chapter sixteen

619 78 2
                                    

"Kenapa tidak kita selesaikan masalah ini berdua saja?" Nanette menghunuskan pedangnya pada Jeconiah. Tanpa aba-aba Nanette melayangkan pedangnya dengan cepat ke arah Jeconiah.

Namun Jeconiah yang tak kalah gesitnya menangkis pedang yang hampir saja menebas kakinya. Pria itu berusaha sekuat tenaga menahan tebasan pedang milik Nanette.

Nanette terlihat sangat tenang saat melawan Jeconiah. Ia secara tiba-tiba melepaskan pedangnya yang ditahan oleh Jeconiah sehingga pedang milik pria yang ada di hadapannya itu tergelincir.

Melihat kesempatan itu, Nanette langsung mencoba untuk menusuk tepat pada jantung Jeconiah menggunakan pedangnya. Namun Nanette kalah cepat, Jeconiah langsung menghindari serangannya tetapi ia terjatuh.

Saat Jeconiah terjatuh, Nanette kembali mengayunkan pedangnya menebas kepala Jeconiah. Lagi-lagi gagal, Jeconiah menahannya menggunakan pedang miliknya.

Nanette mengendurkan genggamannya pada pedang miliknya. Ia sesekali melirik ke sekelilingnya mencari-cari keberadaan seseorang.

Pandangan Nanette tertuju pada seekor burung gagak yang tengah terbang melintas di atas mereka. Nanette lantas mengangguk, ia mengangkat kembali pedangnya dan kemudian menebaskannya pada pinggang Jeconiah.

Seperti yang diharapkan, Jeconiah menahan serangan Nanette. Seketika kedua pedang itu terbakar. Lama-kelamaan api merembet sehingga membakar tubuh kedua pria yang tengah bertarung itu. Butuh waktu sampai tiga menit untuk apinya benar-benar padam. Namun saat api itu padam, tak ada sedikitpun yang tersisa dari mereka berdua.

"Ratu mereka menggunakan sihir!" salah satu prajurit dari pasukan Jeconiah berseru. Prajurit itu lantas menghunuskan pedangnya dan dengan lantang ia kembali berseru "Serang mereka!"

Pertumpahan darah tak dapat terhindarkan. Pasukan Jeconiah maju menerjang pasukan Nanette. Tombak-tombak yang semula berdiri tegak kini mengarah ke depan siap menembus perut siapa saja yang ada di depannya. Ditambah lagi, pasukan Jeconiah berjumlah dua kali lipat besarnya daripada pasukan Nanette.

Namun pasukan yang berada di bawah pimpinan Nanette itu sudah mengantisipasi hal itu. Mereka dengan sigap mengeluarkan senapan musket modèle yang dikembangkan dari bekas proyek penemuan kota Orfias.

Satu per satu para pasukan Jeconiah tumbang akibat peluru yang terus menerjang mereka. Tak hanya itu, pasukan kavaleri milik Nanette juga turut maju menyirami lawan mereka dengan minyak lalu membakarnya.

Namun tak berselang lama, pertempuran diantara kedua pasukan itu terhenti saat mereka mendengar suara tiupan pendek sangkakala sebanyak tiga kali dari arah yang berlainan.

Mereka menoleh dan saat mereka menoleh, mereka mendapati pasukan lain sudah bersiap di tempat mereka. Sementara itu di tempat paling depan, sesosok pria berkulit putih pucat berambut yang sama putihnya seperti salju yang mengenakan jubah berwarna biru gelap tampak menunggangi seekor elk.

"Elf," Jovian yang ikut dalam pertempuran itu bergumam saat melihat sosok pria itu.

"Seraang!" pria yang menjadi pemimpin pasukan Elf itu berseru seraya menghunuskan pedangnya. Pasukan yang berada di belakangnya pun menerjang kedua pasukan manusia itu saat pemimpin mereka menghunuskan pedangnya.

Sementara itu di tempat lain, sekelebat api langsung menyambar sesemak rumput yang tumbuh sehingga membakarnya habis.

Perlahan-lahan api itu padam menyisakan dua sosok anak Adam yang saling menatap tajam satu sama lainnya.

Nanette yang menatap tajam wajah Jeconiah dari atas dengan segera menyingkirkan pedang pria itu yang sedari tadi menahan pedangnya sehingga membuat tangan Jeconiah yang sedari tadi menahan pedang miliknya akhirnya jatuh.

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang