Pesawat Lion Air 76 baru saja mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Seluruh penumpang berbondong bondong untuk keluar pesawat guna menghirup udara segar setelah berdiam di pesawat beberapa jam, tak lain dengan kedua pria dewasa ini.
Berjalan beriringan dengan menggeret koper mereka masing-masing. Tubuh tegal nan gagah serta pahatan wajah bak dewa yunani membuat beberapa pengunjung bandara menatapnya. Kacamata hitam yang bertengger di hidung bak prosotan anak TK menambah kesan cool hingga membuat kaum hawa membatin.
"Baru tau kalau, orang Indonesia mudah mengagumi orang-orang ganteng, gue ganteng kan?"
Tanya pria dewasa yang berambut pirang kepada pria yang berada di samping, berambut Curly itu.
"Gak usah pede, lo ganteng karena mata mereka belum pernah liat bule aja," balasnya sinis.
"Hilih taik, itu juga kenapa si duda malah buat gue kesel," perkataannya berhasil membuat pria berambut Curly kesal.
Hingga atensi mereka sepenuhnya terarah kepada sosok pria dewasa yang tengah menggandeng anak keci usia 6 tahuan.
"Omo, akhirnya si duda yang kita tunggu-tunggu dateng juga," kata pria rambut pirang itu dengan girang.
"Om Marsel, om Michel Tama kangen tauk," Rajuk anak kecil itu, tapi tak urung dia juga memeluk pria kembar itu dengan penuh kerinduan.
Marsel Djackson dan Michael Djackson adalah pria kembar teman dekat Froza yang baru saja menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya setelah 10 tahun berada di negri gingseng, karena sekolah.
"Aigo, Om Marsel lebih tua lho dari Michael harusnya om dulu dong yang di sebut bukan malah di badebah ini, Tama," pelukan usai. Kini mereka ber empat berdiri dan menatap satu sama lain dengan penuh kerinduan.
"Heh Marsel, lo sama gue cuma beda 4 menit, gitu aja bangga," perdebatan segera di mulai. Michael yang tidak terima dan si Marsel yang tidak mau mengalah.
"Lebih tepatnya 1 tahun brader, ingat gue lahir 31 Desember 1999 pukul 23.58 dan lo, 1 Januari 2000 pukul 00.02," ralat Marsel.
"Sialan, terserah intinya kita kembar beda 4 menit!"
"Om mending kita ke rumah Tama aja deh, cape tau dengerin om kembar bertengkar," lerai Pitan begitu melihat akan ada tanda-tanda pertengkaran lagi diantara dua orang kembar itu.
Dan sedari tadi Froza hanya diam menonton perdebatan mereka.
🐄
Mobil yang di kendarai Froza sudah berhenti di pekarangan rumahnya. Di kursi penumpang terdapat Marsel dan Michael yang asyik menatap sekeliling rumahnya, maklum sudah lama tidak ke rumah Froza sejak mereka berdua ke luar negri.
Sedangkan Pitan dia duduk diam di pangkuan Froza. Bukan diam lebih tepatnya terpaksa diam karena ancaman Froza.
"Selamat datang di rumah Pitan, om kembar," kata Pitan begitu turun dari mobil dan berdiri dengan kaki ya sendiri di samping pintu mobil kemudi.
"Ekhmm, ralat. Selamat datang di rumah duda kaya raya," perkataan Froza berhasil membuat Pitan mendengus. Sedangkan kembar hanya terkekeh melihat tingkah laku anak dan ayah itu.
"Ayo masuk om!" Intrupsi Pitan dan berjalan paling depan, seolah dia adalah sang tuan rumah. Sedangkan sang pemilik rumah hanya menatap punggung mungil Pitan malas.
Begitu sampai di dalam rumah Michel langsung dihadiahi pelukan oleh wanita paruh baya yang tak lain ibu dari Froza.
"Astaga anak mami, sehat kamu? Atau capek? Ayok ayok istirahat," serentetan pertanyaan keluar dari mulut Ayu setelah pelukan terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...