Suara gesekan roda bankar dengan lantai yang dingi membuat semua orang yang berada di lobi menyingkirkan secara spontan.
Seprai bankar yang semula bersih putih kini sudah berubah menjadi merah darah. Perban di kepalanya kini sudah berubah warna menjadi merah. Seorang pria kecil tengan menutup mata indahnya.
Tak berselang lama suara sirene ambulan dan di susul beberapa perawat berlarian menyambut brankar seorang pria remaja yang tergeletak tak berdaya di atas brankar dengan kondisi yang tak beda jauh dari brankar yang awal.
Dua bankar itu langsung masuk ruang ICU tanpa mempedulikan tatapan tanya orang lain. Mereka berpikir mereka berdua adalah korban kecelakaan.
🐮
Sedangkan di belahan bumi yang lain, dan waktu yang bersamaan. Froza tengah bersantai di ruang kerjanya. Berbicara tentang Caca, kemarin asisten pribadinya bilang, dia pulang ke kampung halaman. Froza tak mau ambil pusing mungkin dia kangen sama orang tuanya.
Tapi yang membuat Froza kesal adalah KENAPA DIA TIDAK DI AJAK!
Suara dering ponsel membuatnya mengalihkan perhatian dari grafik pendapatan bulan ini.
Nomor tidak di kenal.
Paling orang iseng, batin Froza tak mau mengangkat telponnya. Lantas ia melanjutkan menghitung dan melihat grafik yang setiap hari selalu naik sedikit demi sedikit. Hal itu membuat Froza tersenyum-senyum sendiri, jadi begini rasanya jadi juragan sapi paling muda, kenapa dia tidak kepikiran sejak dulu kalau seenak ini.
Ponselnya kembali berdering membuat Froza berdecak,
"GANGU TAU GAK LO," maki Froza kepada orang yang berada di sebrang begitu telpon di angkat.
"Maaf menganggu waktu anda pak, apakah anda keluarga saudara Bima sakti dan juga Cbritan Vernando Pratama?"
"Iya, mereka anak gue. Kenapa?!" Dan dengan tak tau dirinya Froza kembali membentak.
"Kami dari Rumah Sakit Yudistira mau memberitahukan bapak bahwa kedua anak anda mengalami kecelakaan parah di jalan Arjuna pagi tadi"
"HEH JAMET LO GAK USAH NGADI NGADI"
Sambungan di putuskan sepihak oleh Froza. Dengan jantung yang berdegup kencang Froza berlari meninggalkan ruangannya. Eric yang hendak masuk mengurungkan niatnya karena melihat aksi Froza.
"Mau kenama lo?" Teriak Eric mengejar Froza.
"ANAK GUE KECELAKAAN," Teriak Froza tak kalah keras.
Di deepan peternakan ada Yayan yang memandikan sapi di tengah jalan, tak ada cara lain. Friza melompati sapi itu dengan gerakan gesit bagaikan atlet lompat jauh.
Yayan dan Eric yang melihat itu malah melongo di tempat.
Begitu sampai di parkiran hujan malah turun dengan deras diiringi guntur yang menyambar sana sini.
"Mbak Rara, tolongin mas duda beristri yang baik ini," mohon Froza melajukan mobilnya.
Dia tak peduli kepada hujan, selagi bisa di lawan kenapa harus takut. Bukannya reda malah semakin deras membuat pandangan Froza sedikit mengabur.
Shit!
Dalam hatinya friza mengumpat melihat mobil mobil berhenti di depannya padahal rumah sakit sudah ada di depan mata.
Doubel shit!
Tak ada pilihan lain selain berlari dan menerjang hujan. Froza keluar dari mobil dan langsung berlari menerjang hujan badai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (SELESAI)
Fiksi Umum"Mas..." "Apa sayang hmm," bahkan dalam keadaan setengah sadarpun Froza masih saja suka menggoda Caca hingga membuat pipi Caca bersemu merah. "Ayo masuk!" Ajak Caca berusaha menahan berat badan Froza yang beratnya melebihi dosanya. "Masuk kemana hmm...