Pandangan Nanette terarah pada hamparan langit biru cerah yang sedikit tertutupi oleh awan. Angin bertiup sepoi-sepoi membuat Nanette menara nyaman bersantai di balkon kamarnya ditemani dengan sebotol wine yang baru saja dibuka olehnya.
Nanette kemudian menuangkan wine itu ke dalam gelasnya. Ia menggoyang-goyangkan gelasnya lalu menghirup dalam-dalam aroma wine itu. Ia menyesap wine nya sedikit demi sedikit.
"Kau sedang bersantai?" Nanette merasakan sepasang lengan melingkar pada bahunya. Ia lantas mendongak dan mendapati Ryce yang tengah tersenyum padanya.
"Hari yang tenang, kan." ucap Nanette seraya menyunggingkan senyuman tipisnya pada Ryce.
"Yah," Ryce mengangguk kecil. "Hari yang tenang setelah tadi membereskan kekacauan yang kau buat."
"Oh, Ryce," Nanette terkekeh saat melihat Ryce yang mencebikkan bibirnya. "Ini belum seberapa, Ryce. Hari yang tenang ini hanya datang sekali. Selanjutnya, ada berbagai macam badai yang siap mengguncang kita. Jadi aku ingin menikmati setiap momen kecil dalam hidupku."
"Apa maksudmu, Nanette?" Ryce menatap lekat-lekat kedua manik mata hazel milik Nanette.
"Tak ada yang tahu hari kematian kita, Ryce." ucap Nanette seraya ia mengusap lembut pipi Ryce.
"Nanette," Ryce menatapi wajah Nanette dengan tatapan yang menggambarkan ketidaksukaannya pada ucapan Nanette. "Kau tidak boleh bicara seperti itu. Kau harus hidup lebih lama."
"Ryce, Ryce." Nanette terkekeh. Ia lantas berdiri dan kemudian berkata "Duduklah."
Ryce kemudian duduk di tempat Nanette semula duduk. Setelah Ryce duduk, Nanette kemudian menjatuhkan dirinya ke atas pangkuan Ryce sembari ia mengangkat kedua kakinya dan meletakannya di atas sandaran tangan pada kursinya.
Ryce terkekeh gemas melihat Nanette yang bertingkah manja di hadapannya. Ia mengusap-usap rambut pria cantik itu lalu kemudian bertanya "Kau merindukan Jeconiah?"
Nanette yang mendengar pertanyaan dari Ryce lantas mendongak lalu balik bertanya "Darimana kau tahu?"
Ryce tertawa terbahak-bahak melihat pria cantik yang ada di pangkuannya itu bertanya dengan bibirnya yang mencebik padanya. "Kau selalu manja saat merindukan Jeconiah."
Tak lama kemudian Nanette menunduk. Ia memainkan pakaian yang dikenakan oleh Ryce lalu berkata "Hampir setiap saat aku merindukan Jeconiah."
"Dan kau siap untuk membunuhnya nanti?" Ryce dapat melihat butiran-butiran air mata mulai menetes dari mata Nanette dan mengalir membasahi pakaiannya.
Ryce lantas menghela nafasnya. Ia pun kemudian menangkup kedua pipi Nanette yang terbasahi oleh air matanya sendiri dan dengan lembut Ryce mengusapnya. "Bisakah aku menggantikan posisi Jeconiah dalam hatimu, Nanette?"
"Aku pikir tidak." jawab Nanette sembari ia menggenggam tangan Ryce yang menangkup wajah cantiknya. "Ada sesuatu yang tak kau ketahui."
"Aku mengerti." Ryce tersenyum kecut pada Nanette. "Tapi saat kau membutuhkanku, aku akan selalu ada di sisimu."
"Terimakasih, Ryce." Nanette tersenyum lalu ia mengusap kedua matanya menghapus air mata yang sedari tadi mengalir dan kemudian ia menyembunyikan wajahnya pada dada Ryce.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanficNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...