" Hentikan Garvi!". Ucap Arthur penuh peringatan.
Sloane hanya diam dan masih mempertahankan senyumannya.
Tetapi berbeda dengan para pelayan Sloane yang berada di dekat nya.
Mereka merasa marah atas perkataan Garvin yang sungguh konyol menurut mereka.
" Tapi...bukan kah anda semua yang memberikan jarak antara saya dan anda semua? Anda semua yang pada awalnya membuat hubungan kita menjadi orang asing. Dan sekarang anda marah dan tidak terima? Bukan kah anda sangat lucu Tuan Muda Ketiga?".
" Bukan begitu maksud kakak ketiga mu, putri ku, kami hanya khawatir kepada mu.". Ucap Mathew membenarkan, ia tak ingin jarak hubungan dirinya dan putrinya semakin menjauh.
" Tetapi...kekhawatiran kalian semua sudah tak berarti untukku, Tuan Jendral Agung.". Balas Sloane yang kali ini menampilkan wajah datar nya.
" Dulu...saya membutuhkan kasih sayang, dulu...saya membutuhkan sebuah pelukan hangat dan perhatian bahkan dulu saya hanya membutuhkan kepercayaan kalian semua yang katanya adalah keluargaku."
" Tapi...di mana kalian pada saat itu?".
" Kalian semua menatap saya dengan tatapan dingin bahkan terkesan acuh dan jijik. Seakan saya adalah kuman yang harus segera dimusnahkan."
" Ketika saya membutuhkan sedikit perhatian dan kepercayaan dari kalian tapi..apa yang saya dapatkan? Hanya cacian dan makian dari kalian semua. Bukan kah apa yang saya rasakan kali ini juga pernah saya rasakan dulu?".
" Lalu sekarang kalian semua ingin memperbaiki hubungan diantara kita dan melupakan semua perlakuan buruk kalian terhadap saya begitu saja? Saya hanya lah manusia biasa, memaafkan memang mudah tapi...untuk melupakan itu sangat sulit.".
Mereka kembali terdiam, ingatan masa lalu menghantui mereka kembali.
" Maaf...maaf kan ayah putri ku...".
Sloane masih menatap mereka dengan tatapan datar, entah kenapa perasaan pemilik asli seakan menguasainya dan itu membuatnya tidak suka.
Ia membenci ketika semua nya tidak bisa ia kendalikan termasuk perasaan konyol ini.
Dengan mengeratkan kedua tangannya hingga memerah dan itu tak luput dari semua orang.
Ya semuanya, termasuk keluarga nya sendiri.
" Putriku...". Ingin sekali Mathew merengkuh tubuh mungil putrinya kedalam dekapannya.
Menyalurkan rasa nyaman di sana tapi ia tahu bahwa itu tak mungkin...
Sloane masih diam ditempat, ia merasa ada sesuatu yang memberontak di dalam dirinya.
Seketika banyak adegan yang bermunculan di pikirannya.
Ingatan-ingatan bermunculan meski tak terlihat jelas.
Ia bisa mendengar suara tangisan dan teriakan rasa sakit.
Ia juga bisa merasakan rasa sakit penuh amarah dan dendam.
Ia tidak tahu perasaan siapa ini sebenarnya, perasaannya atau perasaan pemilik asli.
Semuanya menjadi satu.
Hal itu membuat semua orang yang ada di sekitar merasa khawatir.
" Putri ku...". Panggil Mathew sembari berjalan mendekati Sloane yang terdiam.
Begitu juga dengan kelima putra nya.
Terutama Hideki, pemuda itu langsung menghampiri Sloane.
Ia merasa adiknya sedang mengalami gejolak emosi yang terpendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlahir Kembali Dan Semuanya Telah Berubah
Romance" Di kehidupan selanjutnya, aku benar benar tak ingin mengenal kalian semua."