37. Anxious

1.4K 318 19
                                    

Faye sedang berjalan menuju mobil sambil menskrol laman Instagram ketika netranya mendapati seseorang telungkup bersimbah darah di lantai parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faye sedang berjalan menuju mobil sambil menskrol laman Instagram ketika netranya mendapati seseorang telungkup bersimbah darah di lantai parkiran. Meski sudah tersamar oleh cairan merah pekat, melihat dari tas serta padu padan busana yang dikenakan, Faye bisa mengenali siapa. Karenanya ia langsung berlari mencari pertolongan.

Kurang dari satu jam kemudian terdengar suara sirene ambulans meraung-raung meninggalkan lokasi parkiran mall Grand Area. Menyisakan tim kepolisian yang masih menyusuri sekitar TKP dan  beberapa wartawan yang sedang menunggu perkembangan terbaru.

Di salah satu mobil polisi yang terparkir, duduklah Faye dengan badan terselimuti kain. Gadis itu tengah menunggu kedatangan Benjamin yang akan menemaninya saat dimintai keterangan sebagai saksi mata.

Tak lama Benyamin pun datang dengan raut muka panik dam napas naik turun tak beraturan. Setelan kerjanya terlihat kusut berantakan. Pria itu sempat bingung mencari di mana Faye sebelum diantar oleh wanita yang memperkenalkan diri sebagai Tyas menuju mobil tempat putrinya duduk.

Faye yang tadinya hanya diam sambil memain-mainkan ujung kain seketika keluar dari dalam mobil. Tanpa menutup pintu, gadis itu berlari menghampiri Benjamin dan langsung memeluk ayahnya. "Dad!"

Benjamin membalas pelukan putrinya dengan erat. "I'm here, Sweetheart. Everything's gonna be alright," katanya menenangkan saat mendengar Faye terisak.

"Pak Benjamin?"

Pelukan Benjamin sedikit mengendur begitu mendengar panggilan bernada ragu dari arah belakang tubuhnya. Pria itu lantas memutar badan dan pandangannya langsung tertuju pada sosok berjaket kulit yang sedang mengelus jambang.

"Ah, Inspektur." Benjamin melepas satu tangannya yang melingkari pundak Faye supaya bisa berjabatan dengan Inspektur Alde.

"Jadi saudari Faika Satya adalah anak Pak Benjamin. Dan korban Ariana Sembrani murid dari sekolah Anda, Araminta International School," kata Inspektur Alde lebih kepada dirinya sendiri. Namun Benjamin yang menganggap sebagai pertanyaan memberikan anggukan mengiyakan.

Setelah Benjamin dan Inspektur Alde berbasa-basi sebentar, Tyas meminta izin memulai tanya jawab dengan Faye. Wanita itu lalu mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab secara pendek-pendek. Tidak banyak yang Faye jelaskan selain fakta bahwa ia datang ke Grand Area untuk belanja pakaian, makan di salah satu kafe, dan mengenal korban sejak duduk di bangku SMP.

Mulanya pihak kepolisian sudah akan memperbolehkan Faye untuk pulang. Namun, mendadak saja Inspektur Alde menahan gadis itu setelah timnya menyerahkan selembar kertas lecek yang sudah ternodai oleh darah. Kertas itu ditemukan di dalam saku celana Ari. Kertas itu adalah bill sebuah kafe yang namanya terucap dari mulut Faye beberapa menit lalu. Kertas berisi transaksi pembayaran yang menunjukkan bahwa Faye dan korban sempat berada di satu tempat yang sama.

"Apakah kamu sempat bertemu dengan Ariana di kafe ini?" tanya Tyas sembari menunjukkan bill pembayaran yang ditaruh dalam plastik.

Faye meneguk ludahnya susah payah. Ia sempat memandang ke arah Benjamin, Inspektur Alde, dan Tyas secara bergantian sebelum mengangguk membenarkan. "Iya, saya bertemu dengan Ari."

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang