"Ayah?" sudah lima belas menit lamanya Jasper mengetuk pintu kamar Jeconiah namun tak ada sahutan yang terdengar dari dalamnya.
Ryce yang berdiri di belakang Jasper pun merasa cemas dengan Jeconiah yang sudah mengurung diri terlalu lama di kamarnya.
Karena tak ingin menunggu lebih lama lagi, Jasper pun memutar kenop pintu kamar itu tanpa menunggu jawaban dari Jeconiah dan langsung berjalan masuk ke dalamnya.
Di seberang sana, Jeconiah tengah terduduk termenung dengan segelas whiskey yang menemaninya.
Jasper lantas menoleh pada Ryce lalu ia berbisik padanya "Panggil ibuku kemari."
"Baik, Paduka." Ryce mengangguk mengerti, ia lantas menunduk sejenak lalu berjalan mundur meninggalkan Jasper bersama ayahnya.
Jasper pun kemudian berjalan menghampiri Jeconiah setelah Ryce keluar dari kamar itu. Ia duduk di samping Jeconiah yang tampaknya tak menyadari kehadirannya lalu ia menenggak whiskey yang tersisa dalam gelas sampai habis.
"Sudah puas mabuknya?" Jeconiah lantas menoleh saat Jasper meletakkan kembali gelas whiskey itu ke atas meja. Jasper lalu menoleh pada ayahnya itu lalu ia kembali berkata "Mabuk tak akan membuat Nana hidup kembali, ayah. Ayah harus ingat kalau ayah masih memiliki keluarga di sini. Ada ibu, dan juga ada a—"
"—Nanette sudah meramalkan kematiannya sendiri." ucap Jeconiah memotong perkataan Jasper sehingga pria muda itu kini terdiam.
Jasper tampak terkejut sehingga butuh waktu selama beberapa saat sampai akhirnya Jasper kembali berkata "Itu mustahil, ayah. Tak mungkin Nana telah meramalkan sendiri kematiannya."
"Aku mendapat pesan terakhirnya." Jeconiah pun membantah perkataan Jasper. "Kau tak sadar alasan mengapa Nanette menjadikanmu pemimpin Compagnie de Zuid-Deunisch? Itu mungkin wasiatnya, Jasper. Dia sadar kalau waktunya sudah tak lama lagi."
"Tak mungkin," Jasper menggeleng tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya itu. "Kalau Nana sudah tahu akan kematiannya, dia pasti tahu kalau dia akan dibunuh. Kenapa dia berjalan menuju mautnya sendiri?"
"Pertanyaan itulah yang harus kita jawab, Jasper." Jeconiah kini berpaling memandangi hamparan langit biru yang cerah. "Nanette mungkin ingin kita menjawab teka-tekinya. Dan mungkin saja ini dapat menyelamatkan Deunia dari kehancurannya."
"Mungkin," gumam Jasper sembari mengangguk kecil.
"Yang Mulia," setelah beberapa saat akhirnya Ryce datang bersama dengan Katarina. "Yang Mulia Permaisuri ada di sini, seperti perintah Paduka Pangeran."
"Terimakasih, Ryce." pria itu mengangguk penuh hormat pada Jasper.
"Ada apa sebenarnya ini?" Katarina yang sedari tadi berdiri dengan penuh pertanyaan dalam pikirannya pun akhirnya bertanya pada putranya.
"Ini," Jasper mengeluarkan sebuah benda tabung dari balik pakaiannya lalu memberikannya pada Jeconiah. "Bukalah, ayah."
Jeconiah pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Jasper. Setelah membuka penutup tabung itu, ia kemudian mengambil sepucuk surat yang ada di dalamnya lalu mulai membacanya.
"Apa maksudnya ini?" Jeconiah yang sudah selesai membaca isi surat itu tampak kebingungan. "Siapa sebenarnya Lord Lucifer the Fallenangle?"
"Ada beberapa kemungkinan, Yang Mulia." ucap Ryce menjawab Jeconiah. Ryce tampaknya lebih mengetahui tentang The Fallenangle dan seluk-beluknya daripada semua orang yang ada di kamar itu. "Kemungkinan pertama namun juga mustahil, Mendiang Permaisuri yang melahirkan Ratu Nanette, mustahilnya seharusnya di sana tertulis Lady, bukan Lord. Tetapi bisa saja dia ingin memalsukan identitasnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanficNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...