Sinar mentari perlahan menyeruak masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa hitam melalui tirai yang senada dengan nuansa kamar itu. Sesosok pria tampak terlelap dalam tidurnya.
Namun perlahan pria itu membuka matanya akibat seorang pria cantik yang terduduk di sampingnya terdengar tertawa meskipun dengan suara yang lirih.
"Apa yang kau tertawakan?" dengan suaranya yang berat, Jeconiah bertanya pada Nanette.
"Ah," Nanette yang sedang duduk lantas menoleh saat merasakan sebuah lengan kekar melingkar di pinggangnya. "Kau sudah bangun rupanya."
"Kapan kau akan melepaskan ini?" tanya Nanette sembari menunjukkan ikatan pada tangannya.
"Ah ini," Jeconiah meraih kedua tangan Nanette yang terikat. Ia lantas mendudukkan tubuhnya lalu menarik tubuh mungil Nanette ke dalam dekapannya. "Tak akan pernah. Bisa-bisa kau kabur setelah aku melepaskanmu."
"Lagipula aku suka wajahmu yang memerah dengan tanganmu yang terikat selagi aku memasukimu." Jeconiah berbisik tepat di samping telinga Nanette.
"Cabul," seketika wajah Nanette kembali memerah saat mendengar Jeconiah yang berbisik padanya. Sebuah pukulan keras mendarat secara tiba-tiba di perut berotot milik Jeconiah sehingga membuatnya mengaduh kesakitan.
"Tapi kau menyukainya, kan?" lagi-lagi Jeconiah menggoda istrinya itu yang tampak sedang merajuk padanya.
"Oh ayolah, Coco!" Nanette kembali mengeluh pada Jeconiah. "Aku perlu menggunakan kedua tanganku ini untuk beraktivitas. Kau bisa mengikatnya lagi nanti saat kita melakukannya."
"Benarkah?" Nanette tampak mengangguk dalam dekapan Jeconiah. "Baiklah, akan kulepaskan nanti. Tapi dengan satu syarat."
Nanette lantas mendongak menatap wajah Jeconiah dengan penuh pertanyaan. Lantas Jeconiah pun kembali berkata "Katakan apa alasanmu tertawa tadi?"
"Ugh," Nanette menghela nafasnya dengan wajahnya yang tertunduk. "Hanya itu?"
Jeconiah hanya mengangguk kecil setelah Nanette bertanya padanya. Nanette pun kembali berkata "Kau tahu, rasanya lucu saat menyadari situasi kita saat ini. Kedua Kerajaan kita sedang berperang di luar sana. Sedangkan di dalam sini, kita justru berada dalam satu ranjang setelah melalui pergumulan panas tadi malam."
"Jangan terlalu dipikirkan." Jeconiah pun menepuk-nepuk punggung Nanette sembari sesekali mengecupi keningnya. "Kau boleh menganggapku pembohong, tapi kalau aku mengutamakan egoku tanpa mempedulikan nasib Kerajaanku, sejujurnya aku mencintaimu, Nanette."
Nanette tersenyum kecut setelah mendengar ucapan dari suaminya itu. "Kau tahu, aku pun sama. Kita tak lebih dari sepasang manusia yang saling mencintai, hanya saja takdir yang tak merestuinya. Aku tak tahu apa yang semesta rencanakan untuk kita, tapi aku tak yakin kita akan ditakdirkan untuk bersama."
"Itu sebabnya aku menculikmu, Nanette." pria cantik itu dapat mendengar Jeconiah yang sedikit terkekeh dengan dekapannya yang semakin erat.
"Aku bertanya-tanya, kapan semua ini akan berakhir?" Nanette melayangkan pandangannya pada jendela yang masih sedikit tertutupi oleh tirai berwarna hitam.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan setelah semua ini berakhir?" Jeconiah memutarbalikkan pertanyaan Nanette.
Nanette tersenyum tipis, lantas ia menjawab "Setelah semua ini berakhir, aku akan memintamu menikahiku lagi, membangun keluarga kecil bersamamu dan Jasper, mungkin Katarina bisa ikut."
"Ah Katarina," untuk sesaat Jeconiah hampir saja melupakan wanita itu. "Kau tak keberatan dengan Katarina?"
"Untuk apa aku keberatan?" Nanette kembali menoleh pada wajah Jeconiah. "Dia adalah ibu kandung dari Jasper dan Jasper suatu saat nanti pasti akan membutuhkan ibu kandungnya itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanfictionNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...