"Merica nanti di sekolah ada apa?"
"Ada cewek cantik ga?"
"Ada temannya ga?"
"Merica pernah sekolah?"
Sedari tadi tak ada henti hentinya ocehan seorang anak TK itu yang berada di dalam kamar yang di dominasi warna merah hitam dan putih, khas seperti Spiderman. Sosok film kartun yang banyak disukai anak-anak.
"Tuan muda kecil, enggak usah tanya-tanya dulu ya! Sekarang seragamnya di pakai dulu baru nanti merica jawab"
Cibritan Vernando Pratama. Putra semata wayang Froza yang berusia 5 tahun. Hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah di taman kanak-kanak.
Seragam yang di dominasi warna hijau putih dan kuning sudah melakat apik di tubuh Pitan, sangat pas di tubuhnya yang kecil dan mungil. Rambut klimis yang di sisir serapi mungkin. Sepatu hitam bercorak putih terbalut sempurna di kaki kecilnya. Kaos kaki bergambar Ultraman menjadi pasangan sepatu itu. Serta wangi khas bedak bayi menyeruak ke indra penciuman Caca.
"Pitan, you are perfec!"
"Makasih merica!"
"Hey son, mari kita sarapan!"
Siapa sangka sosok yang tidak di undang datang sendiri. Berdiri di ambang pintu kamar Pitan. Kemeja putih melekat apik di tubuh tegapnya. Dengan lengan kemeja yang sengaja di gulung hingga siku membuat lengan berotot tampak dengan jelas.
"Dad, you are so handsome!"
"Tentu saja son," jawabnya bangga. Getsur tubuhnya sangat kontras dengan nada bicaranya. Rambut yang semula tertata rapi kini tersibak ke belakang akibat lengan berotot itu.
Caca yang menyaksikan itu hanya bisa menelan ludahnya kasar. Matanya juga mengikuti setiap pergerakan lengan berotot itu. Mulai dari yang bersandar di ambang pintu, mengguyur rambut rapinya hingga menarik sepasang lengan mungil itu.
"MERICA AYO SARAPAN BARENG AKU, JANGAN NGELAMUN AJA!"
🐄
Siapa sangka setelah insiden tadi Caca terjebak di dalam mobil verari yang di kendarai Froza.
"Merica belum kenyang ya? Kok dari tadi diem aja?" Sebuah pertanyaan berhasil membuat alam bawah sadarnya menariknya ke dunia nyata. Ia tersenyum dan menatap sepasang bola mata bulat tepat di hadapannya.
"Merica udah kenyang kok, cuma lagi kepikiran aja," jawab Caca. Matanya mengerling genit kearah Pitan.
Pitan yang duduk di depannya, tepatnya di samping kemudi mengerutkan dahinya, "Kepikiran apa?"
"Kenapa, bocil suka kepo?" Bukannya menjawab pertanyaan Pitan, Caca malah balik bertanya.
Citttt
Duk
"Amboy, jidat gueh!?"
Jidat cantik Caca harus terbentur dengan kursi samping mobil bagian belakang. Karena si pengemudi seenak jidat menginjak pedal rem nya dengan mendadak.
Rasa nyut nyutan mulai menyerang kepala Caca. Agaknya ada sedikit benjolan di jidat cantik Caca nantinya.
"Udah sampai, turun," Froza berkata. Bahkan tanpa ada rasa bersalah sama sekali. Ia juga ikut turun.
Caca turun dari mobil. Taman Kanak-kanak Aramba. Ya itu adalah sekolah Pitan mulai saat ini. Gerbang yang menjulang tinggi. Pagar besi berwarna hijau khas warna sekolah serta beberapa tanaman bunga berjejer rapi di depan sekolahan, menambah kesan sejuk dan asri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...