"Nikah yuk ca!"
Hening lagi. Caca menatap Froza tanpa berkedip sedangkan Froza malah tersenyum bak orang gila. Agaknya Froza sudah tidak cuek lagi.
Perkataan Froza berhasil membuat Caca teringat akan cicin berlian yang ia lihat dan ia pegang tadi di ruang kerja Froza, tepatnya berada di atas meja kerja Froza.
Caca menatap Froza sendu. Apakah Froza tengah mempermainkannya? Dia hendak melamar anak orang tapi kenapa malah ngajak nikah sama dirinya? Atau dia hanya di jadikan pelampiasan?
"Mas," panggil Caca pelan. Tubuhnya bergerak tak nyaman karena tatapan Froza mengintimidasi.
"Kenapa hmm? Butuh sesuatu?"
Caca menggeleng.
"Aku mau nanya boleh?"
"Tentu, apa yang mau kamu tanyain?"
Ada sedikit keraguan di hati Caca. Bahkan tanpa tidak tahu dirinya Caca berharap di lamar Froza. Oke abaikan, mari kita tanyakan yang sebenarnya.
"Mas, kamu mau lamar anak orang?"
Kedua mata Caca terpejam setelah kata itu meluncur dengan sendirinya dari mulutnya. Dan sialnya Froza tak kunjung menjawab. Hening selama 5 detik sampai terdengar tawa kecil Froza yang berhasil membuat Caca membuka matanya.
"Kok ketawa sih? Kan aku tanya," Caca kesal saat respon Froza di luar dugaannya. Apa pertanyaan lucu hingga membuat Froza tertawa? Atau pertanyaan salah? Kayaknya tidak.
Bibir tipis Froza menyeringai tanpa di sadari Caca, lantas ia berdehem menetralkan suaranya dan juga tawannya.
"Iya, mas mau lamar anak orang," jawab Froza tanpa beban.
Bahu Caca melemas seketika. Harapannya pupus sudah untuk bersanding dengan Froza sampai nanti.
Friza yang melihat gelagat tubuh Caca membuat seringnnya semakin tajam.
"Emang kenapa?"
"Gpp tanya aja. Tapi maaf aku udah terlanjur mencintai mas," kedua mata Caca berkaca kaca menatap Froza sendu sedangkan yang di tatap hanya mampu diam.
"Kenapa kamu ngomong dadak? Padahal aku udah siap lamar anak orang?" Tanya Froza sedikit geram. Seakan Caca telat menyadari rasa cinta untuknya.
"Maaf. Maaf juga tadi aku lancang bukak kotak beludru di atas meja kerja mas," kepala Caca menunduk dalam tak berani menatap mata Froza yang tengah menatapnya tajam. Mati matian dia menahan isakannya agar tidak meledak, tapi tak bisa.
Katakan saja dia tidak tau diri. Disaat orang yang kita cintai hendak melamar anak orang tapi malah dia baru menyadari perasaannya. Dan Caca tidak rela Froza milik orang lain. Egois.
"Gpp, cuma bukak kan? Pemiliknya gak bakal marah kok. Dia cantik. Dia manis. Dia imut dan dia berhasil membuat aku jatuh cinta saat pandangan pertamanya." Bangga Froza kepada sosok yang ia maksud tanpa menyadari gelagat aneh Caca.
Hati Caca rasanya seperti di remas kuat. Penuturan Froza seakan menyuruh Caca untuk sadar diri, bahwa Froza sudah punya yang lain.
"Tau gak?"
Dan dengan bodohnya Froza melanjutkan ceritanya di depan wanita yang mencintainya.
"Dia istri able banget. Sabar, pengertian, kadang crewet mana mungil lagi, kan pengen aku kurung di kamar terus menerus soalnya gak ada yang lihat. Katakan saja aku gila"
"Niatnya aku mau lamar dia kemarin, tapi gak jadi. Mungkin besok atau nanti malam"
Sekali lagi, penuturan Froza membuat benteng pertahana Caca runtuh seketika. Bahunya bergetar hebat, isakan demi isakan memenuhi gendang telinga Froza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
Fiksi Umum"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...