Langkah Sukir mulai tertatih. Lelahnya semakin berlipat setelah mendekati puncak Ijen. Perjalanan menuju puncak Ijen dimulai pukul satu dini hari dari pos pemberangkatan. Ia tergabung dalam satu kelompok berjumlah enam orang. Dua di antaranya adalah turis dari Eropa. Satu dari Bulgaria dan satunya lagi berasal dari Swis. Di titik keberangkatan, Sukir dan wisatawan lainnya dibekali headlamp sebagai alat bantu pencahayaan dan masker khusus penyaring udara untuk pelindung saat di kawah Ijen nanti.
Tujuan Sukir ke puncak Ijen adalah melihat Blue Fire. Obyek wisata yang hanya terdapat dua di dunia menjadi daya tarik tak hanya turis lokal, namun juga mancanegara.
Jalur pendakian di awal sedikit menanjak, mampu dilalui. Di sepertiga perjalanan, jalur pendakian mulai terdapat beberapa rintangan. Beberapa jalan setapak yang bebatuan, bila tak hati-hati, bisa tergelincir. Pandangan yang terbatas karena hari masih gelap. Sorotan headlamp sangat terbatas. Cahayanya hanya menyinari dalam jarak dekat dan memudar. Sukir cukup kesulitan ketika menapaki bebatuan. Ia juga tak bisa mengetahui secara jelas, pemandangan di sekeliling. Ia mengikuti komando dari guide untuk terus berjalan walau santai.
Pukul empat, perjalanan Sukir dini hari ini mendekati garis finis. Sesuai dengan perhitungan sebelumnya, waktu yang ditempuh sekitar tiga jam. Langkah kaki Sukir juga sudah tak menanjak lagi, melainkan turun menyusuri bebatuan besar. Sesekali ia bersilangan dengan beberapa lelaki paruh baya memikul dua keranjang yang tersanggah kayu di pundaknya.
Asap belerang mengepul dari kejauhan. Benar perkiraannya, tracking dini hari ini telah sampai. Blue fire menyala di sela bebatuan. Fenomena alam yang hanya ada dua di dunia, yaitu di Islandia,dan satunya lagi di Indonesia, tepatnya di kawaaan kawah Ijen, tempat Sukir berdiri subuh itu.
Sukir tak mengira, perjalanan kali ini melebihi ekspektasinya. Awalnya, ia hanya ingin jalan-jalan saja di beberapa kota. Entah di Surabaya, Malang, Banyuwangi, atau di Jember. Menikmati suasana kota maupun persawahan di beberapa desa, atau juga kuliner khas kota yang dikunjungi. Kali ini perjalanannya tak hanya itu, melainkan juga menapaki kawasan gunung Ijen hingga sampai Kawah Ijen, menyaksikan langsung blue fire.
Sesekali asap, dengan kadar belerang yang tinggi, menyembul menyambut kedatangan para wisatawan, temasuk Sukir. Aroma yang kuat membuat Sukir beberapa kali batuk dan cukup perih di mata. Ia mencari waktu yang tepat agar dapat berfoto di dekat blue fire, mengabadikan dirinya berlatar api biru. Selain mencari waktu, ia juga mencari posisi yang tepat karena berebut dengan wisatawan lain yang ingin mengabadikan momen, berfoto dengan latar api biru di kawah Ijen.Pukul setengah enam pagi, matahari sudah nampak di permukaan garis horizontal bumi sebelah timur. Sunrise yang sedikit berwarna jingga, nampak indah dan menyenangkan bisa dinikmati di puncak Ijen dengan ketinggian 2.368 mdpl. Sukir tak ketinggalan berswafoto beberapa kali dan memilih empat foto terbaik untuk dikirimkan ke Karin. Foto dengan latar sunrise, danau berwarna hijau, blue fire, dan satu lagi berlatar pegungungan yang berdekatan dengan gunung Ijen.
Sukir Nampak sudah kewalahan untuk berjalan. Rasa lelahnya sudah sangat luar biasa. Saat berjalan, ia beberapa kali kehilangan keseimbangan. Ia benar-benar ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk beristirahat, sembari menikmati suhu dingin puncak Ijen dan matahari pagi mulai merambat dengan cahayanya yang cukup menghangatkan, sebagai lawan dari udara dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sukir Bankir Getir! (Tamat)
General FictionKisah karyawan Bank bernama Surendra Kiran, atau biasa dipanggil Sukir, yang selalu saja menghadapi kenyataan yang getir, mulai dari karir, percintaan, hingga rumah tangga. Sudah dua tahun ia menduda dan mulai coba membuka hatinya kepada orang baru...