"AYO KAK BIMA LAJU LAGI KUDANYA. KEJAR MOMMY SAMA DADDY. AYO LAJU LAGI!'
"HAHAHAHA KAK BIMA, LAJU LAGI"
Teriakan penuh antusias itu memasuki gendang telinga, membuat siapa saja yang mendengarnya akan tersenyum. Termasuk pria dan wanita yang baru saja di lewatinya.
Duduk layaknya pasangan baru menikah, Froza dan Caca duduk diatas kuda yang di pegang kendali oleh Froza. Kuda yang di tunggangi kedua anaknya sudah melaju kencang melewatinya.
"Kamu lihat, sayang, anak kita sudah kembali tersenyum lagi. Apakah kamu menyukainya?" Bisik Froza tepat di samping telinga Caca.
Laju kudannya sedikit melambat disaat salah satu tangan Froza melingkar apik di pinggang ramping Caca sedangkan tangan yang satu masih memegang alih tali kuda yang mereka tunggangi.
Caca memalingkan wajahnya ke samling kiri, alhasi hidung pesek Caca bersentuhan langsung dengan rahang tegas Froza. Tanpa disadari Caca mengecupnya kecil.
"Tentu saja, aku lebih suka Pitan yang bar bar daripada Pitan yang cengeng"
"Aku pun juga begitu. Mari sayang kita kejar kuda mereka!"
Sekali gerakan kuda itu kembali berjalan dengan kencang, bahkan sampai berlari berusaha menyalip kuda putih jauh di depannya, kuda yang di tunggangi Pitan dan Bima.
Hembusan angin kencang membuat kelopak mata Caca terpejam untuk beberapa saat. Aroma dedaunan yang kering terpijak sepatu kuda menguar kuat membuat Caca semakin betah lama-lama di sini, di tambah lagi ada kedua anaknya dan tentunya ayah dari anak mereka.
Weekend Minggu ini Froza gunakan untuk liburan keluarga. Setelah sekian lama tidak berlibur satu keluarga akhirnya Froza memutuskan untuk berkuda. Selain karena ingin berlibur keluarga, ia juga ingin Pitan melupakan traumanya.
Kuda yang mereka tunggangi adalah milik Froza sendiri yang sudah lama ia punya. Namun karena kesibukan yang ia miliki, membuatnya jarang bahkan tidak pernah lagi untuk menengok kuda kesayangannya. Kuda putih dan hitam yang ia punya. Kuda putih milik Pitan dan kuda hitam miliknya. Selama ini hanya orang-orang suruhannya saja yang merawat kudannya, bahkan dia yang pemiliknya saja jarang merawat.
"PUTIH AYO LAJU LAGI, KITA HAMPIR SAMPAI DI RUMAH"
Sekali lagi teriakan Pitan di antara pepohonan membuat beberapa burung gagak beterbangan meninggalkan dahan yang baru saja di pijak.
Tempat luas dan beberapa kandang kuda tujuan terkahir mereka. Mereka ah lebih tepatnya Pitan dan Bima sudah kembali ke tempat semula setelah berkeliling hutan kecil dengan kudannya. Dengan di bantu salah satu pengurus kudannya, Pitan dan Bima berhasil turun dari punggung kuda putih itu.
"Makasih Om Tinus," kata Pitan begitu di turunkan dari punggung kuda.
Pria berbadan kekar dan berkepala plontos itu mengangguk kecil sebagai responnya.
"Jangan pegang calon istri gue lo, Marcus," ucapan penuh peringatan itu membuat Pitan dan Bima mengalihkan perhatiannya kepada sumber suara.
Nampak Froza dan Caca sudah sampai. Dengan Marcus berusaha menurunkan Caca tapi tidak jadi lantaran larangan dari Froza.
"Maaf, tuan!"
Marcus menunduk, berdiri di samping kuda hitam itu sembari memegang alih tali kudannya.
"Ayu sayang sini ku bantu!"
Caca turun dari punggung kuda itu dengan perlahan tentu saja juga dengan bantuan Froza yang memegangi pinggangnya.
"Mommy, ayo kita harus beli es kopyor!"
Pitan datang mendekati Caca dan Froza dan langsung menggandeng tangan kiri Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...