Setelah kemarin Froza pulang ke tanah air, hari ini Sandro dan Ayu juga kembali ke tanah air setelah 6 hari lebih ke negri tetangga. Tepatnya Singapura.
Sekeluarga minus Bima sedang berada di kursi tunggu yang berada di bandara. Hari ini adalah hari Kamis, wajar Bima tidak ikut serta menjemput oma dan opanya. Soal Pitan, dia pulang lebih awal karena guru-guru akan takziah ke rumah kepala sekolah, yang meninggal dunia adalah mertuanya.
Tepat pukul 10.00 wib pesawat yang di tumpangi Sandor dan Ayu mendarat. Selang 10 menit para penumpang pesawat turun dan menemui keluarga mereka yang sudah menjemput.
Tak lain juga sepasang paruh baya yang masih terlihat muda itu. Mereka adalah Sandro dan Ayu berjalan beriringan dengan Sandor merengkuh pinggang ramping sang istri. Serta di belakang mereka terdapat beberapa bodyguard yang mengawal dan juga membawakan koper serta barang bawaan yang lainya.
"Oma, Pitan kangen banget pake banget." Pitan berlari kecil dan menubruk tubuh ramping Ayu dan memeluknya denga erat, seolah sudah bertahun tahun tidak bertemu.
"Kok cucu oma enggak sekolah? Wah mau jadi anak pemalas ya kamu," tuduh Ayu dengan mata memincing tanpa memedulikan sekitar.
"Ih oma, enak aja ngatain Pitan, Tadika Mesra pulang lebih awal ya oma," kata Pitan sedikit merajuk dan memalingkan pandangannya kearah lain.
"Oh oke oke oma ga tau, yaudah yuk pulang, oma bawa hadiah buat cucu oma tersayang," bujuk Ayu yang melihat tanda-tanda Pitan akan marah kepadanya.
"LET'S GO!"
🐮
Begitu sampai di rumah Pitan langsung membuka semua koper yang tadi di bawakan bodyguard. Pitan tidak peduli isi dari koper itu yang ia cari adalah hadiah yang Ayu maksud tadi.
"Wihh apa nih, kacamata kah?" Tanya Pitan bingung, tangan mungilnya mengangkat tinggi-tinggi bra berwarna hitam menunjukannya kepada Ayu dan Sandro yang duduk di sofa tak jauh darinya.
"HEH CUCU, ITU KOTANG BUKAN KACAMATA, ASTAGA!" pekik Ayu spontan dan langsung merampas bra itu dari tangan mungil Pitan dan kembali memasukannya ke dalam koper dan menutupnya.
"Bukan koper yang ini, tapi yang itu," tunjuk Ayu kepada koper ukuran kecil berwarna putih yang berada di ujung meja. Masih ada rasa sebal yang menggerogoti hari Ayu. Tapi sudahlah anak sekecil Pitan mana paham.
"Ya kan Pitan tadi enggak tau, salah sendiri oma gak ngasih tau," dumel Pitan lirin dan mulai membuka koper yang tadi di tunjuk Ayu.
Samar sama Ayu mendengar dumelan Pitan hanya bisa menghel nafas lalu menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Salah sendiri jadi cucu tidak sabaran.
"Woah aka nih, permen kah?"
"De..u..du..r..e..rek, durek," eja Pitan kepada benda yang berada di genggamannya.
"Opa, ini permen rasa apa? Duren ya?" Pitan menunjukkan benda yang di maksud tepat di depan wajah keriput Sandro membuat sepasang paruh baya itu melotot.
"ANJAYANTO, CUCU GUE UDAH TERBODAI!"
🐮
Lain halnya dengan sepasang suami istri gadungan ini malah asyik dengan dunia mereka berdua. Duduk bersanding di atas kursi rotan yang berada di balkon kamar mereka menikmati sinar matahari yang tak terlalu terik dan juga tak terlalu redup. Sangat pas untuk di pandang.
"Mas," panggil Caca memalingkan wajahnya ke samping tepatnya kearah Froza.
Froza juga ikut memalingkan pandangannya, "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...