Budayakan FOLLOW sebelum membaca, tinggalkan VOTE dan COMMENT sebelum keluar. Thank You :)
Sejak hubungan dengan Aryan Tjokro memburuk, Keenan sebisa mungkin menghindari interaksi sekecil apapun dengan ayahnya selain saat sarapan. Biasanya pemuda itu memilih pulang sekolah sebelum Aryan kembali dari kantor dan menyibukkan diri hingga tidak perlu makan malam bersama-sama.
Namun ketidakberuntungan sedang semangat menyertainya hari ini. Setelah mendapat kabar bahwa One Fine Day ditiadakan, begitu pulang ke rumah, Keenan melihat Aryan duduk di ruang tengah sambil membaca berkas-berkas pekerjaan.
Mengendap-endap, Keenan menuju kamarnya di lantai atas. Namun daya tangkap telinga Aryan bekerja sangat baik sehingga pria itu dengan segera menyadari kehadiran sang anak yang berusaha kabur darinya.
"Pulang ke rumah ada orangtua bukannya disapa, malah bertingkah seperti pencuri. Ayah sama Ibu nggak pernah ngajarin kamu seperti itu Keenan!" Lantang suara Aryan terdengar.
Keenan meringis menyadari kebenaran dalam ucapan Aryan. Namun pemuda itu tidak mau mengakui salah semudah itu. "Keenan nggak tahu Ayah udah pulang," respons Keenan seadanya.
Baru dua langkah berjalan, upaya Keenan untuk kabur tertahan oleh pertanyaan Aryan perihal One Fine Day. Wajar bila pria itu mengetahui perihal tersebut karena sudah mendapat surel dari sekolah. "Bagaimana menurut kamu dengan peniadaan One Fine Day tahun ini? Masih mau sombong dan merasa tidak butuh bantuan Ayah?"
Keenan berbalik badan, lalu menatap sosok Aryan dengan sorot lelah. "Hentikan semua sekarang biar tahu seberapa Keenan butuh figur Ayah. Keenan udah capek, Ayah. Tapi selama Ayah belum berhenti, jangan harap ada respek dari aku!" tegas Keenan dengan suara bergetar. Tanpa mau mendengar apa-apa lagi, pemuda itu berderap menuju kamarnya.
Mendengar perkataan anaknya barusan, Aryan sampai menghentikan aktivitas. Pria itu refleks menoleh ke arah punggung Keenan yang secepat kilat hilang dari pandangan. Mendadak seperti ada rasa lain hinggap di hati tatkala mendapatkan reaksi yang tidak seperti dirinya prediksi.
Sementara itu setelah masuk ke dalam kamarnya, Keenan langsung memorak-porandakan segala yang ada di depan mata sambil berteriak frustrasi. Dimulai dari melempar bantal, guling dan selimut ke arah tembok. Lalu menendang kursi dan menjatuhkan semua yang berada di atas meja belajarnya. Terakhir, dengan kondisi tangan yang belum sepenuhnya pulih, pemuda itu menyasarkan pukulan ke pintu lemari berkali-kali hingga rusak berlubang.
Amarah Keenan mereda saat mendengar teriakan Agustina Tjokro memintanya berhenti. Sambil berurai air mata, wanita tersebut menarik mundur badan sang anak dan memeluknya seerat yang dirinya mampu.
"Sudah Kee, sudah sayang, jangan sakiti dirimu sendiri, jangan rusak badanmu," kata Agustina sambil membelai lembut rambut Keenan.
Mendapat perlakuan seperti itu, tangis Keenan pun tumpah. Mungkin inilah puncak dari semuanya. Setelah apa yang terjadi padanya berbulan-bulan, hari ini menjadi titik jenuh di mana segala kesal, lelah, amarah, bertumpuk menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRICATE
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangan lupa vote dan comment ya! Sekelompok remaja terseret kasus pembunuhan di sekolah Araminta International School. Siapa pelakunya? Highest Rank #1 in Crime Highest Rank #1 in Murder Highest Rank #1 in Teenagers Highest...