27. Bocil ngreog

3.2K 169 1
                                    

"Aaaa kak, Pitan mau ikut!"

"Enggak dek, di disana kakak enggak main, tapi latihan"

"MOMMY, LIHAT KAK BIMA NGGAK MAU NGAJAK PITAN PERGI!"

Sosok Caca datang terpongah pongan, di tangannya membawa panci yang berisi sayur siap masak serta celemek yang melindungi bajunya.

"Adek, kenapa teriak-teriak?"

Pitan sepenuhnya menatap Caca, "Tuh Kakak gak mau ngajak Pitan," adu Pitan.

Oke sekarang Caca mengerti.

"Kak Bima ke sekolah itu latihan lho dek bukan cuma main"

Caca mencoba memberikan pengertian, sudah dua hari berturut-turut Pitan merengek ingin ikut Bima ke sekah untuk latihan voli untuk persiapan turnamen. Tapi memang dasarnya Pitan saja yang manja.

Selama dua hari ini, Caca berhasil mengalihkan perhatian Pitan agar dia lupa kepada keinginannya, tapi untuk sekarang tidak bisa lagi dan lihatlah Pitan tengah ngreog.

Berguling guling di atas marmer yang dingin, dan menangis brutal dan terkahir duduk di atas lantai marmer dan menendang nendang angin membuat Caca dan Bima saling tatap dan tak lama mengangguk pasrah.

Bima berjongkok tepat di depan Pitan, dengan mudah Bima menggendongnya, awalnya Pitan berontak hingga Bima lengan, bahkan kalau tadi saja tangan Bima tidak sigap menahan badan Pitan, Pitan sudah jatuh mengenaskan di atas lantai.

"Dek, udah nangisnya. Gak malu? Udah gede lho," kata Bima mengelus puncak kepala Pitan dan juga menghapus sisa-sisa air mata Pitan yang ada di pipi chubby nya.

Pitan sesengukan dan menggeleng, "Enggak..hik..hik..."

"Katanya mau ikut kakak, jadi gak?"

Pitan mengangguk antusias.

"Tapi jangan nangis dong!"

Dengan kasar Pitan menghapus air matanya dan berpura pura tegar. Menegakkan badannya yang berada di gendong Bima, yang semula letoy kini sudah tegak bak keadilan. Sontak hal itu membuat Bima dan Caca dilanda kegemasan.

"Adek udah enggak nangis lagi," Pitan berkata demikian matanya menatap Caca dan Bima bergantian.

"Bagus itu baru adek kak Bima!"

Cup

"Kalau mau ikut kakak, pakai jaket biar enggak kena angin secara langsung," tutur Caca mengelus puncak kepala Pitan.

"Ambilin, mom," rengek Pitan manja.

"Sejak kapan anak bunda manja, hmm?" Goda Caca menaik turunkan alisnya dan tersenyum misterius.

"Kak, lihat deh mommy. Gak mau manjain adek," adu Pitan menatap Bima sembari mempoutkan bibirnya seperti anak bebek.

"Kakak ambilin, adek tunggu ya," Pitan mengangguk dan langsung turun dari gendongan Bima.

Lantas Bima meninggalkan Pitan dan Caca. Sedikit berlari ia menaiki tangga menuju kamar Pitan.

"Nanti di sana adek jangan ganggu kaka ya, duduk aja," pesan Caca bmembenahi tatanan rambut Pitan akibat ngreog tadi, rambutnya seperti habis di terjang badai.

Bima datang dan Caca juga sudah selesai membenahi rambut Pitan. Rambutnya sudah rapi dan tubuh mungilnya juga sudah terbalut jaket kulit yang lumayan tebal.

"Diantar aja ya kak, bunda takut adek kenapa napa," Caca benar-benar khawatir sekarang, si kecil yang tidak biasa keluar sore, takut masuk angin.

"Enggak bun, waktunya tinggal dikit lagi latihan. Sore biasanya macet, kakak takut telat," tolak Bima menatap Caca dan Pitan secara bergantian.

Mas Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang