43. Obliterate

1.2K 260 35
                                    

Title credit @beautenoires

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Title credit @beautenoires

Perjalanan panjang telah ditempuh Keenan dari Auriga Hills menuju Araminta International School. Selama mengemudi, pemuda itu mencoba tetap tenang dengan mengenyahkan apa yang berlalu lalang di kepalanya. Selama itu pula Faye, Magda dan Tea memilih diam berkubang pikiran masing-masing. Membuat deru halus mesin, detak lampu sein serta suara klakson terdengar lebih nyaring.

Di tengah perjalanan, usai meminta Warno supaya tidak perlu mengekori ke sekolah, Magda mendapat pesan dari Ratih Sukma yang memberi tahu akan pulang larut malam. Karena setelah mengikuti rapat besar antar jajaran sekolah dan donatur, ibunya itu berencana menemui salah satu klien yang menggunakan gaun pernikahan hasil rancangannya.

"Guys, Nyokap gue bilang lagi ada rapat besar di sekolah. Apa oke kalau kita ke sana sekarang?" Beritahu Magda memecah keheningan panjang di dalam mobil itu.

"Bukannya itu bagus? Jadi kita nggak perlu cari alasan. Faye pasti tahu apa yang bakal dia lakukan," kata Keenan sambil melirik Faye yang duduk di sebelahnya.

"Oh oke," sahut Magda pendek. Gadis itu berusaha keras menutupi kecemburuan melihat aksi reaksi Keenan. Ia tahu posisinya sudah kalah telak. Namun ia merasa selalu ada kesempatan selama Faye masih berpacaran dengan Drey.

Begitu sampai di depan gerbang dengan logo huruf A, mobil Keenan diberhentikan oleh seorang petugas keamanan yang membawa metal detector. Petugas berusia setengah baya dengan badan kekar itu biasa dipanggil Pak Ramli oleh penghuni Araminta. Dia merupakan kepala keamanan di sekolah tersebut.

"Siang Pak Ramli," sapa Keenan sambil menurunkan kaca mobil.

"Ada apa kalian ke sekolah saat sedang libur?" tanya Pak Ramli dengan sorot menyelidik pada Keenan, Tea dan Magda. Tiga wajah itu sudah dikenalinya

"Kita baru dari pemakaman Ariana dan aku ada perlu sebentar sama Dad. Bisa kami masuk sebentar Pak? Tenang, aku udah janjian sama Dad kok." Jawab Faye yang langsung membuat raut wajah Pak Ramli berubah. The perks of being principal's daughter.

Tak butuh waktu lama, mobil Keenan sudah terparkir rapi berjajar dengan kendaraan mewah lainnya. Melihat hal tersebut membuat Tea merasa seperti berada di pameran mobil karena ia baru menginjakkan kaki di area parkiran mobil sejak resmi meyandang status sebagai murid beasiswa.

Namun kekaguman Tea menguap tatkala teringat tujuannya datang ke sekolah. "Ngomong-ngomong, kalau gue nggak ikut ke dalam, boleh?" tanya Tea dengan hati-hati

"What the fuck do you mean?" Magda balik bertanya.

"Gue tahu kesannya emang nggak setia kawan, tapi kalau sampai kena masalah, gimana beasiswa gue? Gue cuma pengin lulus, itu aja," jawab Tea dengan mata berkaca-kaca.

Faye mengulurkan tangan memegang pundak kanan Tea. "Gue tahu kita baru kenal, tapi gue janji bakal bantuin lo kalau ada apa-apa. Lo tahu, satu hal yang gue syukuri karena nggak dibolehin sekolah di Araminta adalah kebebasan. Nggak ada tuntutan nilai, prestasi, apalagi kuliah di universitas mana. Fuck all these shit!" janji Faye.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang