chapter six

860 100 0
                                    

Bunga-bunga bermekaran diiringi dengan burung-burung yang bernyanyi dengan indah di taman istana Kerajaan Dagmar. Nanette berjalan perlahan dengan tangannya yang meraih sekuntum mawar hitam yang tertanam di taman itu.

Tak jauh darinya, Theodore terduduk di bangku taman dan tampak tengah memandangi putranya, Sunny sedang bermain dengan riang mengejar kupu-kupu yang saling berterbangan.

"Aku tak tahu keponakanku ternyata anak yang periang." Theodore menoleh saat pria bertopeng itu duduk di sampingnya. Nanette lantas meletakkan sekuntum mawar yang dicabutnya tadi di samping kursi tempatnya duduk seraya kembali berkata "Aku harap putramu hidup dalam damai."

Theodore lantas tertawa kecil. Ia pun berkata "Aku tak tahu apa maksudmu, tapi kuharap juga seperti itu."

"Oh Theodore, kakak iparku," kedua netra hazel Nanette tampak tak beralih dari anak laki-laki yang masih terus berlarian di taman itu. "Aku memiliki tahta yang sebelumnya dimiliki oleh suamimu. Tidakkah kau berfikir kau terlalu munafik jika tak ada sedikitpun keinginan untukmu merebut kembali tahtaku?"

Theodore tersenyum tipis. Ia lalu mengambil sekuntum mawar hitam yang ada di sampingnya itu lalu menghirupnya. "Jadi kau mengancam akan membunuhku dan Sunny jika aku merebut tahta Dagmar darimu? Oh Nanette, tidakkah kau berfikir dosamu sudah terlalu menumpuk? Kau bahkan mengambil apa bukan menjadi hakmu."

"Benarkah?" dari balik topeng peraknya, Nanette mengukir senyuman tipis pada wajahnya. "Kau tahu apa yang kukatakan pada suamiku di malam aku mencekiknya, Theodore? Aku akan membuat Kerajaan Deunia layaknya neraka dan aku akan berkuasa atas neraka yang dibuat oleh diriku sendiri."

Nanette menghela nafasnya sebentar, ia lalu kembali memandangi Sunny yang masih bermain. "Aku mengorbankan nyawa seisi kota Faulkner untuk mendapatkan tahta Kerajaan Deunia, harga yang pantas. Mungkin aku tak akan keberatan jika harus mengorbankan nyawa seorang anak laki-laki dengan orang tuanya untuk mempertahankan tahta Kerajaan Dagmar."

"Oh Nanette," Theodore mengalihkan pandangannya dari wajah Nanette yang tertutupi oleh topeng perak. "Mengapa kau begitu mengerikan? Aku tak akan merebut tahta Dagmar. Mungkin kau tak merasakannya karena kau tak pernah memiliki seorang putra, tapi jika kau berani menyentuh sehelai saja rambut putraku, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."

"Benarkah?" Theodore mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Nanette. "Baiklah, aku tak akan menyentuh putramu jika kau tak menggangguku. Hanya sekedar memberi tahu, aku tak pernah sedikitpun melanggar janjiku, bahkan pada Grand Duke Aethelbald sekalipun."

Ditengah-tengah pembicaraan mereka, seseorang berlari menghampiri Nanette. Jovian, orang itu menunduk sejenak pada Nanette.

"Yang Mulia," Jovian lalu memberikan Nanette sebuket bunga berwarna kuning kejinggaan.

"Kau tahu, Theodore," Nanette menghirup aroma bunga berwarna kuning itu sembari memejamkan kedua matanya. "Bunga Fantasia mampu menghantarkan siapa saja pada kematian. Namun.... bunga Fantasia juga dapat menghantarkanmu pada keabadian, jika kau mengonsumsinya dengan benar."

"Benarkah?" Nanette hanya mengangguk kecil pada Theodore. "Kalau begitu mungkin aku harus memakainya."

"Kau harus mencobanya, Theodore." ucap Nanette seraya ia berdiri. "Dengan begitu aku akan menjadi orang pertama yang melangkahi mayatmu."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Nanette terkekeh. Pria cantik itu lantas berjalan meninggalkan Theodore dengan sebuket bunga Fantasia yang ada di tangannya. Sementara itu di belakangnya Theodore hanya memandangi punggung Nanette yang terbalut oleh jubah putihnya sembari ia mengukirkan sebuah senyuman yang hanya bisa ia mengerti akan maksudnya.

Nanette berjalan kembali memasuki istana. Di belakangnya, Ryce yang tampak sudah menunggunya di pintu masuk lantas berjalan mengekor padanya.

Langkah kaki pria cantik itu tampak tergesa-gesa sampai-sampai Ryce memutuskan untuk tak mengganggunya terlebih dahulu.

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang