia sedang berjalan menapaki anak tangga namun ia masih bisa mengecup habis seluruh wajah Istrinya dengan perasaan gemas.
Secara perlahan akhirnya keduanya sampai di dalam kamar mereka, senyuman kebahagiaan tak lagi luntur dari pasangan Suami dan Istri muda itu. Tak memedulikan pakaian keduanya yang basah dan menetes cukup menggenang di samping ranjang saat secara hati-hati Dylan membaringkan tubuh mungil Disha yang basah kuyup ke atas ranjang empuk mereka.
Tatapan sendu dan dalam saling beradu seolah menjelaskan ada suatu kemauan yang harus terlaksanakan saat ini juga, dengan susah payah Dylan menelan ludahnya sendiri ketika ia merasakan bulu kuduknya meremang saat sentuhan demi sentuhan yang Disha berikan pada tengkuk belakangnya membuat cowok berusaha payah menahan sesuatu akan dirinya.
"Kita harus ganti baju, baju kita basah kuyup Yang," ucap setengah Dylan sebenarnya ia tengah mengelak dan berusaha menghentikan.
Disha yang terbuai akan ketampanan paras Suaminya menatap dalam, nanar juga sendu. Dylan yang mulanya hendak pergi untuk mengambil handuk langsung terhenti saat sebelah lengannya ditahan oleh istrinya yang sudah memandang dengan binaran cahaya memelas padanya. Dylan yang paham apa yang dimaksud dan apa yang akan terjadi hanya bisa menghela, bagaimana pun ia juga pria normal ia pun paham akan kondisi serta jalan pikiran Istrinya kini.
"Yang," cicit Disha memelas. Bibir mungil bergetar kedinginan bahkan kedua bahu Disha yang terbuka sebab gaun malam itu beberapa kali bergidik dingin.
"Yang, aku kedinginan," timpal Disha lagi dan benar saja seketika tubuhnya bergetar. Dylan yang setengah panik langsung merengkuh erat tubuh sang Istri bermaksud agar memberikan kehangatan.
"Yaudah kita ganti baju dulu,"
Dengan cepat Disha menahan pergerakan Suaminya yang akan hendak kembali melangkah, gadis itu menggelengkan kepalanya secara perlahan.
"Aku gak perlu baju, aku maunya kamu Yang."
Glek.
"Aku mohon Yang, please."
Dylan menghela panjang entah kenapa ia merasa pusing sendiri ia tatapi wajah memelas Disha yang terlihat sedikit pucat, ada rasa tak tega melihat kondisi Istrinya saat ini.
"Yang, aku pernah bilang sama kamu kita sepakat Main Tengah Malam kalo kamu bener-bener siap kan?"
"Ta-tapi aku bener-bener siap Yang, aku butuh kamu aku mohon."
Dylan mengusap wajahnya dengan gusar ini benar-benar agak sedikit membuatnya terganggu, Disha yang melihat reaksi Suaminya hanya bisa tertunduk dan disaat itu pula hampir saja ia akan menangis gadis itu malah dibuat terpaku ketika bibirnya di sambar cepat oleh Suaminya.
Cup.
Disha menutup kedua matanya rapat-ralat ada perasaan sedih sekaligus bahagia, akan kah malam ini ia akan menjadi Istri yang sempurna?
"Kalo kamu memang beneran udah ngerasa siap kita bakal laku in ini secara pelan-pelan," bisik Dylan dengan nafas terengah-engah tepat di belakang telinga Disha. Gadis itu mengangguk kecil, dengan kemantapan yang sempurna Disha akan menerima semua risikonya.
"Aku cuma gak mau bikin kamu kesakitan," cicit Dylan lagi keinginannya untuk mendapatkan Disha benar-benar perlahan memuncak, ini tak bisa ia tahan lagi.
"Apa pun risikonya aku bakal tanggung jawab Yang." tutup Dylan wajahnya mendusel-dusel wajah cantik Istrinya seolah keduanya sungguh tengah dihunjam rasa yang sangat menggebu-gebu.
"I love you My Husband," bisik Disha lembut.
"I love you too baby." balas Dylan nada suaranya serak dan berat menandakan rasa itu tak bisa ia tahan lagi.
"Ini emang agak sedikit sakit, tapi kalo kamu gak bisa tahan bilang sama aku, hentikan aku." pinta Dylan yang diangguki kecil oleh Istri mungilnya itu.
Dylan menarik nafasnya secara perlahan dengan lembut ia mencium seluruh wajah Disha dan berakhir pada bibir gadis itu. Malam ini akan menjadi malam yang bersejarah untuk kedua pasangan muda itu.
Menjalin cinta menumbuhkan rasa kasih sayang dan kesetiaan juga saling berjanji agar terus bersama hingga akhir perjuangan, jiwa serta raga keduanya telah menyatu. Pada malam ini juga mereka seperti terbakar gairah masing-masing, begitu juga dengan Disha malam ini ia bersedia menyerahkan segalanya, dan bahkan kebahagiaannya semakin bertambah berkali-kali lipat karena Dylan kini berhasil membawanya terbang tinggi melayang bersama hingga ke langit yang tak berujung itu. Menari bersama jutaan bintang serta bulan yang seketika menyinari angkasa malam ini, sangat indah.
"Sakit gak Yang?" tanya Dylan hati-hati setelah mereka selesai mengeluarkan peluh masing-masing akibat puncak keinginan yang menggebu, sementara Disha yang menyandarkan kepalanya di dada bidang Dylan tampak setengah berpikir. Cowok itu sengaja membuka sesi cerita setelah mereka selesai melakukannya, karena ia ingin tahu apakah itu sangat melukai Istrinya dan ia pun ingin tahu juga apakah Disha benar-benar bahagia setelah keduanya telah menjadi belahan jiwa.
"Hmm ... Awalnya sih, sakit Yang," balas Disha dengan jujur dan polos.
"Terus?" tanya Dylan dengan keisengannya yang mulai muncul.
"Sakit tapi abis itu en--"
"Sssstt ...." desis Dylan cowok itu tak bisa menahan tawanya.
Disha mengerjap kecil beberapa kali saat satu jari telunjuk Suaminya menempel tepat di depan bibirnya yang sengaja menghentikan ocehan konyolnya itu. Dylan lupa jika Istri mungilnya ini adalah sosok gadis eh-Hhmm ralat Wanita yang polos dan lugu, apa pun bisa dikatakan dengan jujur tanpa ada kebohongan sedikit pun. Sangat menggemaskan sekali Istrinya ini.
"Apa kamu juga bahagia Yang?" tanya Dylan setelah ia mengecup beberapa kali pucuk kepala Disha.
"Banget. Aku bahagia banget Yang. Makasih banyak untuk malam ini, malam kemarin juga malam-malam besok seterusnya, i love you."
"I love you too." Dylan hanya bisa tersenyum melihat senyuman bibir terang dan bercahaya pada wajah cantik milik Istrinya itu, entah kenapa ia sangat larut betah menatap lama wajah cantik wanitanya.
"Yaudah kalo gitu, ayo kita tidur udah jam 2 malam besok aku harus kerja ada meeting pagi, sebelum itu juga kita harus jemput baby Zayn pagi-pagi sebelum aku berangkat ke kantor," jelas Dylan beruntun membuat Disha semakin merapatkan badannya agar tetap menempel ke arah Dylan, tubuh mereka yang benar-benar sudah tertanggal pun kini hanya dibaluti oleh selimut tebal sementara pakaian-pakaian keduanya tampak berceceran di sepanjang lantai tak tentu arah.
"Tidur sekarang?" tanya Disha nada bicaranya merengek lesu seolah sedikit kecewa.
Dylan yang tengah merubah posisi tidurnya menjadi berbaring terhenti, menatap sekilas wajah Istrinya yang tertekuk lesu.
"Emang mau tidur kapan lagi Yang?" tanya Dylan dengan suara serak dan berat terdengar sangat mempesona ditelinga wanita itu.
"Masa tidur sih, Yang?" rengek Disha seolah menuntut, Dylan yang tak paham maksudnya menaikkan sebelah alisnya binggung.
"Kenapa sih, Yang? Emang kamu mau tidurnya kapan?" tanya cowok itu, jujur ia sangat lelah dan membutuhkan istirahat namun tampaknya Istrinya malah menambah rasa lelahnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak ia mengerti.
"Kamu tuh, ya!" dengus Disha kasar membuat Dylan tertawa sumbang.
"Kenapa sih, Sayang? Hmm?"
Disha yang sudah mengerucutkan bibirnya dengan sebal membuat Dylan mengusap wajahnya dengan gusar, ia memeluk tubuh Disha secara lembut bermaksud untuk memberikan ketenangan pada wanita itu.
"Apa Yang? Kenapa?"
"Kenapa kita gak main lagi?"
"Hah?!"
"Ayo Main Tengah Malam sekali lagi Yang."
"Aku cape Yang."
"Gak mau tau ayo main lagi!"
"Ta-tapi sayang aku cape loh--"
"Kalo gak mau aku ngambek pokoknya titik!"
"Ah, damn!".
.
.BERSAMBUNG...
. . .
Follow Instagram : @sssin17
FOLLOW Instagram 2 : @dailysweetdreams.secret
Follow Wattpad : @sssin17
Facebook : @Newly Daily iaa-kimJangan lupa baca cerita pertama aku : Most Wanted Boy in the School (Arjuna Story)
Cerita kedua : KIARA

KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Orang Tua Muda Saat SMA [ TERBIT ]
Sonstiges[ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] 🌻 JANGAN LUPA LIKE DAN SHARE!! 🌻 🌼 Jangan lupa juga follow Akun Utama Newly Daily iaa Kim, follow juga Instagram @sssin17, dan terutama jangan lupa Follow Wattpad @sssin17 🌼 Sinopsis : Apa jadinya jika Dylan Al...