"Merica, hari ini Pitan boleh ke sekolah kan?"
"Bol...
"Enggak!"
Bukan. Bukan Caca yang menjawab melainkan suara yang tidak tau dirinya menyahuti, siapa lagi kalau bukan Froza.
Dengan dibalut kaos rumahan dan juga celana training Froza duduk di samping Caca terhalang satu kursi kosong, mungkin buat Bima, nanti.
"Kok gitu si Daddy, kan aku udah sembuh masa ga boleh sekolah." Pitan menatap Froza dan Froza menatap balik Pitan dengan tatapan lelahnya. Anaknya itu susah di atur.
Kunyahan roti isi sudah di telan, lantas meminum susu murni hangatnya, Froza menatap Pitan, "Mau sekolah hari ini atau pabrik yupi sapi?"
"PABRIK YUPI SAPIIII!"
"Sekolahnya besok, oke!"
"Siapp!"
"Pagi Daddy," sapa Bima baru saja menuruni tangga dan kini dia duduk di samping Froza, tepatnya diantara Caca dan Froza.
"Pagi anak gue, hari ini jadi beli sepatu?"
"Jadi dad, aku sendiri aja ya." Satu potong roti isi yang berada di depan Bima sudah ia lahap seperempat. Kunyahan ya sontak berhenti saat mendengar jawaban Froza.
"Gak gak gak, harus sama daddy. Daddy akan pilihkan kamu sepatu yang bagus, yang berkualitas. Ingat kamu masuk SMA bukan SMK kayak Daddy, dulu"
Bima sepenuhnya menatap Froza, "Daddy dulu SMK?"
"Yes, ah itu enggak penting. Sekarang sarapan terus siap-siap!"
Hari ini adalah hari Rabu yang mana semua orang di seluruh muka bumi ini akan menjalankan kesibukannya, baik yang bekerja atau yang bersekolah, sama seperti Pitan.
Dan hari ini juga Bima berencana akan ke toko sepatu dan membeli sepatu untuk sekolah. Karena esok, hari Kamis, adalah hari pertama kali ia bersekolah di kota, yang tentunya sudah beda bangku. SMA. Ya Bima besok sudah SMA, tentu saja sebelum mulai pembelajaran pasti ada masa pengenalan lingkungan sekolah. Yah itulah kegiatan Bima mulai hari Kamis sampai Sabtu.
"Mari"
Semua penghuni ruang makan menghentikan kegiatannya masing-masing, lantaran suara Froza yang memecah keheningan. Semua pasang mata menatap Froza dengan tatapan bingung.
"Daddy ngajakin siapa?" Tanya Pitan begitu selesai meminum susu murninya.
Dagu Froza menunjuk samping kanan tepatnya kearah Caca.
"Aku?" Caca menunjuk dirinya sendiri.
"Iya"
"Mari kemana?" Jelas saja Caca bingung, Froza mau mengajak kemana lha wong tadi enggak berbicara apa apa kepadanya kok.
"Gue manggil lo"
"Kok mari?"
"Caca MaricaGak boleh? Terserah gue dong, mulut mulut gue," kata Froza menekankan kata 'mari'. Sudah mulai lagi sifat Froza yang sewenang-wenang membuat Caca menghela nafas lelah. Lagian kenapa juga harus manggil dirinya, Mari, kayak ga ada yang lain aja.
Ting tong ting tong
Suara bel menggema di seluruh penjuru rumah termasuk ruang makan. Yang semula sibuk dengan kegiatan makan mereka kini harus terhenti lagi.
"Siapa juga yang tamu pagi banget gini?" Tanya Froza dibalas anggukan kepala oleh Pitan dan juga Bima, sedangkan Caca hendak menyendok kan nasi ke dalam mulut hanya mengangkat bahunya. Matanya menatap jam dinding yang terpajang di belakangnya. Pukul 08.30
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...