28. Salting brutal

3.3K 184 3
                                    

Sudah 5 hari, Froza tinggal di Aussie, selama ini ia hanya bisa berkomunikasi dengan keluarganya lewat video call. Dan hari ini rasa rindunya terbayar sudah. Hari ini dia akan pulang ke tanah air lebih awal dari waktu yang ia perkirakan, lantaran pertemuan dan jamuan di negri orang di percepat karena salah satu dari mereka tidak bisa berlama-lama lagi.

Dia sengaja tidak memberikan kabar orang rumah terutama Caca, karena ia ingin memberikan kejutan

Sekarang ia tengah berada di dalam jet pribadinya yang di kemudikan olehnya. Cuaca sangat mendukung alhasil dia bisa memprediksikan bahwa dia akan sampai di bandara lebih awal.

Sedangkan di belahan bumi yang lain serta waktu yang sama, seorang pria remaja dibuat kesal bukan main oleh bocah laki-laki yang berdiri di depannya dengan menantang.

Wajah bulatnya memerah serta mata bulatnya melotot menambah kesan lucu. Tapi pria remaja itu malah kesal.

"Aaaa Kak Bima, adem ikut lagi titik."

Sudah 3 hari berturut turut Pitan ikut Bima latihan turnamen voli di sekolah setiap sore, mengingat tinggal beberapa hari lagi, turnamen akan di laksanakan.

"Dek, kemarin udah ikut lho, masa ikut lagi sih," bukan tanpa alasan Bima menolak, tapi ini juga demi Pitan.

Biasanya sore hari Pitan itu suka tidur dan Bima takut nanti Pitan tidur di jalan mengingat dia membawa motor sendiri, tidak di antar ataupun mengendarai mobil. Sore hari jalanan kota macet dan Bima takut kalau nanti dia telat.

"Oke fine, cepet pakai jaket sama ambil helm," final Bima pasrah.

"Siap bos!" Dengan semangat empat lima Pitan langsung berlari memasuki rumah, tepatnya memasuki kamarnya untuk mengambil barang apa yang disuruh Bima tadi.

"Kakak mau latihan?" Caca datang dari dalam, di tangannya menenteng sapu tangan dan juga sekop kecil, ia hendak berkebun, pikir Bima.

"Iya nda, adek ikut lagi," tunjuk Bima kearah belakang tubuh Caca. Sontak Caca berbaik badan menatap Pitan yang sudah lengkap dengan jaket dan juga helm full face yang ia tenteng di tangan kanannya.

Caca menghela nafas kasar, selalu saja, "Hati-hati di jalan, kak," itu pesan Caca sebelum keluar rumah menuju ke kebun.

"Ayo," ajak Pitan dengan gaya sok cool nya.

Setelah usai memakai helm full face warna hitam Bima juga memakaikan helm kecil di kepala mungil Pitan. Setelah itu ia menaikkan Pitan di atas jok depan, tepatnya di belakang tangki bensin.

Brumm brummm

Motor menyala dan langsung meninggalkan pekarangan rumah mewah itu. Sepanjang jalan mereka berdua menjadi bahan sorotan. Bagaimana tidak, si pengendara memakai seragam voli dan memperlihatkan lengan berototnya serta celana selutut yang memperlihatkan kaki besarnya. Tidak lain juga dengan bocah mungil yang di bonceng di depan, dengan berpegangan tangki bensin.

Motor yang suaranya sangat nyaring dan asyik menyalip sana sini membuat beberapa orang mengumpat. Tapi Bima tidak peduli.

Di lampu merah Bima berhenti, sedikit membuka kaca helm full face nya, Bima menunduk.

"Dek, pegel gak?" Tanya Bima sedikit keras karena suara knalpotnya yang sedikit berisik.

Pitan mendongak dan menaikkan kaca helm full face nya, "Enggak kak, asik!" Jawab Pitan sedikit tersenyum hingga membuat matanya menyipit.

Bima mengangguk tanda mengerti, ia menurunkan kaca helm nya dan juga milik Pitan, setelah itu langsung melajukan motornya dengan kecepatan penuh setelah lampu berganti hijau.

Mas Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang