"Bagaimana menurutmu?" Jeconiah menatap takjub pada pantulan bayangan tubuh Nanette yang terbalut oleh pakaiannya. Mungkin tak ada yang dapat Jeconiah katakan untuk menggambarkan betapa cantiknya pria itu saat ini.
"Cantik," Nanette sendiri juga tersenyum saat menatap bayangannya sendiri. "Aku suka ini."
"Terlihat cocok untukmu." kini Jeconiah melingkarkan lengannya pada pinggang ramping Nanette sembari menyanggakan wajahnya di atas bahu istrinya itu. "Aku meminta desainer kerajaan yang merancangnya, khusus untukmu."
"Desainer kerajaan?" raut wajah Nanette seketika berubah. "Berapa banyak uang yang kau keluarkan untuk ini?"
"Seribu denar," jawab Jeconiah dengan polosnya pada Nanette.
Sedangkan Nanette langsung melepaskan pelukan Jeconiah di pinggangnya lalu berbalik menatap suaminya itu dengan kesal. "Kerajaanmu sedang berperang, Coco. Bisa-bisanya kau mengeluarkan begitu banyak uang hanya untuk sebuah pakaian ini."
"Nanette," melihat perubahan pada sikap Nanette lantas Jeconiah pun menangkup kedua pipi pria cantik itu. "Kau sudah berjanji untuk tak memikirkan apa yang terjadi di luar sana."
"Aku tahu," saat kedua pandang mereka saling bertemu, Nanette dengan segera memalingkan wajahnya. "Tapi apa kau tahu aku membayar The Witch sebanyak sepuluh denar untuk membuat mereka keluar dari Kerajaan Deunia?"
Jeconiah tampak masih belum mengerti kemana arah pembicaraan mereka. Lalu Nanette kembali berkata "Jika hanya dengan sepuluh denar saja aku bisa membuat The Witch mundur dari semua terornya, bayangkan banyaknya pasukan yang bisa kau rekrut dengan seribu denar yang kau habiskan untuk blouse ini."
"Jadi aku salah ingin menyenangkan hati istriku ini?" ekspresi wajah Jeconiah berubah menjadi lebih murung setelah mendengar ucapan Nanette.
"Kau tak salah, Coco." Nanette yang melihatnya lantas menangkup kedua pipi suaminya itu. Ia mengusak surai hitam milik Jeconiah seraya ia berkata "Aku hanya mengkhawatirkanmu, terlebih setelah aku mendengar kau mengadakan perjanjian dengan Kaisar Daaneesh."
"Kaisar Daaneesh?" ingatan Jeconiah tiba-tiba tertuju pada Sang Kaisar yang masih tinggal di istananya. "Memangnya apa yang kau khawatirkan?"
"Ough sepertinya aku memang harus menjadi Ratu Deunia kembali." Nanette berdecak sebal saat Jeconiah tak mengetahui maksudnya. "Kaisar Daaneesh ingin mengambil keuntungan dari perang yang terjadi diantara Kerajaan Deunia dan Kekaisaran Dagmar, seperti yang kita lakukan pada wilayah-wilayah koloni kita dulu."
"Devide et Impera?" akhirnya Jeconiah paham dengan arah pembicaraan Nanette.
"Kau benar!" ucap Nanette sembari ia mencubit gemas pipi suaminya itu. "Dulu kita memecah belah bangsa-bangsa yang hendak kita taklukan hingga akhirnya mereka saling menghancurkan satu sama lainnya. Kini aku melihat niat Kaisar Daaneesh terselubung dalam bantuannya itu. Namun berbeda dengan kita yang menciptakan konflik, dia melihat peluang di Kerajaan Deunia yang sudah terpojok. Jika Kerajaan Deunia tak mengakui kekuasaan Kekaisaran Dagmar, aku khawatir Kekaisaran Amaya lah yang akan menjajah Kerajaan Deunia."
"Jadi kau ingin aku berlutut padamu?" raut wajah Jeconiah yang datar menatap pada wajah Nanette yang tampak tenang.
"Itu semua terserah padamu." Nanette pun kemudian memundurkan kakinya beberapa langkah. "Jika kau ingin berlutut, maka berlututlah."
"Dengan satu syarat." Nanette tampak tak menanggapi ucapan Jeconiah. Ia menunggu perkataan yang akan keluar lagi dari mulut pria itu. "Jadikan Jasper sebagai putera mahkota Kekaisaranmu itu."
"Aku tak bisa." Nanette langsung menolak mentah-mentah persyaratan yang diajukan oleh Jeconiah. "Aku tak akan pernah menjadikan Jasper sebagai putera mahkota Kekaisaran Dagmar."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanfictionNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...