WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!
• • •
Dylan lagi-lagi melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya, tinggal sepuluh menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi namun sendari tadi ia masih berdiam diri di UKS dengan menemani seorang gadis cantik berwajah pucat pasi masih setia dalam lelapan nya.
Satu selang infus menancap disebelah tangan Celine yang masih tertidur diatas brankar UKS lantaran gadis itu tak sadarkan diri saat siang tadi, jatuh pingsan saat tengah bersama Dylan di Perpustakaan membuat cowok itu harus bertanggung jawab untuk menjaga Celine beberapa saat sampai gadis itu siuman.
"Kak, apa Kak Celine udah bangun?" tanya salah satu gadis penjaga UKS siswi kelas 10 IPS-04 mengagetkan Dylan yang hampir saja tertidur dalam diamnya.
"Belum." balas Dylan singkat, tatapannya kembali menatap wajah Celine yang begitu damai.
"Kak, kalau misalkan kak Celine belum bangun juga sebaiknya kita bawa kak Celine ke rumah sakit aja?" tanya gadis ber name tag Ardeeva Larasati membuat Dylan menghela panjang.
"Kita tunggu sampai infusnya habis," sahut Dylan yang langsung diangguki oleh gadis itu berserta satu temannya yang berdiri berdampingan.
Dylan menghela berat, punggungnya kembali ia sandarkan di kursi tepat samping brankar Celine dengan kedua tangan terlipat di atas perut. Ia terpaksa membolos hampir semua pelajaran hari ini hanya untuk menjaga Celine, meminta izin kepada para Guru yang bersangkutan sebab ia harus melakukan tanggung jawabnya atas gadis itu juga.
. . .
"Gila! Panas banget badan gue sialan!" erang Lyra kasar terus mengumpat dengan nafas terengah-engah. Membuat Kara, Disha, Olivia, Zeela berserta Melby dan kawan-kawannya tersenyum kecut.
Lyra membantingkan asal kain mop lantai ke sembarang arah, sudah hampir dua jam mereka semua membersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah atas perintah Buk Mila, Guru BK andalan milik SMA Pelita Dharma.
Semenjak pertengkaran kesepuluh gadis yang selalu membuat onar di sekolah akhirnya Buk Mila selaku Guru BK menjatuhkan hukuman yang ringan pada mereka semua dengan memerintah membersihkan seluruh toilet sekolah yang ada hingga jam pelajaran usai. Memang tak tanggung-tanggung jika Buk Mila memberikan hukuman pada muridnya yang nakal, apalagi murid tersebut membuat onar dengan cara bertengkar antar siswa lain.
"Ini semua gara-gara lo! Coba kalo lo gak bikin masalah sama Geng gue, gue gak akan mau punya urusan sama Buk Mila!" bentak Lyra kencang menunjuk kasar pada Melby yang berwajah penuh keringat mendelik sinis.
Disha yang sendari tadi tak ikut campur tengah sibuk membersihkan cermin besar wastafel toilet siswi bersama Kara hanya tersenyum miring.
"Heh kak! Kalo ketua lo itu gak nyerang gue duluan, kita semua gak bakal pernah ada di sini paham lo?" balas Melby dengan garangnya.
"Berani nyolot ya, lo bocil?" sinis Olivia yang ikut emosi sebab Melby benar-benar tak menunjukkan rasa takutnya kepada Disha dan kawan-kawannya.
"Siapa yang lo sebut bocil hah?" tanya Melby tanpa rasa takut berjalan mendekat pada Lyra dan membusungkan dadanya seolah menantang Lyra yang sendari tadi terus menyudutkan gadis itu agar mau melawannya.
"Jal**g bocah kaya lo gak ada level buat ngelawan gue, yang ada cuma bikin kotor tangan gue kalo gue nyerang lo," sinis Lyra menusuk dan hal tersebut sukses membuat emosi Melby naik berkali-kali lipat.
"Berisik ya, lo semua? Kerja ya kerja! Lo mau kita semua nginep di sini malem sekarang karna kerjaan belom kelar hah?" lerai Zeela yang benar-benar jengah dengan situasi sekarang ini. Sangat menyebalkan makinya dalam hati.
Disha tersenyum miring tanpa terhenti dari aktivitasnya, Kara yang menatap Zeela menahan kedua bahu Lyra agar mengalah memandang tajam sekaligus dingin.
"Ra, berenti ngoceh dan kerja in tugas lo sekarang." pinta Kara dengan nada dinginnya.
"Terus lo, pindah ruangan toilet sekarang sama kawanan lo, ada tiga kamar mandi toilet lagi yang belom dibersihin," ketus Kara pada Melby dan kawan-kawannya yang hanya mendelik sinis tak suka.
"Kenapa harus gue?" sewot Melby membuat Kara menghela.
"Itu bagian hukuman Geng lo, hukuman Geng gue udah kelar, lo mau gue laporin sama Buk Mila karna gak ngikutin hukumannya? Oh, atau mungkin lo sama temen-temen lo mau kena skors aja?" ucap Kara membuat Melby lagi-lagi mendelik tajam.
"Kalo gak mau ngelakuin hukumannya gue bisa panggil Buk Mila sekarang, mumpung beliau lagi ada di luar," kata Kara dengan dewasanya melerai mereka semua.
"Gak usah banyak bacot deh, kak. Gue muak denger nya." balas Melby kemudian melangkah pergi menuju kamar mandi toilet untuk segera ia bersihkan agar mereka dapat pulang lebih cepat.
"Emang gak ada sopan santun nya itu bocah tengik." maki Lyra gadis itu kembali siap menghadang Melby kalau bukan Zeela yang menahan pasti Lyra akan kembali membuat kegaduhan besar yang lebih heboh.
Disha yang sendari tadi diam hanya tersenyum sinis dan kecut, tak ada mood lagi untuk ia membalas atau menanggapi bocah ingusan seperti Melby dan kawan-kawannya itu. Lyra langsung menepis tangan Zeela yang menahan bahunya gadis itu, mengambil kasar mop lantai yang ia bantingkan tadi dan berjalan meninggalkan mereka untuk membersihkan toilet lain.
. . .
Sepasang kelopak mata mungil yang sejak tadi damai terpejam dengan perlahan mengerjap pelan, memaksa untuk terbuka dan menyadarkan dirinya yang sedang berada dimana dan dengan siapa.
Celine melenguh kecil lantas meringis ketika merasakan sakit pada sebelah punggung tangan kirinya yang terdapat satu jarum selang infus masih setia menancap manis di sana. Dengan seluruh nyawa mulai terkumpul gadis itu terbangun, mendudukkan dirinya untuk meminimalisir rasa pusingnya.
"Ini di UKS bukan di Rumah Sakit, tapi kenapa aku diinfus segala?" monolognya sendiri. Celine menerawang seisi ruang UKS yang kosong tak ada siapa pun, bahkan di luar terdengar cukup hening apakah sekolah telah usai dan bubar?
"Jam tiga lewat tiga puluh menit?" lirihnya saat Celine samar-samar melihat jam dinding ruang UKS di depan sana. Itu artinya bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit lalu dan itu berarti semua orang telah pulang meninggalkannya seorang diri di sekolah?
"Aku harus pulang," ucapnya lantas Celine tergesa ingin melepaskan selang infus yang masih menancap dipunggung tangannya, gadis itu meringis sebab ia tak paham cara melepaskannya.
Ceklek.
Dengan nafas naik turun karena takut gadis itu menoleh cepat saat ia dikagetkan oleh satu suara pintu ruang UKS terdorong dari luar, kedua mata yang memerah sudah berkaca-kaca siap menangis seperkian detik meluruh saat satu sosok yang selalu menyejukkan hatinya hadir di depan mata.
"Kak Dylan," cicit Celine tanpa sadar air matanya berjatuhan pelan.
Dylan mengerut binggung ketika ia melihat Celine sudah terduduk diatas brankar dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Lo udah bangun?" tanya Dylan pertama kali, cowok itu berjalan mendekat dengan membawa tas sekolah berwarna merah jambu milik Celine di gendongannya tanpa beban.
Grep.
Dylan terkejut kecil saat Celine secara tiba-tiba memeluknya erat, terdengar pula isakan kecil keluar dari mulut gadis itu yang semakin membuat Dylan terdiam.
"Lo kenapa?" tanya Dylan ia sedikit binggung kenapa Celine bisa memeluknya secara tiba-tiba.
"Aku takut kak," cicit Celine membalas dengan tangan semakin erat memeluk leher Dylan.
. . .
"Dylan masih belom dateng?" tanya Kara menghampiri Disha yang sudah berdiri dekat aula utama masih setia menunggu Dylan. Gadis itu menggeleng dengan raut wajah sedikit frustrasi.
"Gue temenin lo dulu nunggu Suami lo," lanjut Kara memberikan satu botol jus buah pada Disha dan duduk di salah satu kursi besi panjang samping aula seraya meminum minumannya.
"Yang lain udah pada balik?" tanya Disha melirik Kara yang sudah duduk santai dikursi seraya mengangguk kecil.
"Sorry Kar, gara-gara gue kita jadi dipanggil Buk Mila," ucap Disha dan ditutup dengan tawaan renyah yang membuat Kara tersenyum kecut.
"Gak masalah, udah lama kita gak bengal," balas Kara santai.
"Mumpung kelas dua belas bentar lagi ujian, kali-kali bikin onar ya, gak sih?" lanjut Kara benar-benar santai dan lembut membuat Disha tersenyum kecil.
"Lagian bocah tengil kaya si Melby emang harus dikasarin dikit biar tau diri," ucap Kara meneruskan hal tersebut membuat Disha tertawa.
"Sha?" panggil Kara, Disha yang tengah meminum jus buahnya berdehem kecil melirik pada Kara yang tertunduk menyembunyikan wajahnya. Disha mengerut halus tak biasa-biasanya Kara menundukkan kepala seolah menutupi ronaan pada wajah cantiknya itu.
"Napa Kar?" tanya Disha ikut mendudukkan diri di samping Kara, ia mengamati secara jelas wajah gadis itu yang tampak berseri seraya tersenyum manis.
"Gue mau cerita sama lo," tutur Kara membuat Disha semakin mengerut ingin tahu.
"Lo penasaran gak sama anggota inti Silent Boom yang--"
"Sha."
Keduanya kompak menoleh pada satu sumber suara yang memanggil Disha dari arah depan. Dilihat beberapa orang murid laki-laki berjalan santai ke arah mereka, itu adalah ketujuh para anggota inti Silent Boom. Disha menaikkan sebelah alisnya menatap pada Arvi yang memanggil namanya.
"Lah, Dylan mana?" tanya Kara setelah ia celikungan mencari sosok Dylan yang tak hadir di tengah kumpulan mereka. Disha yang sadar akan kehadiran Suaminya langsung bangkit dari kursi menatap bergantian para anggota inti Gangster itu.
"Dylan ada di UKS," ucap Kalandra memberitahu pertama kali, dan benar saja itu menjadi pertanyaan besar Disha juga Kara.
"Kenapa? Sakit?" tanya Disha pelan.
"Kok, lo belom pulang?" tanya Kalandra pada Kara yang mengerjap kaget sendiri.
"G-gue--"
Disha pertama menatap curiga pada Kara yang terbata-bata sendiri saat Kalandra menanyakan hal itu, hingga ia sadar kecurigaannya kini bertambah dan menunjukkan hal yang benar jika salah satu diantara sahabatnya tengah menjalin hubungan khusus dengan salah satu anggota inti Silent Boom.
"Jadi lo sama Kalandra, Kar?" terka Disha yang sontak membuat Kara membulat kaget sendiri.
"Emang lo gak tau kalo mereka pacaran?" tanya Alan menimpal hal tersebut membuat Disha terkejut, ia tak menyangka jika Kara lah yang menjalin hubungan dengan salah satu anggota Gangster Suaminya itu, yakni Kara dan Kalandra.
"Kara?" panggil Disha meminta penjelasan lebih pada Kara yang hanya tertawa garing seraya menggaruk belakang lehernya tak gatal.
. . .
Disha melangkah lebar di tengah langkah berjalannya menuju ruang UKS yang terdapat dilantai 2 sekolah, mengabaikan rambut panjangnya terombang-ambing ke sana kemari dalam aktivitas berjalannya yang cepat dicampur dengan satu perasaan aneh yang menjalar di dalam hatinya sendari tadi.
Entah kenapa hati Disha terasa sangat aneh saat tahu jika Dylan tengah bersama Celine di UKS setelah ia diberitahu oleh para anggota inti Gangster Suaminya bahwa Dylan tengah menjaga Celine yang pingsan akibat sakit siang tadi.
Kaki Disha terus melangkah cepat, sesekali menambahkan laju gerakannya dengan cara berlari kecil untuk segera sampai di tujuan. Bukan karena apa, ia harus berpacu dengan waktu sebab Disha dan Dylan akan menjemput Zayn ditempat penitipan seperti biasa di waktu yang sudah ditentukan setelah sekolah usai.
. .
"Minum obatnya," ucap Dylan seraya memberikan beberapa tablet obat pada Celine yang menatap dalam dengan tatapan sendu.
"Makasih banyak kak," timpal Disha setelah meminum obat tersebut dan kembali menatap Dylan.
Dylan menghela kecil, cowok itu melirik sebentar pada botol infus yang tergantung diatas samping brankar sudah yang hampir habis. Celine berdesis kecil ia merasakan sakit pada punggung tangannya yang masih terdapat jarum infus melekat di sana.
"Pengen aku lepas kak, tangan aku rasanya sakit banget," desis Celine dengan wajah pucatnya.
"Tunggu sebentar lagi sampe infusnya abis," cegah Dylan membuat Celine mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Makasih ya, kak, udah mau temenin aku seharian di sini. Aku minta maaf juga gara-gara aku, kak Dylan jadi ketinggalan banyak pelajaran hari ini," sesal Celine seraya tersenyum tipis, sebelah tangan mungilnya yang hangat mengusap lembut lengan cowok itu. Dylan yang melihat hal itu hanya diam tanpa merespons apa pun.
"Udah waktunya kita pulang, bentar gue siap-siap cabut infusnya," sela Dylan seraya bangkit dari kursi mengambil beberapa alat dari nakas kaca UKS.
Celine tersenyum saat Dylan begitu teliti dalam tugasnya, bahkan Celine sampai tak merasakan sakit ketika cowok itu berhasil melepaskan jarum infus dari tangannya meski bercakan cairan merah kental keluar dari tangan Celine secara perlahan.
"Kak Dylan?"
"Hmm?"
"Boleh aku tanya sesuatu?"
Dylan yang masih fokus dengan aktivitasnya berdehem kecil. Respons santai dari Dylan membuat Celine tersenyum tipis.
"Sejak kapan kak Dylan buat keputusan nikah sama kak Disha?"
Satu pertanyaan itu berhasil membuat Dylan mendongkak secara perlahan, ia tatapi wajah Celine yang masih pucat itu tengah tersenyum simpul.
"Aku cuma pengen tau aja, jadi selama kita masih pacaran kak Dylan--"
"Celine." panggil Dylan cepat. Netra indah milik Celine sudah berkaca-kaca siap membuncah.
"Lo gak perlu tanya-tanya lagi tentang kehidupan pribadi gue," ucap Dylan dingin entah kenapa itu sedikit menggores ujung hati Celine yang kini termenung dan berusaha tersenyum sebisa mungkin.
"Inget Line. Kita gak ada hubungan apa-apa lagi," ingat Dylan pada Celine yang semakin mencelus terpaku.
"Kak Dylan rela ngebuang aku yang bertahan lama selama dua tahun terakhir ini cuma demi orang baru yang kak Dylan kenal?" cicit Celine disertai tangisan lirih. Dylan seketika mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kenapa kak Dylan tega sama aku? Kenapa kak Dylan lebih memilih Kak Disha dibanding aku, pacar kakak sendiri hah?"
"Celine berenti." tekan Dylan mencoba menghentikan Celine agar ia berhenti berbicara hal aneh.
Gadis itu semakin terisak entah kenapa hal itu membuat Dylan sangat frustrasi dengan cepat ia merapikan kotak P3K yang Dylan gunakan untuk melepaskan jarum infus pada Celine dan langsung mencoba bangkit dari duduknya. Namun belum sempat ia bergerak sebelah tangannya langsung ditahan erat oleh gadis itu.
"Aku sayang sama kak Dylan. Kita gak bisa lepas gitu aja kak," cicit Celine air matanya tumpah setumpah-tumpahnya. Dylan menghela panjang, berat dan sesak.
"Jangan putus kak, aku gak mau putus dari kakak."
"Gue udah nikah Line."
Celine menggeleng semakin erat memeluk lengan Dylan, cowok itu terus saja merasakan frustrasi ia sampai binggung harus melakukan apa agar Celine tak seperti ini, memberatkan dirinya sendiri tentunya.
"Aku gak mau kita putus kak, aku mohon jangan pergi."
"Line, gue harus pergi sekarang."
"Aku mohon kak, jangan pergi."
Dylan tak berkutik lagi membiarkan Celine menangis menjadi-jadi memeluk lengannya, hingga ia pun tak bisa melakukan apa pun selain diam. Sial! Ini memang salah satu kelemahannya, melihat seorang gadis menangis. Ia tak menyukai jika ada wanita yang menangis, apalagi itu adalah Celine, sosok yang pernah menjadi tambatan hatinya menangis memohon padanya agar hubungan mereka tak berakhir pahit. Namun apa boleh buat semua telah berubah tanpa Dylan sadari.
Grep.
Dylan terkejut ketika Celine menarik kencang lengannya menjadi duduk di samping gadis itu yang langsung memeluknya dengan erat tanpa permisi. Menangis pecah dalam pelukan Dylan sampai-sampai cowok itu tak menyadari jika sendari tadi sosok gadis yang berdiri di ambang pintu UKS tengah memperhatikan keduanya dengan kedua lutut bergetar.
Celine yang menangis dalam pelukan Dylan sontak menyadari kehadiran Disha di sana, entah kenapa hatinya merasa senang melihat Disha hadir di tengah mereka yang berposisikan saling berpelukan.
Kedua netra Disha memerah bahkan lututnya bergetar hampir lunglai, tatapannya menajam dan dingin pada dua sosok berlawan jenis di depan sana tengah berpelukan walau dengan jelas bahkan sosok remaja pria yang menjadi objek pelukan Celine tak membalas dekapannya.
Sebelah tangan Disha yang menahan daun pintu UKS mengeras hebat, bahkan giginya menggertak seolah merasa marah entah apa sebabnya, hatinya terasa teriris melihat Dylan, Suaminya sendiri tengah dipeluk oleh Mantan kekasihnya yakni Celine.
"Dasar bocil jamet." maki Disha dengan tatapan menusuk pada Celine yang memang sendari tadi menatapnya dengan tatapan seolah merasa menang.
"Celine lepasin gue." tekan Dylan yang cepat melepaskan pelukan Celine. Gadis itu terkejut ketika Dylan seolah bergemuruh menahan amarah padanya.
"Cukup sampe sini Line, gue mohon buat jarak diantara gue sama lo jangan sampe kaya gini terulang lagi," ucap Dylan lantas cepat bangkit dari duduknya.
Celine sempat menahan namun Dylan cepat menepis, cowok itu memutar tubuhnya dan pandangan miliknya langsung tertuju pada gadis cantik di depan pintu UKS sana tengah menatap padanya dengan tatapan datar juga senyuman miring.
"Sha," panggil Dylan cowok itu sudah berhadapan dengan Disha yang menatapnya tajam. Di belakang Celine hanya diam meski ia seolah merasa menang, akankah ia melihat pertengkaran antara pasangan suami istri muda itu dan akan cepat mengakhiri hubungan keduanya karena kesalah pahaman ini? Celine sangat menunggu akan hal tersebut.
"Udah lewat jam pulang sekolah berarti lo juga harus udah kelar nemenin bocah ingusan itu," sinis Disha menatap lekat tajam pada Celine yang tengah bersiap-siap untuk pulang. Dylan menghela kecil.
"Maaf kak, gara-gara aku kak Dylan--"
"Basi." sela Disha dingin membalas, lantas gadis itu menarik sebelah tangan Dylan dan menyeretnya untuk segera keluar dari UKS itu meninggalkan Celine sendirian yang tersenyum kecut.
. . .
"Ngapain sih, itu bocah meluk-meluk lo segala?" tanya Disha dengan nada sinisnya membuat Dylan yang tengah mengemudikan mobilnya mengangkat kedua bahunya tak mengerti.
"Gue tau dia masih sayang sama lo, lo juga pasti kaya gitu ke dia. Tapi apa gak sebaiknya dia ngehargain gue yang sekarang itu gue ini istri lo yang liat langsung lo berdua pelukan hah?" tanya Disha nadanya seketika parau. Dylan mengangkat sebelah alisnya heran, Disha yang melihat itu tersenyum kecut.
"Gue tau dia sengaja meluk lo meski gue ada di situ," ucap Disha kecut.
"Sha."
"Bocah itu sengaja meluk lo di depan gue."
"Kalo lo emang liat dari awal kenapa lo gak bertindak?"
Disha tersenyum meremehkan. "Kenapa harus gue? Seharusnya lo sendiri yang nahan Dylan!"
"Lo lebih punya kuasa sama hak sebab lo istri sah gue. Lo berhak marah atau berantem sama dia karna lo punya hak."
Disha mendengus perkataan Dylan seolah menyalahkannya, kenapa harus ia yang melakukan itu? Kenapa bukan cowok itu saja yang menahan saat gadis lain memeluknya apalagi itu adalah Mantannya bukankah Dylan yang harusnya bertindak dan mengingatkan jika statusnya kini sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak tapi kenapa Dylan malah mengatakan Disha yang memiliki semua hak itu?
Zayn terus saja terlelap seraya menikmati satu botol susu formulanya, saat Disha dan Dylan menjemputnya bayi itu tengah tertidur hingga saat ini pun Zayn masih damai dalam lelapan nya mungkin karena terlalu asyik bermain seharian dengan temannya maka dari itu Zayn terlalu lelah dan lebih memilih tidur ketimbang harus mendengarkan ocehan perdebatan antara Mami serta Papi nya.
"Gue gak suka cewek lain meluk lo!" sarkas Disha emosi nafasnya naik turun dengan bibir mengerucut gemas.
"Apalagi itu mantan lo yang meluk." lanjut ketus gadis itu membuat Dylan yang sendari tadi mendengarkan hanya tersenyum kecil.
"Lo cemburu?"
"KALO IYA KENAPA?"
Dylan tertawa kecil mengusap gemas pucuk rambut kepala Istrinya yang memberang tak terima. "Gak usah teriak nanti Zayn bangun."
"Abisnya gue sebel sama lo!" ketus Disha lagi bibirnya semakin mengerucut hal itu membuat Dylan merasa benar-benar gemas.
"Gue gak akan biar in bocil Pelakor itu main-main di belakang gue."
Entah kenapa Dylan malah tergelak sendiri mendengar ucapan Disha barusan. Ia merasa senang dan tenang jika Istrinya akan selalu bersama meski sebuah kerikil-kerikil kehidupan rumah tangga secara perlahan mulai bertaburan sepanjang jalan hidup mereka..
.
.BERSAMBUNG...
. . .
Follow Instagram : @sssin17
FOLLOW Instagram 2 : @dailysweetdreams.secret
Follow Wattpad : @sssin17
Facebook : @Newly Daily iaa-kimJangan lupa baca cerita pertama aku : Most Wanted Boy in the School (Arjuna Story)
Cerita kedua : KIARA
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Orang Tua Muda Saat SMA [ TERBIT ]
Diversos[ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] 🌻 JANGAN LUPA LIKE DAN SHARE!! 🌻 🌼 Jangan lupa juga follow Akun Utama Newly Daily iaa Kim, follow juga Instagram @sssin17, dan terutama jangan lupa Follow Wattpad @sssin17 🌼 Sinopsis : Apa jadinya jika Dylan Al...