Malam telah tiba, rembulan mulai menampakkan dirinya begitupun dengan sang bintang yang setia menemaninya. Malam ini bulan nampak bulat dan sangat terang, sangat pas untuk di pandang dan di nikmati bersama.
Hamparan rumput yang hijau menjadi tempat yang pas untuk menikmati momen itu. Tak lain dan tak bukan mereka adalah keluarga Froza.
Rebahan bagaikan di kasur, menatap rembulan yang bulat itu tanpa menggunakan tikar. Froza berada di paling kanan, Caca berada di kanan Froza, Bima yang berada di kanan Caca dan Pitan berada di kanan Bima.
Kedua tangan mereka gunakan untuk pengganti bantal. Jaket dan celana panjanglah yang menghangatkan mereka, walaupun tidak dingin tapi itu hanya untuk antisipasi aja.
Setelah acara satu hari penuh tawa itu akhirnya, malam ini mereka gunakan untuk bersantai di bawah rembulan di atas taman rumput yang berada di halaman depan rumah Froza.
"Kak, aku suka deh lihat bintang. Cantik," kata Pitan mendongak menatap Bima dengan senyum khas andalannya.
Bima menunduk menatap Pitan lalu ikut tersenyum. Tak di sangka setelah satu hari di habiskan dengan latihan voli, akhirnya dia bisa juga menikmati satu malam bersama keluarganya, sebelum Froza pergi ke Aussie tentunya.
"Ca, kamu tau bedanya kamu sama bintang gak?" Tanya Froza menatap Caca sejenak lalu kembali menatap langit. Tangannya terulur keatas menghubungkan satu bintang ke bintang yang lain seolah tengah membentuk suatu garis-garis abstrak. Matanya juga memincung, menerawang garis apa yang baru saja ia bentuk tadi.
"Enggak, emang apa?" Caca juga melakukan hal yang sama, tapi itu tak bertahan lama karena jawaban dari Froza.
"Kalau bintang, bintangnya langit kalau kamu bintangnya aku," jawab Froza random membuat tawa Caca pecah.
"Bunda kerasukan?" Tanya Bima spontan menatap Caca dan bangun menjadi duduk diikuti Pitan juga menatap Caca.
Pasalnya tadi Caca diam baik-baik saja tapi kenapa tiba-tiba tertawa seperti kerasukan. Ah Bima jadi merinding sendiri, apalagi ini adalah malam Jum'at. Menambah horor saja, pikir Bima.
"Enggak, bunda enggan kerasukan. Cuma geli aja, papa kamu berulah," Caca ikut teruduk menatap Bima dan Pitan.
"Mommy, mommy tau bedanya mommy sama babi gak?"
Caca menggeleng.
"Oh"
"Trus? Persamaan mommy sama babi apaan?"
"Mommy mau banget aku samain sama babi, wahahaha!"
"Anak durjana, mau mommy kutuk jadi Dugong kamu," murka Caca, tentu saja hanya berpura pura, mana tega dia memarahi anak sekiyowok Pitan?
"Ih takut, coba dong mommy kutuk aku," ekspresi sok takut membuat Caca bersiap akan mengutuk Pitan, tapi harus terhenti karena Froza membekap mulutnya. Agaknya Froza tau, kalau Caca akan mengucapkan sebuah mantra.
"Lewpas," Caca berontak memukul punggung tangan Froza dan menyikut perut Froza secara brutal. Nafasnya memburu begitu tangan Froza terlepas. Matanya menyorot tajam, menatap Froza penuh peringatan.
"Kamu mau buat aku mati?" Tanya Caca bersungut sungut.
"Kamu tega kutuk anak sendiri?" Oke drama di mulai.
"Ya iyalah, kenapa harus enggak?" Tantang Caca. Tangannya di pinggang dan wajah garang adalah khas orang menantang. Tapi bukannya nampak kejam tapi malah jatuhnya ngakak.
"Aku kutuk kamu jadi istri aku tau rasa"
"Ihh mau dong," goda Caca bergeluyut manja di lengan kekar Froza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
General Fiction"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...