chapter twelve

641 75 0
                                    

Alunan musik yang dihasilkan dari gramaphone menggema dengan merdu memenuhi ruangan yang didominasi oleh warna putih. Tak hanya itu, rangkaian-rangkaian bunga dari berbagai jenis juga turut menghiasi ruang kamar Nanette.

Harumnya aroma yang dihasilkan dari lilin aromaterapi yang menyala di pinggiran mampu menghipnotis siapa saja yang berada di ruangan itu.

Sementara itu, Nanette berbaring dengan kepalanya bersandar pada bahu Ryce yang sedari tadi setia mengelus-elus surai pirang milik pria cantik itu.

"Kau menyukainya?" pria cantik itu mengangguk saat Ryce bertanya padanya. Lantas Ryce tersenyum lalu kemudian ia mengecup kening Nanette.

"Nanette," sang pemilik nama hanya mendongak menatap wajah Ryce saat ia memanggil namanya. Ryce kemudian berkata padanya "Kau tidak pernah berfikir untuk memiliki selir? Maksudku, aku tahu kau masih mencintai Raja Jeconiah, tapi mungkin dengan kau memiliki selir di sini akan mengurangi rasa kesepianmu."

"Entahlah, Ryce," Nanette tertunduk lesu saat mendengar ucapan Ryce. "Tak ada yang bisa menggantikan Jeconiah dalam hatiku. Bagaimanapun juga dia pria pertama yang berhasil mengambil hatiku. Kau tahu, untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku aku merasa bahagia saat berada di sisinya."

"Kau menjalani hidup yang berat, Nanette." Ryce kembali mengecup kening pria cantik yang ada di dekapannya itu. Sementara itu Nanette melingkarkan lengannya pada pinggang Ryce lalu ia membenamkan wajahnya di dada Ryce.

"Aku ingin tidur sebentar." ucap Nanette sebelum akhirnya ia memejamkan kedua matanya.

Di tempat lain, tepatnya di lorong depan kamar Nanette, Jovian berjalan menuju pintu kamar Nanette yang sedikit terbuka dan saat ia berdiri di depan pintu itu, ia mendapati Nanette sedang tertidur dalam pelukan Ryce.

Ryce yang pandangannya tak sengaja menangkap sosok Jovian yang berdiri di depan pintu lantas meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya mengisyaratkan agar Jovian untuk tidak berisik. "Sshhutt!"

"Jovian masuklah." Nanette yang belum sepenuhnya tertidur menyadari keberadaan Jovian.

"Kukira kau sudah tidur." Nanette menggeleng, lantas ia merubah posisi tubuhnya yang semula berbaring menjadi duduk.

Jovian yang sudah dipersilahkan untuk masuk lantas berjalan memasuki kamar Nanette dan membungkuk sejenak pada Nanette.

"Ada seseorang mencari Yang Mulia." ucap Jovian setelah ia membungkuk pada Nanette.

"Seseorang?" Nanette mencoba mengingat-ingat janji temunya dengan orang lain. "Kukira aku tak memiliki janji dengan siapapun."

Jovian lantas mendekat, ia pun berbisik tepat di samping telinga Nanette "Maggie, Yang Mulia."

"Ough, pria sialan itu!" Nanette yang mengerti maksud dari Jovian lantas mendengus kesal. "Kenapa dia harus datang saat aku sedang istirahat?"

"Ryce, kau tunggu di sini dulu." Nanette lantas beranjak bangun dan kemudian berjalan meninggalkan Ryce di kamarnya sendiri diikuti oleh Jovian yang mengekor di belakangnya.

Nanette terus melangkahkan kakinya hingga ia sampai di taman istana Kerajaan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman itu dan mendapati sesosok pria bertudung hitam sedang berdiri tak jauh darinya. Nanette lantas berjalan menghampiri pria bertudung hitam itu.

"Yang Mulia," pria bertudung hitam itu membungkuk sejenak pada Nanette.

Nanette menghembuskan nafasnya meniup poninya seraya ia menggeleng kecil. Lantas ia berkata "Kita sebaiknya mengganti kodenya. Maggie sudah lama tiada."

"Benarkah, Yang Mulia?" pria bertudung hitam itu menatap wajah Nanette tanpa memperlihatkan wajahnya yang tertutupi oleh tudung.

Sementara itu Nanette memandangnya dengan tatapan yang datar seraya ia berkata "Kau juga ingin kupenggal?"

"Kalau Yang Mulia memenggal kepala saya, Yang Mulia tak akan mendapat informasi dari Kerajaan Deunia lagi." jawab pria bertudung hitam itu seraya mengukirkan senyuman tipis pada bibirnya.

"Oughh, kau benar-benar menyebalkan. Aku pasti akan memenggalmu." Nanette melipat kedua tangannya di depan dadanya. Ia kemudian berkata dengan ketus pada pria itu "Cepatlah! Aku ingin beristirahat."

Lantas pria bertudung hitam itu berjalan beberapa langkah mendekati Nanette lalu ia mendekatkan wajahnya pada telinga Nanette seraya berbisik "Kota Orfias sudah siap, Yang Mulia. Kami menunggu perintah selanjutnya dari Yang Mulia."

"Benarkah?" Nanette mengukirkan senyuman puas pada wajah cantiknya. Pria bertudung hitam itu mengangguk, lantas Nanette pun berkata "Lakukanlah secepatnya. Semakin cepat akan semakin baik."

"Baik, Yang Mulia." pria bertudung hitam itu memundurkan sedikit langkah kakinya lalu ia membungkuk sejenak pada Nanette sebelum akhirnya ia berjalan mundur meninggalkan taman itu.

Nanette memandangi punggung pria bertudung hitam itu yang kian lama kian menjauh. Jovian yang berada di belakangnya lantas memajukan beberapa langkahnya mendekati Nanette.

"Boleh saya bertanya, Yang Mulia?" Nanette hanya mengangguk tanpa ia membalikkan tubuhnya. "Siapa pria itu? Tak mungkin dia Maggie yang sudah lama tiada."

Nanette tersenyum saat mendengar pertanyaan Jovian. Lantas pria cantik itu pun menjawab "Orang dalam. Yang membantuku mendapat informasi dari istana Kerajaan Deunia."

"Orang dalam?" Jovian berusaha memikirkan kemungkinan siapa sekutu Nanette yang dimaksud itu. Satu menit... dua menit... tiga menit... bahkan sampai beberapa menit Jovian tak menemukan jawabannya. Lantas Jovian pun bertanya "Saya tak tahu pasti, Yang Mulia. Bisakah Yang Mulia memberitahu saya lebih spesifik lagi?"

Mendengar ucapan Jovian, Nanette lantas berbalik. Ia menatap tajam wajah Jovian. Namun Jovian memberanikan diri untuk berkata "Saya telah menjadi pengawal yang setia untuk Yang Mulia Ratu sejak Yang Mulia Ratu masih remaja. Setidaknya biarkanlah saya mengetahuinya, Yang Mulia."

"Kau ingat Wilson?" Jovian mengangguk kecil.

"Menurutmu apa yang membuatku memenjarakannya?" kini Jovian menggeleng menanggapi pertanyaan Nanette. Lantas Nanette mulai menjelaskannya pada Jovian. "Ada tiga alasan aku memenjarakannya saat itu. Pertama, untuk menghancurkan Dewan Bangsawan tentunya karena dia adalah anggota Dewan Bangsawan. Kedua, untuk menarik perhatian Yuki Damaresh yang hendak menjadi Menteri karena Yuki Damaresh sudah lama mengincarnya. Dan yang ketiga, kau tak pernah penasaran darimana aku mendapat tandatangan Grand Duke Aethelbald?"

"Jangan-jangan," Jovian kini mulai mengerti dengan maksud dari Nanette.

"Kau benar!" Nanette tersenyum. Lantas ia mengelus rambut pengawal setianya itu seraya ia kembali berkata "Anak pintar! Wilson lah yang mencuri tandatangan Grand Duke Aethelbald, dia juga yang membantuku selama aku berada di istana Kerajaan Deunia."

"Duke Ceolfrith sangat dekat dengan Theophilus," gumam Jovian yang tertunduk.

Jovian lantas melirik pada Nanette. Lalu ia kembali bertanya "Lalu apa yang akan Yang Mulia lakukan dengan kota Orfias?"

"Kau mendengarnya?" Jovian mengangguk.

Nanette tersenyum tipis. Lantas ia berkata pada Jovian "Aku menjanjikan gelar kebangsawanan pada peneliti-peneliti yang tinggal di kota Orfias. Coba tebak apa yang akan aku lakukan selanjutnya?"

"Yang akan Yang Mulia lakukan selanjutnya?" kedua manik mata Jovian mengarah pada awang-awang memikirkan tebakan yang Nanette ajukan padanya.

"Ah!" setelah beberapa saat kemudian Jovian menemukan jawabannya. "Yang Mulia akan mengambil hasil penelitian dan penemuan yang dikerjakan di kota Orfias untuk kepentingan Kerajaan Dagmar."

"Itu salah satunya." Nanette mengangguk membenarkan ucapan Jovian. "Aku mengorbankan kota Faulkner untuk memenangkan peperanganku dengan Dewan Bangsawan. Kini aku harus mengorbankan kota Orfias untuk memenangkan peperanganku dengan Kerajaan Deunia."

"Jadi Yang Mulia akan melenyapkan mereka semua?" Nanette hanya mengukirkan senyuman yang hanya bisa diketahui maksudnya oleh dirinya sendiri tanpa berniat menjawab pertanyaan Jovian

To be continued.

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang