31. Good daddy

6.1K 210 0
                                    

Baru saja Caca dan Froza menuruni anak tangga, di bawah sudah di sambut tatapan menggoda dari anggota keluarganya.

Begitu duduk di kursi yang tersisa, siulan menggoda dari Ayu membuat wajah Caca seketika memerah.

"Yang tadi malem jeritnya kenceng banget, cung jari," alis Ayu naik turun menggoda. Telapak tangannya menutup mulut, syok telah apa yang ia lihat.

"Woah, anak saya ganas banget ya, ca?" Kagum Ayu mesam mesem tidak jelas. Tatapan matanya mengarah di ceruk leher Caca yang memerah.

Caca mengikuti arah pandangan Ayu, lalu tangannya meraba ceruk lehernya. Sial. Gara-gara tragedi masuk angin tadi malam membuatnya kerokan hingga ke mana-mana, termasuk di lehernya. Pasti disini ada bekasnya.

"Gak nyangka, anak gue brutal, ganas pulak," kekeh Sandro.

What the...

Froza menatap horor Caca dan di balas pelototan tajam olehnya. Gara-gara masuk angin dirinya jadi tidak ada jatah segala di kasih godaan lagi. Oh Tuhan.

"Mommy kenapa? Kok lehernya merah-merah?" Kini si kecil Pitan bertanya dengan menatap heran leher Caca.

"Tadi malam mommy masuk angin, terus mommy suruh Daddy kamu kerokin," jelas Caca sembari menyuapi Pitan.

"Masuk angin itu sakit ya mom? Sampai teriak tadi malem berisik tauk," kesal Pitan. Acara montok filmnya terganggu tadi malam karena suara jeritan Caca.

Caca menatap tajam Froza. Sialan emang si manta duda satu ini, kenapa juga kamarnya tidak di buat kedap suara? Kan jadi dia yang malu.

"Ya sakit, namanya juga kemasukan angin," potong Froza cepat sebelum Caca menjawabnya.

"Kasian anak gue gak dapet jatah makan pertama," ejek Sandro pelan. Tepat di samping telinga Froza membuatnya mendegus kesal

Sedangkan Bima hanya diam menyimaknya. Dia tidak bodoh dengan pembicaraan mereka. Walaupun di bawah umur tapi pikirannya sudah bisa di ajak kompromi tentang dunia dewasa, sedikit saja yang ia tau.

"Kakak dari tadi diem aja pasti tau nih," kata Ayu membuat mereka semua menatap Bima.

"Cuma dikit kok Oma"

"Wah parah, cucu gue udah gak suci lagi!"

🐮

Baru saja tangan Caca meraih piring kotor tapi suara Froza berhasil mengehentikannya.

"Biar aku aja, sayang. Kamu masih masuk angin." Froza merebut tumpukan piring dari tangan Caca dan membawanya ke wastafel.

Seluruh keluarganya sudah meninggalkan meja makan sejak beberapa menit yang lalu. Mereka berdua terkahir karena tadi harus menanggapi godaan unfaedah keluarganya.

Froza mulai mencuci piring. Caca duduk manis di kursi yang tadi ia duduki lalu berpindah agar lebih dekat dengan Froza. Matanya tak lepas dari punggung Froza yang bergerak kesana kemari.

"Bundaa," panggil Bima manja. Lengannya bergeluyut manja di leher Caca membuat Froza yang melihatnya mengeram marah. Miliknya tidak boleh di sentuh selain dirinya.

"Kenapa? Badan kamu panas? Capek ya 2 hari lalu turnamen?" Telapak tangan Caca tepat di dahi Bima merasakan hangat luar biasa.

"Pusing," adu Bima memejamkan matanya. Bahkan ia semakin erat memeluk Caca.

"Kalau pusing ya tidur sama, ngapain ngadu sama bunda?" Kata Froza ketus

"Mas, sama anak sendiri kok gitu," lerai Caca tak mau menimbulkan perdebatan antara anak dan ayah itu.

Mas Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang