34. Glimpse of Us

1.7K 334 22
                                    

Thomas Satya duduk di tepi ranjang sambil memangku Macbook di pahanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thomas Satya duduk di tepi ranjang sambil memangku Macbook di pahanya. Dalam layar terpampang foto-foto kebersamaan dengan Kiara Klein yang ia simpan dalam archived Instagram.

Semasa berpacaran, bisa dibilang Thomas sangat bucin pada sang kekasih. Semua aktivitas mereka terekam baik dalam bentuk foto dan video. Saat akhirnya hubungan keduanya kandas, pemuda itu mengkhianati dirinya yang hanya meng-archive semua memori indah tersebut dari laman media sosial alih-alih menghapusnya.

Tampaknya Kiara juga masih menyimpan semua kenangan semasa berpacaran di archived Instagram. Itulah kemungkinan paling masuk akal di pikiran Thomas terkait foto-foto mereka yang bisa terkolase dalam sebuah video dan diunggah di story.

Siapa pun pemegang akun mendiang Kiara saat ini, dia pasti bukan orang sembarangan. Saat masih berpacaran, Kiara menjaga sekali privasi di ponsel. Jadi tak mungkin password Instagram-nya sedemikian mudah diberikan pada orang lain.

"Kita boleh statusnya pacaran, tapi ada batas-batas sederhana yang perlu dibiarkan jadi hak pribadi. Contohnya ponsel, aku nggak akan senorak itu buat ngepoin apa isi di ponsel kamu. Aku cukup yakin kalau kita bisa jujur satu sama lain," kata Kiara pada saat membahas rules dalam berpacaran.

Mengingat perkataan tersebut, Thomas benar-benar dibuat pusing. Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, pikiran pemuda itu mengembara mengenai siapa pengendali akun Kiara tanpa izin. Apakah hacker, atau... orang-orang yang mengenal dekat selain dirinya? Apakah itu Oskar? Ariana? Kedua orangtua Kiara? Tapi untuk apa mereka melakukannya?

Thomas menutup Macbook-nya, menaruhnya sembarangan, lantas berdiri menatap pemandangan di luar jendela. Kilasan-kilasan memori bersama Kiara pun berkejaran, saling tumpang tindih. Namun semua itu buyar saat ponselnya berbunyi. Sekali lagi pemuda itu bingung menaruh alat komunikasi itu di mana. Setelah mencari di sana sini, akhirnya ia temukan benda pipih itu berada di dalam tas ransel kuliahnya.

Begitu melihat nama Faye terpampang, Thomas langsung menyentuh tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke daun telinga. "Ya, Fay?" tanyanya.

"Lo masih inget kan malam pesta perpisahan SMP yang gue datangin?" tanya Faye tanpa perlu berbasa-basi.

Alis Thomas sempat mengerut sebentar sebelum mengiyakan. "Kenapa emangnya?"

"Lo ingat kita pernah debat soal siapa yang antar gue balik dalam kondisi tipsy. Gue ngotot bilang diantar Drey karena dia orang pertama yang gue lihat pas ngebuka mata. Tapi Mom pernah bilang..."

Sebelum Faye menyelesaikan kalimatnya, Thomas memotong dengan yakin siapa nama yang harus ia sebut. Meski saat kejadian dirinya sudah di Australia, namun ia dan Bianca Satya pernah membahasnya. "Ariana. Mom pernah jelasin juga ke gue kalau Ari yang anterin lo pulang. Itu juga yang bikin Benji nggak jadi ngamuk karena tahu lo balik sama dia," ucap Thomas.

"Tapi kalau emang Ari yang anterin gue, kenapa Drey bisa ada di kamar gue pagi itu?" suara Faye terdengar frustasi.

"Emang kenapa sih? Ngapain lo bahas itu sekarang?" tanya Thomas.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang