chapter twenty nine

601 76 11
                                    

Sesosok pria berjubah putih berdiri memandangi wajahnya yang separuhnya tertutupi oleh topeng putih mengkilap. Kedua sudut bibirnya terangkat dengan matanya yang kini melirik pada gelas anggur yang sedang dipegang olehnya.

"Yang Mulia," seorang wanita membungkuk sejenak pada pria berjubah putih itu. Lalu wanita itu kemudian berjalan menghampirinya sampai kini ia hanya berjarak beberapa langkah saja dengan sosok pria berjubah putih itu. "Kerajaan Atalla kini tengah bersitegang dengan Kerajaan Festus setelah insiden yang menimpa desa Birchland di Kerajaan Atalla, Yang Mulia. Apa langkah selanjutnya yang akan Yang Mulia ambil?"

"Kita tunggu sebentar, Marie." Lord the Fallenangle hanya menatap pantulan wajah Marie tanpa menoleh pada wanita itu. "Kita akan kedatangan tamu."

"Raja dari Kerajaan Deunia?" Marie mencoba menebaknya. Sementara itu Lord the Fallenangle hanya mengangguk.

Ada sedikit keraguan yang terlukiskan pada wajah wanita itu. Lantas Marie pun bertanya "Apa Yang Mulia yakin setelah Pangeran itu menerima surat dari kita mereka akan menemui kita?"

"Mereka sudah tiba, Marie." Lord the Fallenangle mengarahkan wajahnya memandang keluar jendela ruangan itu. "Kau bisa pergi dulu."

"Baik, Yang Mulia." Marie membungkuk sejenak pada Lord the Fallenangle lalu ia berjalan mundur keluar dari ruangan itu.

Setelah Marie keluar, Lord the Fallenangle lantas berjalan dengan anggun menuju kursinya.

Suara ketukan tak lama terdengar dari balik pintu. "Masuklah!" ucap Lord the Fallenangle mempersilahkan pengetuk pintu itu untuk masuk.

Sesosok wanita lain tampak berdiri di ambang pintu. Ia membungkuk sejenak pada Lord the Fallenangle yang terduduk memunggunginya lalu ia berkata "Tamu dari Kerajaan Deunia datang untuk menemui Yang Mulia."

Lord the Fallenangle tak menjawab. Ia hanya mengangkat tangan kanannya sembari mengayunkannya perlahan. Wanita itu pun mengangguk.

Wanita itu kemudian mengisyaratkan tamu-tamunya untuk masuk ke dalam ruangan itu.

"Berlututlah," ucap wanita itu saat mereka berempat sudah berada di dalam ruangan itu.

Jeconiah dan yang lainnya menurut, mereka berlutut pada sosok di seberang sana yang duduk memunggungi mereka.

"Apa yang membuatmu kemari?" dengan suara seraknya, pria berjubah putih itu bertanya pada Jeconiah yang masih setia berlutut padanya.

Jeconiah kemudian berdiri, lalu ia pun menjawab "Lord the—"

"—Yang Mulia!" wanita itu segera membentak memotong perkataan Jeconiah."

"Abigail," pria berjubah putih itu tampak menenangkan wanita itu yang tak lain adalah Abigail. "Jangan terlalu kasar dengan tamu kita."

"Maafkan saya, Yang Mulia." Abigail menunduk, lantas ia pun berjalan mundur keluar dari ruangan itu.

Sosok pria berjubah putih itu lantas membalikkan kursi tempatnya terduduk. Ia berdiri lalu ia melepas topeng yang menutupi separuh dari wajahnya sehingga membuat keempat orang yang ada di seberangnya terbelalak. Dengan senyumannya yang melukiskan kelicikannya, pria itu berkata "Devide et Impera."

Jeconiah berdiri mematung. Ia tak percaya dengan apa yang dilihat olehnya saat ini. Sosok pria berjubah putih itu mulai berjalan menghampirinya.

Ia kemudian berjalan memutari pria yang tengah berdiri dan tak bergerak sedikitpun. Pandangannya menyapu dari ujung rambut Jeconiah hingga ke ujung kakinya. Lantas pria berjubah putih itu mencebikkan bibirnya lalu ia berkata "Ini ekspresi yang kau tunjukkan saat istrimu bangkit dari kematiannya?"

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang