"Dad, tadi malam ada gempa ya? Kok kasurnya goyang-goyang, rada lama lagi. Mommy sama Daddy ngerasa gak sih?" Tanya Pitan beruntun.
Hari sudah hampir gelap sebentar lagi matahari akan meninggalkan tugasnya. Kini Forza, Caca dan juga Pitan duduk di balkon kamar Forza yang langsung mengarah pada keindahan senjanya.
Televisi analog dibuatkan menyala tak ada yang berminat melihatnya, sampai ada satu siaran televisi yang menarik perhatian Caca.
"Kita kembali lagi bersama lintas i news sore. Pemirsa, di temukannya sebuah mayat di depan gedung tua yang berada di kawasan Cilempeng. Di duga korban bunuh diri lantaran tidak kuat menahan beban hidupnya."
Siaran berita berhasil menarik peehatian Caca sepenuhnya. Di telivisi tersebut disuguhkan gambar orang yang sudah tak bernyawa, dengan keterangan, 'bunuh diri lantaran tidak kuat menahan beban hidup.'
"Baik pemirsa, di temukannya mayat di depan gedung terbengkalai di pinggir kota. Korban memiliki jenis kelamin perempuan korban di duga depresi berat. Kini sudah ada saksi mata yang bersama kami," news anchor memperbesar layar yang berada di belakangnya hingga berita beralih di tempat tkp dengan pria paruh baya yang di duga adalah saksi mata. Dengan keterangan pria itu bernama Amir.
"Pak Amir, bagaimana kronologinya bapak bisa menemukan mayat ini? Sedangkan di pinggir gedung itu seperti hutan?" tanya news anchor itu menatap sekeliling tkp.
"Saya menemukan mayat ini tadi malam saat saya hendak mencari babi hutan. Saya kira kuntilanak tapi ternyata manusia yang bunuh diri"
"Lantas kondisi seperti apa saat bapak temui?"
"Lukanya parah cuy, kepalanya pecah. Pokoknya parah deh"
"Terimakasih, atas kerja samanya!"
Caca termelongo mendengar berita yang baru saja itu. Buku kuduknya merinding melihat mayat itu tanpa ada sensor apapun.
Sudah banyak kasus pembunuhan yang ia temuin di berita, lebih parahnya lagi pernah melihat mayatnya di depan mata kepalanya sendiri.
"Ih ngeri ya mom, kenapa coba harus bunuh diri? Depresi? Depresi tuh apa mom?" tanya Pitan mendekati Caca dan duduk di antara Caca dan Forza.
"Depresi tuh kayak hampir gila gitu deh," jelas Caca random. Lagian kenapa juga Pitan harus bertanya, kan dia tidak tau mau jawab apa.
"Depresi atau dalam istilah medis disebut sebagai gangguan depresi mayor adalah gangguan mental yang mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan cara bertindak seseorang. Individu yang mengalami depresi cenderung merasa sedih dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik hingga menurunkan kinerja pengidapnya," jelas Forza setelah ia membuka hp guna mencari di google.
(Diambil dari https://www.halodoc.com/kesehatan/depresi)
Pitan mengangguk kecil walaupun tak tau apa maksudnya. Matanya menatap kearah pintu masuk kamar Forza tepatnya kearah Bima yang berjalan sempoyongan dengan muka bantal dan rambut acak acakan karena sehabis bangun tidur.
"Sudah bangun dari hibernasimu, tuan?" Sindir Caca keras membuat Bima tersenyum bak orang bodoh.
Setelah acara turnamen kemarin, peserta turnamen di liburkan selama 3 hari, karena untuk memulihkan kembali kondisi tubuh dan waktu 2 hari itu di manfaatkan Bima untuk satu hari full tidur, tentunya setelah dia sakit kemarin.
"Udang dong, bunda. Lagian kan besok hari terakhir libur jadi ya harus di manfaatkan," kata Bima menyangkal kemalasannya.
"Gih makan, bunda tadi udah masak daging sapi pedas manis kesukaan kamu," suruh Caca mengingat hari sudah sore, pasti Bima belum makan apapun setelah sarapan tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...