40. Wake Me Up When Dreams End

1.2K 268 22
                                    

Sreeek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sreeek....

Suara tirai terbuka disusul menyusupnya silau sinar mentari ke dalam kamar membuat Faye terbangun dari tidur. Bianca yang tak menyangka kegiatannya mengganggu istirahat sang anak hendak kembali menutup tirai. Namun, larangan Faye membuat wanita berambut cokelat itu mengurungkan niat.

Sorry for waking you up, Sweetie,” kata Bianca begitu duduk di sisi ranjang.

It’s okay, Mom,” balas Faye seraya mengubah posisi badannya dari tiduran menjadi sandaran di headboard.

Are you feeling any better?” tanya Bianca dengan raut khawatir. Pertanyaan itu diiringi sentuhan punggung tangan ke kening Faye untuk mengecek suhu tubuh. Begitu mendapati tidak sepanas semalam, wanita itu pun mengembuskan napas penuh kelegaan.

I think I feel better,” balas Faye sembari menyunggingkan senyum.

Semalam, sesaat setelah sampai di rumah, Faye yang merasa badannya begitu lengkat dan lelah memutuskan untuk berendam dengan air suam-suam kuku. Tak lama setelahnya, ia mengeluhkan pusing dan meriang pada Benjamin. Begitu dicek dengan termometer, suhu badannya mencapai 38 derajat celcius!

Didera kepanikan, Benjamin meminta dokter langganan keluarga untuk lekas datang memeriksa kondisi Faye. Usai diperiksa dan meminum obat pemberian dokter, Faye pun tertidur pulas. Lantaran khawatir, Bianca dengan penuh sayang menjaga putrinya sambil sesekali mengganti kompres.

Di tengah keheningan malam Bianca dibuat hampir terjungkal dari duduknya saat mendengar Faye berteriak-teriak memanggil nama Ariana dengan mata terpejam. Karena anaknya itu sedang bermimpi buruk, Bianca terpaksa membangunkan supaya terjaga.

Tidak berapa lama setelah meminum air putih, Faye kembali memejamkan mata. Sebelum itu ia berdoa supaya tidak melihat Ari dengan kondisi penuh darah lagi di dalam mimpi. Doanya pun dikabulkan. Karena tahu-tahu terbangun dengan sinar matahari menerpa wajahnya.

“Ariana is a good girl. I’m so sorry for your loss,” kata Bianca sambil mengusap-usap rambut Faye. Mendapat perhatian seperti itu, Faye pun memeluk ibunya itu dengan sangat erat. Pelukan ini sering keduanya lakukan untuk berbagi entah itu rasa sedih, takut, khawatir, bahkan bahagia. Keduanya mempercayai bila pelukan memiliki fungsi lebih daripada yang orang kebanyakan tahu.

Saat sedang asyik berpelukan, ponsel Bianca yang diletakkan di nakas berbunyi. Wanita itu langsung mengurai pelukan untuk mengetahui siapa yang menghubungi. Begitu melihat nama yang tertera di layar, ia langsung menyodorkan benda pipih itu kepada Faye.

Who’s calling?” tanya Faye dengan raut muka enggan. Wajar ekspresi itu muncul karena sejak semalam ia sengaja menonaktifkan ponselnya lalu dimasukkan ke laci meja belajar. Ia sering melakukan itu bila sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Gadis itu tidak peduli bila ada yang kelabakan mencarinya. Thomas dan Drey lah yang sering dibuat kesal karena kebiasaan tersebut.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang