22 (REVISI)

6K 545 1
                                    

Mereka berbincang dengan akrab apalagi Irene, ia benar-benar menunjukkan kasih sayang nya kepada Sloane.

Pada awalnya mereka sempat terkejut dengan penyakit yang dialami Sloane tetapi mereka langsung merasa marah kepada Mathew dan kelima putra nya itu.

Seandainya Mathew bisa mengikhlaskan semua nya pasti kehidupan Sloane tidak akan menderita seperti ini.

Bahkan para sepupu Sloane ikut merasakan marah bagaimana pun juga Sloane adalah anugrah yang dititipkan Bibi bungsu mereka.

Tetapi ada satu orang yang memandang Sloane dengan benci.

Ia sangat membenci Sloane, entah apa alasannya.

Tapi ada kobaran api marah yang ditunjukkan kepada Sloane.

Tidak ada yang merasakan tatapan itu kecuali para pelayan Sloane dan mungkin Sloane juga.

Bahkan As dan Zero saling memandang, mereka seakan mengerti sesuatu.

......

Setelah acar perbincangan dan makan bersama, Sloane pamit untuk kembali ke kediaman Oxley.

Meski Tuan Tua meminta Sloane untuk menginap tetap saja Sloane menolaknya.

Ia berjanji akan menginap di lain waktu.

" Nona..."

" Aku tahu Cora."

" Naif..."

" Pemuda itu benar-benar konyol."

" Yah, terlalu naif hingga jatuhnya seperti orang idiot."

" Perkataan anda tetap kejam Nona."

" Tapi memang begitu adanya kan? Terlalu mencintai seseorang tidak akan baik."

Ya, yang selalu ia yakini adalah jangan terlalu mencintai sesuatu karena suatu saat bisa saja itu akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri.

Ia juga masih ingat perkataan orang itu terkahir kali.

" Kau tahu arti cinta sebenarnya?".

" Cinta adalah perasaan yang lahir dari seseorang kepada orang lain dengan sangat tulus dan murni."

" Ya, tapi kau tahu dibalik indahnya cinta tersimpan sejuta kegelapan."

" Em?".

" Cinta yang terlalu besar akan menghasilkan kebencian yang besar pula. Makanya mencintai lah sewajarnya karena bisa jadi orang yang kau cintai akan me jadi musuh mu suatu saat nanti."

" Lalu, apakah kita perlu cinta?".

" Perlu sangat perlu karena sebagai penanda bahwa kita adalah manusia biasa yang tak luput dari setiap dosa yang ada."

Sloane hanya terkekeh kecil tanpa suara.

Cinta? Ia tak lagi merasakan itu, yang ia rasakan sekarang hanya lah kehampaan saja.

Ia hanya ingin bertahan hidup sampai akhir, sederhana bukan?.

" Nona, kita sudah sampai." Ucap Ryuu dari arah luar.

" Em."

Dengan perlahan Sloane turun dari kereta dan masuk kedalam kedai di pinggiran kota.

Ia lantas langsung naik ke lantai 2 di mana orang itu berada.

.......

" Anda yakin Tuan dengan keputusan anda?". Tanya seorang pria berpakaian hitam dengan nada khawatir.

" Aku yakin Jetmir."

" Tapi..."

Srek!!

" Selamat siang, maaf membuat anda menunggu lama Grand Duke Bronislav." Ucap Sloane lembut.

Deg

" Selamat siang juga Lady Oxley, tidak masalah, saya yang terlalu awal datang." Balas Grand Duke Bronislav itu tak kalah lembut.

Kemudian Sloane memberikan kode kepada semua pelayannya untuk meninggalkan ruangan.

Begitu juga dengan Grand Duke Bronislav.

Tinggallah mereka berdua di dalam ruangan.

" Jadi....ada perlu apa Lady Oxley ingin bertemu dengan saya?".

" Jangan terlalu serius Tuan Duke dan panggil saja saya Sloane."

" Ha...ha..ha...jika begitu anda juga harus memanggil saya Altherr."

" Baiklah...Altherr...saya ingin menunjukkan sesuatu kepada anda."

Kemudian Sloane memberikan sebuah kertas gulung kepada Altherr.

Dan...

" Ini...". Ucap Altherr dengan tatapan terkejut.

Sloane hanya tersenyum simpul sembari menyesap teh kesukaannya.

" Bagaimana Altherr? Apa anda ingin berkerja sama dengan saya?".

" Kau...aku yakin Arthur tidak tahu siapa sebenarnya adik perempuannya ini." Ucap Altherr yang tersenyum simpul setelah keterkejutannya.

" Hmm? Itu bukan urusan saya sepertinya."

" Yah, rumor itu benar, anda sudah tidak tertarik lagi untuk menarik kasih sayang keluarga anda."

" Begitu kah?". Tanya Sloane asal dengan menatap lekat Duke muda itu.

" Jadi...apakah anda setuju Altherr?". Tanya Sloane sekali lagi yang tetap masih menatap Altherr.

" Apa yang sebenarnya anda ingin kan Lady?". Tanya Altherr dengan nada tajamnya.

Hilang sudah ekspresi ramah nya, kini terganti dengan ekspresi dingin dan tajam.

" Ha...ha...ha...rumor itu juga benar ya, Tuan Duke yang terkenal manipulatif di usia muda nya." Ucap Sloane tanpa merasakan tekanan dari aura yang di keluarkan Altherr.

Aura pekat ini bukan masalah untuknya bahkan mayat yang dikumpulkan Duke muda di hadapannya ini tidak seberapa dengan mayat yang ia kumpulkan.

" Jadi...bagaimana Duke?". Tanya Sloane sekali lagi, kali ini ia bahkan menekan aura Altherr.

Terlahir Kembali Dan Semuanya Telah BerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang