Seperti biasanya, Nanette terduduk di balkon kamarnya memandangi sinar matahari yang mulai terbenam di ufuk barat.
Sebilah pisau yang berlumuran darah dengan sebuah cangkir berisikan cairan kental merah kehitaman berada di samping Nanette yang sedari tadi meneteskan darah dari telapak tangannya pada cangkir itu.
Ini sudah kali ketiganya dalam satu hari itu Nanette melukai dirinya sendiri. Menjadi seorang Ratu Kerajaan Dagmar tidak lantas membuat Nanette puas, ia justru semakin merasa kehampaan yang memenuhi dirinya.
Tatapan matanya yang kosong memandangi langit seolah tak terjadi apa-apa pada dirinya. Namun wajahnya yang memucat tak dapat membohongi bahwa Nanette sedang tidak baik-baik saja.
"Yang Mulia?" Nanette segera meminum darah yang ada di cangkirnya itu dan menyembunyikan luka di telapak tangannya di balik pakaiannya saat seorang pria memasuki kamarnya.
Nanette memutar kursinya menghadap pada orang itu. Pria itu menunduk sejenak pada Nanette lalu kemudian bertanya "Apa saya mengganggu waktunya, Yang Mulia?"
"Tidak," jawab Nanette. "Ada yang ingin kau sampaikan?"
"Tidak ada, Yang Mulia. Hanya saja saya belum mengucapkan selamat kepada Yang Mulia secara pribadi." pria itu lantas berlutut di hadapan Nanette seraya ia mengulurkan tangannya. "Ryce Nechten."
"Putra Mendiang Viscount Nechten?" Nanette lantas membalas uluran tangan dari pria yang tak lain adalah Ryce.
"Ya, Yang Mulia." Ryce pun mencium punggung tangan Nanette. Namun matanya melirik sekilas pada tangan kiri Nanette yang disembunyikannya di balik pakaiannya.
"Ada sesuatu yang salah?" tanya Nanette saat menyadari Ryce melirik tangan kirinya.
"Tidak, Yang Mulia." Ryce lantas mengalihkan pandangannya dan ia melepas uluran tangan dari Nanette.
"Duduklah di sampingku." ucap Nanette seraya menunjuk pada kursi yang terletak di sampingnya saat ia melihat Ryce yang terduduk bersimpuh di atas lantai.
"Tidak, Yang Mulia." Ryce menggeleng menanggapi ucapan Nanette. "Saya rasa saya tak pantas untuk duduk bersebelahan dengan Yang Mulia Ratu."
Mendengar ucapan dari pria itu lantas membuat Nanette tertawa lepas. Ia pun kemudian berkata "Aku bukan Ratu yang gila hormat. Duduk saja di sana, di lantai dingin."
"Terimakasih, Yang Mulia." Ryce lantas beranjak bangun. Ia menunduk sejenak pada Nanette sebelum akhirnya ia terduduk di kursi yang berada di samping Nanette. "Saya belum pernah bertemu dengan sosok yang seperti Yang Mulia Ratu."
Nanette kembali membalikkan kursinya. Ia kembali menatap langit sore yang cerah. Lantas ia bertanya "Sepertiku seperti apa?"
"Seperti Yang Mulia Ratu," Ryce mengarahkan pandangannya searah dengan pandangan Nanette. "Yang Mulia Ratu bahkan mengizinkan saya untuk duduk di sebelah Yang Mulia."
"Apa istimewanya dari semua itu." Nanette menghela nafasnya panjang. "Aku bahkan tak merasa lebih baik setelah aku menjadi Ratu."
"Saya terlihat meragukan Yang Mulia saat di pertemuan Dewan Kerajaan tadi, ya?" Ryce mengalihkan pandangannya pada wajah Nanette yang masih setia menatap langit. "Saya tak bermaksud demikian."
"Jangan dipikirkan," Nanette tanpa sadar kembali menyesap darah yang tersisa dalam cangkirnya di depan Ryce. "Aku mengerti kau pasti meragukanku karena aku masih menjadi istri sah Raja Kerajaan Deunia."
"Tapi kau tak perlu khawatir." Nanette mengalihkan pandangannya pada Ryce yang masih setia memandangi wajahnya. "Aku akan melayani Kerajaan Dagmar apapun yang terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓
FanficNanette, yang kini telah menjadi Ratu Kerajaan Dagmar menyatakan perang terhadap Kerajaan yang dikuasai oleh Jeconiah, Sang Raja yang masih secara sah menjadi suaminya. Di sisi lain, ada orang yang mengincar tahtanya dalam Kerajaan Dagmar. *caution ...