39. Si Pemimpin Paling Disegani Yang Sebenarnya

3.3K 211 32
                                    

WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

• • •

"Apa lo masih yakin mau ke sana nemuin dia?"

"Kenapa enggak?"

Kalandra berdecak ia geram dengan sikap terlalu santai dari Dylan yang tampak tenang-tenang saja, meski nyawanya saat ini tengah terancam.

"Lo tau kan ini pasti jebakan?" tanya Arvi kali ini menimpal.

Dylan menghela bibirnya tersenyum miring lantas mengangguk kecil, mengambil dengan tenang sebatang rokok yang masih tersisa diatas meja dan menikmatinya tanpa sedikit beban meskipun para anggota intinya terus saja mengoceh riuh tentang Ancaman Andra pada Dylan yang mengatakan jika Disha tengah bersamanya dan menjadi korban sandraan.

"Gue yakin dia gak se'goblok yang kita kira," sahut Dylan santai.

"Gue bakal ikut sama lo." timpal Bima yang sendari tadi tak membuka suara akhirnya menyela.

"Gak ada satu pun dari lo semua yang ikut sama gue," balas Dylan tenang namun tegas. Ketujuh anggota intinya menghela entah sudah keberapa kali mereka ditolak perihal untuk menemani sang Ketua untuk bisa membantu melawan Ketua Rival mereka yakni Andra beserta Gangsternya Black Moon.

"Ini bahaya Lan kalo lo jalan sendiri kesana nemuin mereka," tambah Alan yang diangguki setuju oleh yang lain.

Saat ini Dylan beserta para anggota intinya masih berada di halaman belakang sekolah dimana tempat base camp kericuhan SMA Pelita Dharma dengan sekolah lain terjadi beberapa jam lalu. Mereka mengira kericuhan ini akan selesai begitu saja setelah oktum provokator telah diringkus oleh pihak keamaanan, namun nyatanya Andra bersama Antek-anteknya tak akan membiarkan Dylan beserta keseluruhan Silent Boom menang begitu saja.

Beberapa saat lalu Dylan mendapat pesan notifikasi berupa lokasi tempat Disha berada, hal itu terlacak dari ponsel milik Disha yang hilang saat kericuhan terjadi, bukan tanpa alasan hilangnya ponsel Disha berhasil ditemukan oleh seseorang dan membawanya pergi ke tempat yang Dylan tau dimana keberadaannya yakni di sebuah gedung tua terbengkalai dikawasan Ibu kota yang cowok tahu itu adalah Base camp tempat perkumpulan Black Moon beserta Antek-anteknya. Rupanya seseorang telah mengambil kesempatan ini untuk berusaha menjebak Dylan dan menghancurkan Silent Boom.

"Kita gak akan biarin lo pergi sendiri," ucap Kavin yang langsung dibalas anggukan setuju oleh mereka semua.

"Bukan kita aja, bahkan kita semua anak-anak anggota Silent Boom yang lain gak akan biarin lo ngelawan Rival sendirian," seru Radhitya heboh dengan semangat antusias tinggi. Sementara Dylan hanya tersenyum smirk menatap bergantian pada ketujuh anggota intinya.

"Apa pun itu kejadian ini udah jadi tanggung jawab kita, kita harus selesai ini. Kalo harus menang kita harus menang, kalo kita harus kalah, kita kalah sekalian bareng-bareng." ucap Ravindra dengan bijak membuat Dylan semakin tersenyum miring, ia bangga memiliki anggota yang memiliki rasa tanggung jawab besar pada pemimpinnya.

"Apa pun itu kita harus kalahin mereka bareng-bareng Lan." timpal Kalandra lagi berusaha meyakinkan Dylan agar mau membiarkan mereka membantu Ketuanya melawan Rival bersama-sama.

Dylan menghela menghembuskan dalam-dalam kepulan asap yang mulai memenuhi rongga mulutnya, dengan sekali hempasan cowok itu menghela lantas tersenyum kecut.

"Atur rencana. Kita basmi Black Moon." desis Dylan dengan tegas. Seketika para anggota inti Silent Boom merasa lega dan senang terlebih Radhitya cowok itu begitu heboh dan antusias saat Ketua mereka memperbolehkan mereka semua ikut melawan Rival bersama-sama.

. . .

"Mah, kenapa Dylan belum pulang ya?"

Nyonya Anya yang tampak sibuk senang bermain dengan baby Zayn menoleh saat Disha masuk ke dalam ruang khusus bermain untuk baby Zayn dan bertanya tentang Suaminya dengan lesu.

Jadi Orang Tua Muda Saat SMA [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang