"Ayah," Jeffrey mengetuk pintu kamar ayahnya itu yang sedang terduduk dengan sebuah buku yang sedang dibaca olehnya.
"Masuklah," pria berambut putih itu mempersilahkan putra sulungnya untuk masuk.
Jeffrey menghampiri ayahnya setelah ia dipersilahkan untuk masuk. Jeffrey kemudian duduk di seberang pria berambut putih itu.
"Bagaimana kabar Nanette?" Jeffrey menggeleng pelan menanggapi pertanyaan dari ayahnya itu.
Dengan wajah tertunduk dan nadanya yang lirih Jeffrey menjawab "Dia mulai menghancurkan barang-barang di istana. Dia juga sering menyakiti makhluk hidup di sekelilingnya. Sejauh ini Nanette belum membahayakan orang-orang di sekitarnya, tapi dia terlalu sering menyakiti dirinya sendiri."
"Benarkah?" pria berambut putih itu tampak memperhatikan Jeffrey dengan seksama.
"Ayah," tampak ada kekhawatiran yang terlihat dari raut wajah Jeffrey. "Apa ayah yakin Nanette tak akan menjadi boomerang bagi kita?"
Pria berambut putih itu menutup bukunya yang dibaca olehnya tadi lalu meletakkannya di atas meja. Lantas ia berkata "Kau tak perlu khawatir, Jeffrey. Nanette sangat berharga bagi kita. Yang harus kau lakukan hanyalah terus mengawasinya. Tapi ingat, dari kejauhan. Jangan sampai Nanette tahu kau mengawasinya."
"Baik, ayah." Jeffrey mengangguk pada ayahnya itu. Ia kemudian beranjak bangun dan menunduk sejenak pada pria berambut putih itu sebelum akhirnya ia berjalan keluar kamar.
Sebelum putra sulungnya itu meninggalkan kamarnya, pria berambut putih itu terlebih dahulu berkata "Sampaikan salamku pada cucuku."
Jeffrey lantas menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik. "Tentu, ayah. Sunny merindukan ayah katanya." Jeffrey tersenyum pada ayahnya lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar.
"Apa yang kau lakukan di dalam?" Jeffrey terkejut saat Theodore sudah berdiri tepat di depan kamar ayahnya itu.
"Aku hanya menyapa ayahku." jawab Jeffrey.
Namun dari raut wajahnya, Theodore tampak sedang buruk suasana hatinya. Dengan matanya yang menyipit, Theodore berkata pada suaminya "Tidakkah kau berhutang penjelasan padaku?"
"Agh," melihat istrinya yang tampak menatapnya dengan sengit, Jeffrey lantas merangkul bahu Theodore dan membawanya jauh dari kamar ayahnya. "Jangan bicarakan itu di depan ayahku."
"Sekarang apa penjelasanmu?" Theodore melipat kedua tangannya di depan dadanya menanti-nanti penjelasan dari suaminya itu. "Jelaskan padaku, kenapa kau menyerahkan tahta Kerajaan Dagmar pada Nanette yang baru saja datang di kehidupan kita? Tahta itu seharusnya menjadi milik Sunny nantinya, bukan Nanette."
"Theodore," Jeffrey menahan rasa gemasnya pada istrinya itu yang sedang merajuk. Menurutnya Theodore sama sekali tak pantas untuk marah. Setiap kali istrinya itu mencoba marah padanya, justru rasanya ia ingin menerkam istrinya itu.
Jeffrey lantas mencubit gemas ujung hidung Theodore lalu ia berkata "Kau nanti akan mendapatkan jawabannya, Theodore."
"Nanti?" Theodore membuang muka dari suaminya itu. "Aku butuh penjelasanmu sekarang, Jeff."
"Maka kau tak akan mendapatkan apa-apa, sayang." ucap Jeffrey seraya menggeleng. Ia lantas menarik tubuh istrinya itu sembari ia berkata "Cobalah untuk sedikit bersabar, Theodore. Kau harus belajar dari Nanette yang menunggu tujuh tahun untuk membalaskan dendamnya, dendam kita."
"Baiklah, aku akan menunggu." setelah sekian lamanya akhirnya Theodore melunak pada suaminya. "Tapi kalau aku tak mendapatkan penjelasan yang masuk akal darimu, aku akan menceraikanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanficNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...