Arabella Salim menghentikan laju sedan putih yang dia kendarai di depan lobi hotel bintang lima. Setelah merapikan sedikit rambutnya, ia keluar dari mobil dan memberikan kunci pada petugas valet yang siap siaga. Dengan sedikit mengangkat dagu sehingga terkesan angkuh, Arabella melangkah menuju restoran yang terletak di ujung gedung. Ketika berjalan, bunyi gesekan sepatu hak tinggi dengan lantai terdengar begitu nyaring. Membuat petugas dan tamu hotel sekilas mengarahkan pandang padanya.
Begitu sampai di pintu masuk restoran dan menyebutkan nama, Arabella langsung diantar oleh pramusaji menuju area luar. Terlihatlah seorang wanita memakai setelan hitam sedang berdiri sambil merokok. Pandangan wanita tersebut mengarah lurus ke langit pagi yang berwarna biru cerah.
“Selamat pagi, Bu,” sapa Arabella membuat wanita bernama Stevanny Klein itu menoleh. Mereka lalu berjabat tangan.
“Maaf kalau sepagi ini aku sudah menginterupsi waktu kerjamu, Ms. Arabella,” balas Stevanny seraya mengajak tamunya duduk di tempat yang sudah ia reservasi.
Begitu duduk bersisian, Arabella memerhatikan raut muka Stevanny yang terlihat pucat dan lelah. Kehilangan seorang anak, apalagi dengan cara dibunuh, tentu cobaan berat bagi orangtua manapun di dunia ini.
“Bagaimana kabar Oskar, Bu?” Arabella bertanya canggung untuk membuka obrolan. “Menurut saya polisi terlalu gegabah menyimpulkan. Oskar tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Dia sangat menyayangi Kiara,” tambahnya.
“Aku juga berharap polisi salah, walau.... semua bukti mengarah padanya,” jawab Stevanny seraya mematikan bara pada rokoknya yang masih tersisa setengah dengan cara menekan kuat ujung batang ke asbak beling.
“Jadi, apa yang Ibu perlukan? Jika butuh bantuan, saya dan sekolah siap membantu,” ucap Arabella.
“Aku tahu kondisi sekolah menjadi tidak kondusif karena kejadian ini. Aku juga mendengar kabar bahwa beberapa donatur berniat menghentikan pendanaan pada Araminta. Maka dari itu, bicaralah pada media bahwa kalian telah mengeluarkan Oskar. Soal pendanaan, aku akan tetap mengalirkannya menggunakan rekening Agie,” jelas Stevanny.
“Agie? Apakah maksudnya Agustina Tjokro ibu dari Keenan?” tanya Arabella.
“Iya,” sambar Agustina sembari memberikan air kiss pada Stevanny lalu menjabat tangan Arabella, lalu duduk di kursi tersisa. “Maaf, aku terlambat,” imbuhnya.
“Kamu selalu datang terlambat Gie,” balas Stevanny setengah menyindir yang ditanggapi Agustina dengan tawa kecil.
“Jadi, kalian meminta saya berbohong?” Arabella meminta penjelasan.
“Aku tahu para donatur pasti tidak ingin Stevanny terlibat hal apapun lagi yang berkaitan dengan Araminta. Agar hal itu tidak terjadi, dia akan tetap memberikan pendanaan lewat aku. Asal Araminta berjanji mau menerima Oskar kembali bila nanti terbukti tidak bersalah,” terang Agustina.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRICATE
أدب المراهقين[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangan lupa vote dan comment ya! Sekelompok remaja terseret kasus pembunuhan di sekolah Araminta International School. Siapa pelakunya? Highest Rank #1 in Crime Highest Rank #1 in Murder Highest Rank #1 in Teenagers Highest...