46. No Tears Left to Cry

1.1K 260 33
                                    

Siswa siswi penghuni Araminta International School kembali bersekolah setelah dua hari diliburkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siswa siswi penghuni Araminta International School kembali bersekolah setelah dua hari diliburkan. Perubahan suasana langsung terasa dari halaman depan gedung sekolah nan megah itu. Biasanya hilir mudik mobil mewah hanya diisi para murid di kursi penumpang. Namun kali ini didampingi oleh orangtua entah ayah atau ibunya saja, atau malah dua-duanya. Tatapan orangtua tersebut tidak luput dari sorot khawatir ketika jam pulang sekolah sang anak hanya tinggal nama.

Mr. Rudi dan Ms. Clarissa yang diminta berjaga di pintu masuk lorong utama tak henti mengulas senyum sambil memberi pengertian bahwa tidak ada sesuatu buruk akan terjadi. Meski dalam hati kecil mereka sebenarnya juga tidak yakin. Namun sebagai tenaga pendidik, tugas mereka hanyalah meyakinkan.

Berbanding terbalik dengan murid-murid lain, Tea datang seorang diri mengendarai motor matic-nya. Gadis itu tidak punya pilihan lain meski sejak semalam ayahnya sudah memberi nasehat untuk berhati-hati. Bahkan, ibunya sampai sengaja membeli sepuluh pepper spray di online shop untuk persediaan anaknya. Maka di antara laptop dan buku, dalam tas Tea terselip satu botol kecil warna abu yang bisa disemprotkan sewaktu-waktu.

Saat menginjakkan kaki di muka kelas, betapa terkejutnya Tea mendapati Magda sudah duduk sambil memakan salad. Walau sedang mengunyah, namun ekspresi gadis itu sungguh murung. Besar kemungkinan karena efek sikap dingin yang diberikan Keenan padanya masih membekas.

“Tumben lo datang ke sekolahnya lebih cepat dari gue?” tanya Tea begitu duduk di kursinya yang ada di sebelah Magda.

Magda menarik dan mengembuskan napas perlahan sebelum kemudian menjawab. “Gue lagi males di rumah. Nggak tahu kenapa dari kemarin Nyokap uring-uringan terus.”

Pada dasarnya Tea merupakan sosok pemerhati. Tak heran bila ia bisa cepat tanggap ketika berada di satu situasi. Seperti saat ini, melihat wajah Magda begitu mendung, gadis berkuncir kuda itu ingin melakukan sesuatu supaya teman barunya bisa sedikit relaks. Mengutip dari sebuah artikel, ada banyak cara mengatasi cewek yang bad mood salah satunya dengan memintanya menceritakan masalah. Tea lantas mencoba membuat Magda terbuka dengan cara itu.

“Kalau ada yang mau diceritain gue mau lho dengerin,” tawar Tea.

Magda tersenyum mendengar tawaran yang tak akan ia dengan dua kali dari seorang Tea itu. “Well, gue mikirin ini sejak semalam sebenarnya. Dan gue udah sampai pada satu kesimpulan.”

Ucapan Magda yang sengaja dibuat menggantung memantik rasa penasaran Tea. “Kesimpulan apa?”

“Gue mau nyerah sama Keenan, Te. Gue ngerasa capek sama semua ini, terutama sama sikap dinginnya dia. Lo tahu sendiri lah gimana tanpa perlu gue ceritain,” jawab Magda dengan tatapan menerawang ke arah langit-langit kelas.

“Oke,” respons Tea pendek.

Mendengar reaksi seperti itu Magda jelas tidak terima. “Oke doang?” tanyanya.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang