chapter thirteen

651 80 0
                                    

Pagi yang cerah di istana Kerajaan Deunia. Semua orang beraktifitas seperti biasanya. Para pelayan berlalu lalang dengan setiap kesibukan dari mereka masing-masing. Tak hanya pelayan, Raja mereka pun juga disibukkan oleh pekerjaannya.

Jeconiah berulang kali menghela nafasnya dengan tumpukan berkas yang ada di atas meja di depannya.  Bukan karena dia lelah, tapi karena akhir-akhir ini situasi di Kerajaan Deunia menjadi tidak stabil akibat perang yang terjadi.

Banyak nyawa yang tak berdosa harus dikorbankan, bencana kelaparan melanda seluruh penjuru Kerajaan Deunia, tak hanya itu, bahkan pasukan Kerajaan Dagmar mulai banyak menduduki kota-kota penting di Kerajaan Deunia.

Semua itu membuat Jeconiah frustasi. Pikirannya semakin berkecamuk mengingat tawaran bantuan pasukan untuk Kerajaan Deunia dari Kekaisaran Amaya. Mereka menawarkan bantuan, namun sebagai gantinya Jeconiah harus membayar mereka dengan jumlah yang sangat besar, bahkan Jeconiah sendiri yang merupakan bagian dari keluarga kerajaan belum pernah melihat uang sebanyak itu.

Lima puluh juta denar? Mungkin itu sebuah gudang yang terisi penuh dengan koin-koin emas denarius di dalamnya.

"Jake?" lamunan Jeconiah seketika buyar saat Katarina mengetuk pintu ruang kerjanya dan berjalan masuk ke dalamnya.

Wanita itu berjalan masuk menghampiri Jeconiah dengan membawa sebuah nampan berisi secangkir teh.

Katarina lantas meletakkan cangkir teh itu di atas meja Jeconiah lalu ia berkata "Istirahatlah sebentar, Jake. Kau tak boleh terlalu lelah."

Jeconiah tersenyum pada Permaisurinya itu. Ia kemudian meraih cangkir tehnya dan kemudian mulai menyesapnya.

Kedua mata Katarina menangkap sebuah berkas yang terbuka di atas meja. Ia lantas mengambil berkas itu dan melihat-lihat isi dari berkas itu. "Laporan warga yang hilang?"

Jeconiah menghela nafasnya. Ia pun meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja lalu berkata "Itu terjadi di kota-kota di perbatasan Kerajaan. Mereka yang menolak tunduk pada Nanette hilang begitu saja."

Raut wajah Katarina menjadi lesu saat mendengar perkataan dari Jeconiah. Ia kemudian kembali bertanya "Bagaimana dengan laporan mata-mata kita di Kerajaan Dagmar."

"Kondisi Nanette semakin membaik seiring berjalannya waktu." jawab Jeconiah. "Emosinya sudah kembali stabil tapi tindakannya masih sulit untuk ditebak."

Katarina lantas mengangguk-angguk mengerti. "Tapi, siapa sebenarnya mata-mata kita di Kerajaan Dagmar?"

"Keluarga Kerajaan, mungkin." Katarina membulatkan matanya. Tapi Jeconiah kemudian tertawa melihat ekspresi wajah Katarina yang tampak terkejut. Ia lalu berkata "Aku hanya bercanda. Dia berasal dari kalangan orang biasa. Tak mungkin aku menghasut keluarga kerajaan untuk mengkhianati Kerajaannya sendiri."

"Kecuali Nanette." mereka berdua lantas tertawa secara bersamaan.

Boooom

"Mother of God!" Jeconiah terperanjat ketika mendengar dentuman yang baru saja terjadi dengan sangat keras.

"Jake," kedua manik mata Katarina terarah keluar dari jendela ruang kerja Jeconiah lalu ia menepuk-nepuk pundak Jeconiah.

"Ada asap di sana!" Katarina menunjuk pada kepulan asap yang terletak sangat jauh di luar istana namun masih dapat terlihat dari sana.

"Apa itu?" Jeconiah beranjak bangun dan mendekat pada jendela untuk melihat kepulan asap itu lebih jelas.

Sementara itu jauh di tempat lain, tepatnya di istana Kerajaan Dagmar, Nanette berdiri di atas balkon sembari mengarahkan pandangannya pada kepulan asap yang membumbung tinggi ke angkasa.

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang