39. Jumping-off Ground

1.4K 267 6
                                    

Kiara Klein memindai bangunan di depannya dengan takjub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kiara Klein memindai bangunan di depannya dengan takjub. Selama ini ia hanya bisa membaca dan mendengar nama Araminta International School yang kesohor lewat situs berita atau obrolan para orangtua di sekitarnya. Namun sekarang, gadis itu bisa menginjakkan kakinya secara langsung di halaman depan sekolah elit tersebut. Melihat dari dekat begini, bulu kuduknya seketika meremang tatkala menyadari betapa megahnya Araminta.

Setelah puas memandang, Kiara melangkahkan kakinya masuk ke bagian dalam dengan terlebih dulu melewati lorong gedung utama. Lantaran berjalan seorang diri, bunyi ketukan sepatu Mary Jane-nya terdengar nyaring. Begitu sampai di ujung lorong yang terbelah menjadi dua jalur, barulah gadis itu bisa melihat bagian dalam gedung lebih luas lagi.

Kiara merasa bukan hal anomali apabila Araminta kemudian menjadi tempat berkumpulnya anak-anak kaya dari kalangan signifikan di negeri ini. Semua terasa beralasan setelah melihat fasilitas yang ditawarkan serta betapa selekifnya pihak sekolah memilih murid untuk menuntut ilmu di dalamnya.

Seketika terngiang-ngiang apa yang pernah dilisankan Thomas pada Kiara saat mereka berdua masih berstatus pacaran. Pemuda itu mengungkap meski sekilas terlihat seperti kehidupan sekolah pada umumnya, Araminta diisi oleh anak-anak ambisius yang ke datang hanya untuk mendapatkan nilai. Setiap harinya terjadi kompetisi tak kasat mata. Hal tersebut membuat Thomas terkadang begitu lelah sehingga menjadikan basket sebagai pelarian dikala otak berasap karena diisi oleh materi-materi pelajaran.

"Jadi kalau boleh memilih, kamu sebenernya nggak mau sekolah di sini?" Kiara berasumsi setelah mendengar penuturan Thomas.

"Nggak gitu juga, sayang. I love being here. Cuma nggak ngira aja kalau kehidupan remajaku bakal seserius ini," tanggap Thomas.

"Kira-kira aku bisa masuk Araminta nggak ya?" tanya Kiara dengan mata mengarah ke logo sekolah yang tersemat di seragam Thomas.

"Kamu pasti bisa. Pacar aku kan pinter banget. Pacar siapa dulu dong," balas Thomas sambil mengacak-acak poni Kiara.

Cih! Kiara mendecih saat pikirannya memutar memori kebersamaan dengan Thomas. Meski sebal, menyeruaknya kenangan secara tiba-tiba disyukuri oleh gadis itu karena mengingatkan tujuannya semula berada di sekolah ini.

Langsung saja Kiara melanjutkan langkah. Sambil mengingat arahan petugas yang menjaga pintu gerbang sekolah tadi begitu tahu keperluannya berkunjung. Saat baru sampai di lantai dua, pandangan gadis itu tanpa sengaja tertuju pada sesosok wanita berwajah tegas tengah menangis. Merasa tak tega melihat pemandangan tersebut, Kiara mendekati wanita itu lalu begitu saja menyodorkan sapu tangan dari dalam tasnya.

Wanita tersebut dibuat gelagapan karena ketahuan menangis. Tanpa mengindahkan sapu tangan yang disodorkan, ia menghapus air mata menetes dengan ujung jemari yang malah membuat eyeliner-nya mengotori area sekitar mata dan pipi.

"Maaf, tapi eyeliner-nya jadi ke mana-mana," Kiara memberitahu.

Sadar tindakan bodohnya, wanita tersebut mengambil sapu tangan yang masih tersodor dengan gerakan canggung, lantas membersihkan noda di area mata dan pipinya. Sembari itu ia menatap Kiara yang menyembunyikan seragam Adyatama di balik overcoat Zara warna biru muda dengan pandangan menyelidik dari atas ke bawah. "Kamu siapa?" tanya wanita itu.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang