"Yang Mulia," Ryce membungkuk seraya menyerahkan sebuah sapu tangan yang sedari tadi dicari olehnya pada Nanette.
Nanette lantas mengambil sapu tangan itu, lalu ia mulai mengelap bibirnya dengan sapu tangan itu.
"Bagaimana?" tanya Nanette seraya ia menyentuh bibirnya. "Apa masih ada?"
Ryce tak menjawab, ia hanya menggeleng lalu kemudian duduk bersimpuh di hadapan Nanette. Ia mengambil alih sapu tangan yang dipegang oleh Nanette lalu ia mengelapkannya pada sudut bibir Nanette.
"Yang Mulia Ratu baik-baik saja?" tanya Ryce yang menyadari bahwa kulit wajah Nanette begitu pucat.
"Aku baik-baik saja." ucap Nanette sembari ia mengangguk kecil.
Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu kamar Nanette lalu masuk ke dalamnya. Jovian, pria itu membungkuk sejenak pada Nanette lalu ia kemudian berkata "Pangeran Jasper ada di sini, Yang Mulia."
"Jasper?" Nanette tampak terkejut saat mendengar Jasper berada di kerajaannya. "Mau apa dia kemari?"
Nanette lantas berdiri. Namun saat ia hendak berdiri, mendadak kepalanya terasa berputar sehingga akhirnya ia hampir saja terjatuh. Beruntung Ryce yang ada di dekatnya dengan cekatan menangkap tubuh Nanette yang akan terjatuh.
"Yang Mulia benar baik-baik saja?" Ryce tampak khawatir saat Nanette yang berada dalam dekapannya bernafas dengan cepat dan pendek.
"Aku baik-baik saja." jawab Nanette berbohong. Tentu dirinya tak sedang baik-baik saja. Terlebih pria cantik itu sudah kehilangan cukup banyak darah akibat ulahnya sendiri. Namun apa yang bisa Nanette lakukan, hanya itu yang dapat menyalurkan rasa sakit dalam hatinya. "Bawa saja aku menemui Jasper."
"Jovian," sang pemilik nama menoleh pada Ryce yang memanggilnya. "Kau tolong ambilkan kursi roda. Yang Mulia Ratu tak akan kuat berjalan sampai sana." suruh pria itu.
"Baik, Tuan." Jovian menunduk sejenak pada Ryce sebelum akhirnya ia berjalan keluar dari kamar Nanette.
"Yang Mulia," Ryce semakin khawatir saat ia menyentuh kulit pucat Nanette yang terasa sedingin mayat. Saat Ryce meraih tangan kiri Nanette agar pria cantik itu bisa bertumpu pada dirinya, Ryce terkejut melihat bekas luka yang ada di telapak tangan Nanette. "Oh demi Pluto! Apa yang terjadi dengan Yang Mulia?"
Nanette tak menggubris ucapan Ryce. Perlahan-lahan ia kehilangan kesadarannya. Pandangannya juga semakin mengabur seiring berjalannya waktu.
"Yang Mulia?" Ryce mencoba menggoyangkan tubuh mungil Nanette saat tak mendapat jawaban dari pria cantik itu.
"Ah," Nanette mencoba untuk memfokuskan dirinya pada Ryce yang berkata padanya. Ia lantas berkata "Tanganku teriris pisau saat aku memotong apel tadi."
"Benarkah?" Nanette mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Ryce. Sementara itu Ryce tampak meragukannya. Jelas-jelas tadi ia melihat Nanette menyesap darah dari cangkirnya tadi. Namun Ryce memutuskan untuk tidak mempedulikannya, kesehatan Nanette saat ini jauh lebih penting.
Tak berselang lama kemudian, Jovian datang dan memasuki kamar Nanette dengan sebuah kursi roda yang dibawa olehnya.
Ryce lantas menuntun Nanette untuk berjalan dan kemudian mendudukkan tubuh mungil Nanette pada kursi roda.
Di belakang Nanette, Ryce berbisik pada Jovian "Yang Mulia Ratu terlihat sangat pucat. Apa tidak sebaiknya kita membawa Yang Mulia Ratu ke rumah sakit kerajaan?"
"Tidak, Tuan." jawab Jovian dengan nada yang sama lirihnya dengan Ryce. "Yang Mulia Ratu ingin menemui Pangeran Jasper terlebih dahulu."
"Kau yakin?" Jovian mengangguk mantap menanggapi pertanyaan Ryce.
Lantas Ryce mulai mendorong kursi roda Nanette keluar dari kamarnya. Ia berjalan bersama dengan Jovian menyusuri lorong yang sudah diubah dekorasinya oleh Nanette sesaat setelahnya diangkat menjadi Ratu.
Katanya Nanette kurang menyukai dekorasi lama istana Kerajaan Dagmar sehingga ia segera mengubah dekorasi istana Kerajaan yang semula didominasi oleh warna hitam dan merah gelap kini bernuansa putih dengan ukiran-ukiran patung yang menghiasi tiap jengkal dinding lorong istana.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka bertiga akhirnya sampai di ruang tamu istana Kerajaan. Pintu ruang tamu itu dibukakan oleh kedua penjaga yang berdiri di depan pintu.
Jasper yang semula terduduk di atas sofa lantas berdiri dan kemudian berjalan menghampiri Nanette. Ia pun kemudian duduk bersimpuh di depan Nanette.
"Nana kenapa?" Jasper tampak khawatir saat ia menyentuh kulit Nanette yang pucat dan terasa sangat dingin.
"Aku baik-baik saja, Jasper." ucap Nanette menenangkan pria muda yang duduk bersimpuh di hadapannya itu.
Jasper lantas menarik tubuh mungil Nanette dan membawanya ke dalam dekapannya. Nanette dapat merasakan bahunya yang terbasahi oleh air mata Jasper yang mulai menetes. Jasper lantas berkata dengan lirih "Aku tak tahu kalau Yang Mulia Raja ternyata ayahku. Selama ini Katarina menyuruhku untuk mendekatinya, aku tak tahu apa alasannya. Tapi kini aku paham."
Mendengar ucapan Jasper lantas membuat seulas senyuman puas terukirkan pada wajah pucat Nanette. Ia mengusap-usap punggung pria muda itu seraya berkata "Ayahmu telah membuangmu, Jasper. Kau tak diinginkan di sana, bahkan ibumu sekalipun tak menginginkanmu. Tanpa aku, kau tak akan bisa menjadi putera mahkota Kerajaan Deunia."
Isak tangis Jasper mulai terdengar di telinga Nanette. Nanette lantas kembali berkata "Tinggallah di sini sementara waktu. Biarkan aku saja yang merebutkan tahta Kerajaan Deunia untukmu."
Jasper mengangguk perlahan menanggapi ucapan Nanette. Lantas Nanette menoleh pada salah seorang pelayannya lalu ia berkata "Siapkan kamar untuk Jasper. Dia pasti lelah menempuh perjalanan panjang."
"Baik, Yang Mulia." pelayan itu lantas mengajak Jasper untuk keluar dari ruang tamu.
Setelah memastikan Jasper sudah berada jauh darinya, Nanette lantas berkata dengan lirih "Jasper bertindak diluar rencanaku."
"Memang apa yang direncanakan oleh Yang Mulia Ratu?" tanya Ryce yang tampak tak mengerti dengan maksud dari Nanette.
Saat Nanette hendak menjawab, ia tiba-tiba menyadari sesuatu "Tunggu dulu, dimana Irene?"
"Aku di sini." wanita penyihir itu perlahan-lahan muncul dari kabut berwarna hitam yang baru saja muncul di sudut ruangan itu. Irene berjalan menghampiri Nanette yang sedang menatapnya dengan sengit lalu ia berkata "Kau tak perlu mencariku. Aku selalu berada di setiap tempat di dunia ini."
"Kau ingin memamerkan kekuatanmu di depanku, hah?" tanya Nanette dengan ketus pada wanita penyihir itu.
Wanita penyihir itu lantas tertawa lepas mendengar pertanyaan menyindir dari Nanette. Irene pun berkata "Kenapa kau iri, Nanette? Setiap penyihir memiliki kemampuan yang seperti itu. Tapi kau yang bukan penyihir, kau memiliki kemampuan yang lebih mengerikan daripada apa yang penyihir yang bisa lakukan, Nanette. Kau sama manipulatifnya dengan iblis yang menjerat manusia ke dalam dosa."
"Tapi Jasper bertindak diluar rencanaku." ucap Nanette sembari membuang muka. "Aku tak berencana membuat Jasper datang kemari."
"Lalu apa yang sebenarnya kau rencanakan, Nanette?" tanya wanita penyihir itu dengan wajahnya yang datar.
Nanette menghela nafasnya, lalu ia menjawab "Aku ingin membuat Jasper menjadi Raja di Kerajaan Deunia. Dengan emosinya yang belum stabil, dia tak akan mampu mengurus Kerajaan yang diluar kemampuannya. Dengan begitu rakyat Deunia tak akan percaya pada pemerintahan Kerajaan Deunia dan kita dengan mudah memecah belah mereka."
"Hei," Irene duduk bersimpuh di hadapan Nanette lalu ia mengarahkan wajah Nanette sehingga kedua pandang mereka saling bertemu. "Coba pikirkan keuntungannya saat ini. Jika kau benar-benar meracuni pikiran anak itu, ambillah kesempatan itu saat ini. Kau tak perlu ambil pusing dengannya yang bertindak diluar rencanamu. Kau bisa kembalikan dia pada kerajaannya saat dia sudah sepenuhnya di bawah kendalimu."
"Kau benar," Nanette tersenyum licik pada Irene sementara wanita penyihir itu mengangguk kecil. "Aku seharusnya memanfaatkan kesempatan ini."
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanfictionNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...