chapter twenty seven

606 69 3
                                    

Lord the Fallenangle, sosok pria berjubah putih itu terduduk dengan pandangannya yang tertuju pada hamparan luas langit di balkon biara. Sesosok peri kecil juga berdiri di sampingnya sambil menggenggam tangannya.

Tak lama kemudian, Marie yang baru saja sampai di lantai atas kemudian berjalan menghampiri Lord the Fallenangle lalu berlutut padanya. "Yang Mulia,"

"Marie!" Lord the Fallenangle lantas menggendong tubuh mungil Thony lalu berbalik. Pria berjubah putih itu lantas berjalan memasuki sebuah ruangan seraya berkata pada Marie "Thank God! Kau cepat sampai. Kemarilah, masakanku sudah menunggu sedari kau pergi tadi."

"Terimakasih, Yang Mulia." Marie mengangguk penuh hormat. Lantas wanita itu berjalan mengikuti Lord the Fallenangle memasuki ruangan itu.

Di dalam ruangan itu, terdapat sebuah meja panjang yang di atasnya telah tersaji berbagai macam hidangan. Mulai dari kue, manisan, daging, puding, dan segalanya ada di atas meja itu.

Lord the Fallenangle kemudian terduduk di kursi utama sedangkan Thony duduk di sisi kirinya dan Marie duduk di sisi kanannya.

Pria berjubah putih itu lantas mengangkat gelas anggurnya dengan anggun layaknya seorang bangsawan seraya berkata "Untuk masa depan kita!"

"Untuk masa depan kita!" Marie dan Thony berseru secara bersamaan sembari mereka mengangkat gelasnya masing-masing.

"Yang Mulia," Lord the Fallenangle yang tengah fokus memotong kuenya itu lantas menoleh saat Marie memanggilnya. "Saya sudah menemui Wilson di istana Kekaisaran Dagmar."

"Bagaimana dengannya?" Lord the Fallenangle tampak tertarik dengan perkataan Marie. Ia menghentikan kegiatannya lalu mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Semuanya akan baik-baik saja, Yang Mulia." jawab Marie dengan tersenyum. "Wilson akan segera menjadi seorang Archduke. Dengan begitu kita bisa dengan mudah mengobrak-abrik sistem pemerintahan Kekaisaran Dagmar."

"Bukan itu maksudku, Marie." pria berjubah putih iru memutar bola matanya dengan malas saat Marie tak menangkap maksud dari pertanyaannya itu. "Bagaimana dengan Jeffrey? Harus kusebut dia Raja atau Kaisar? Ah masa bodoh! Intinya bagaimana ekspresi wajahnya saat Wilson mengatakan Long Live the Emperor padanya?"

"Dia tersenyum." jawab Marie dengan mengangguk, lalu ia kembali menenggak wine nya itu.

"Tersenyum?" Lord the Fallenangle memalingkan wajahnya setelah mendengar jawaban dari Marie. Sudut bibir sebelah kanannya terangkat lalu ia kembali berkata "Aku di sana saat ia berseru Long Live the Queen pada adiknya yang terbaring tak bernyawa di atas tanah. Seharusnya ia sadar bahwa itu hinaan baginya. Mungkin kelak aku harus meneriakinya saat kepalanya terputus dari tubuhnya."

"Yang Mulia benar!" Marie tersenyum. Ia kembali mengangkat gelas anggurnya seraya berseru "Long Live the Emperor!"

"Long Live the Emperor," Lord the Fallenangle bersuara lebih lirih daripada Marie tetapi senyuman pada wajah bagian bawahnya yang tak tertutupi oleh topeng tampak menggambarkan kelicikannya. "And may he burned to the hell, forever."

Ryce baru saja keluar dari kuil setelah semalaman ia berdoa di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ryce baru saja keluar dari kuil setelah semalaman ia berdoa di dalamnya. Ia berjalan keluar dan hendak menuju istana yang letaknya tak jauh dari kuil itu berada.

Namun di tengah perjalanannya, tanpa sengaja kakinya menginjak sebuah benda. Lantas Ryce pun menunduk ke bawah dan melihat sebuah benda berbentuk tabung yang ada di kakinya.

Ruce kemudian mengambil benda tabung itu lalu menggosok permukaannya yang sedikit dikotori oleh debu.

"L?" Ryce tampak penasaran dengan isi dari benda itu. Namun ia mengurungkan niatnya untuk membuka benda itu dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju istana.

Sesampainya pria itu di halaman istana, sosok Jasper yang baru saja keluar dari kapel tertangkap pengelihatannya.

"Paduka Pangeran," Ryce lantas berlari menghampiri Jasper lalu menunduk sejenak padanya.

Jasper yang terkejut saat ia dipanggil oleh Ryce lantas menoleh pada pria yang menunduk padanya itu lalu bertanya "Apa yang membuatmu kemari, Duke Nechten?"

Ah sekedar informasi, gelar kebangsawanan Ryce telah ditingkatkan sejak ia menjadi bagian dari anggota Dewan Bangsawan. Berbeda dengan Dewan Kerajaan yang ada di Kerajaan Dagmar dimana semua orang bisa berpartisipasi di dalamnya, seperti Dewan Kerajaan yang diusulkan oleh Nanette namun tak berhasil, Dewan Bangsawan jauh lebih ketat. Tak sembarang orang bisa menjadi bagian dari anggotanya, hanya orang-orang tertentu dengan gelar kebangsawanan tingkat atas lah yang boleh bergabung dengan Dewan Bangsawan. Itu sebabnya gelar kebangsawanan Ryce ditingkatkan.

"Ini, Yang Mulia." Ryce lantas memberikan benda tabung yang dibawa olehnya itu pada Jasper. "Di sana tertuliskan inisial L. Yang Mulia bisa memeriksanya."

"L?" Jasper yang penasaran dengan ucapan Ryce lantas mencari-cari tulisan yang dimaksud. Setelah ia memutari benda itu, ia pun menemukan inisial L yang dimaksud oleh Ryce.

"Ini maksudmu?" tanya Jasper sembari menunjuk huruf l itu pada Ryce.

"Ya Yang Mulia," Ryce mengangguk. "Yang Mulia bisa memeriksa terlebih dahulu isinya."

Jasper mengangguk mengerti. Lantas ia pun memutar ujung benda tabung itu sebanyak tiga kali putaran sampai akhirnya benda itu terbuka. Sepucuk gulungan surat dengan sebuah ikatan pita berwarna merah gelap menghiasi surat itu.

Kedua netra Jasper kini tertuju pada stempel yang menyegel surat itu. Pada stempel itu juga tercetak inisal yang sama pada tabung yang membungkus surat itu.

Namun tak berlama-lama, Jasper membuka segel itu dan mulai membaca isi dari suratnya. "Kepada Yang Mulia Raja Jeconiah yang terhormat. Dengan senang hati, aku memberitahukan kepada Yang Mulia, bahwa Kerajaan Dagmar akan berada di ambang kehancuran mereka. Aku meminta Yang Mulia untuk menarik mundur semua pasukan yang dikerahkan oleh Yang Mulia dan meninggalkan masalah ini padaku. Lord Lucifer the Fallenangle."

"Lord Lucifer the Fallenangle?" Jasper kini menoleh pada Ryce yang masih berdiri di hadapannya. "The Fallenangle, apakah itu marga atau sebuah gelar? Tapi aku tak pernah mendengar marga the Fallenangle selama aku menjadi Pangeran di sini."

"Lebih tepatnya organisasi, Yang Mulia." jawab Ryce mengkoreksi perkataan Jasper. "The Fallenangle merupakan sebuah organisasi, seperti The Witch. Tetapi berbeda dengan The Witch yang merupakan sebuah organisasi teror penyihir, The Fallenangle merupakan organisasi bawah tanah yang artinya tak banyak orang mengetahui keberadaannya."

"Lalu bagaimana kau mengetahuinya?" kedua netra Jasper yang semula tertuju pada surat itu kini beralih pada Ryce dengan tatapannya yang penuh curiga.

"Tentu saya mengetahuinya, Paduka Pangeran." jawab Ryce dengan tenang. "The Fallenangle memiliki kaitan erat dengan keluarga Celesta, lebih tepatnya pada putri bungsu keluarga Celesta. Saat Mendiang Permaisuri gagal menjadi bagian dari The Witch, ia justru mendirikan organisasi yang jauh lebih berbahaya dari The Witch. Namanya bahkan sangat terkenal di seluruh penjuru Kerajaan Dagmar, berbeda dengan The Witch yang terkenal di Kerajaan Deunia. Hanya saja, tak ada yang mengetahui secara pasti dimana markas mereka."

"Ah baiklah." Jasper mengangguk paham setelah mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Ryce.

Ia kemudian mengacungkan surat itu pada Ryce lalu bertanya "Haruskah aku memberi tahu ayahku, atau tidak?"

"Paduka Pangeran harus," jawab Ryce sembari mengangguk penuh hormat. "Kerajaan Dagmar dalam bahaya jika kita menilik pada surat itu."

To be continued.

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang