chapter four

993 116 0
                                    

Satu jam berlalu sejak Katarina berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia terus menerus menggigiti kukunya menyalurkan keresahannya. Wanita itu juga tampak berkali-kali mengecek arloji yang terpasang pada pergelangan tangannya.

Kini Katarina berdiri memunggungi pintu kamarnya. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya dan seseorang terdengar berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Bagaimana kabar Jasper?" tanya Katarina tanpa ia membalikkan tubuhnya. "Sudah ada tanda-tanda dari keberadaannya?"

"Jasper sudah berada di tangan yang tepat, Nyonya Katarina." kedua mata Katarina membulat saat mendengar seseorang yang suaranya tak dikenal olehnya berbicara padanya. "Kau tak perlu khawatir, Nanette akan mengurus Jasper dengan baik."

"Kau," perlahan Katarina membalikkan tubuhnya. Ia melihat seorang wanita yang wajahnya terlihat muda dengan sebuah kotak berwarna hitam yang diikat oleh tali pita berwarna merah gelap di dalam dekapannya. "Kau pasti orang suruhan Nanette. Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

"Irene Celesta," Irene, wanita yang ada di hadapan Katarina itu mengulurkan tangannya dengan tangan kirinya yang setia mendekap kotak hitam itu. "Pelayan kepercayaan Yang Mulia Ratu Nanette Arcangel."

Katarina meneguk kasar ludahnya sendiri saat wanita penyihir yang ada di hadapannya itu mengulurkan tangannya sembari menyeringai padanya. Bagaimana bisa saat ini ia berhadapan dengan seorang penyihir yang berusia ratusan tahun yang memiliki reputasi menyeramkan di Kerajaan Deunia, bahkan Benua Barat. Namun Katarina tetap mencoba untuk tenang, bagaimanapun juga saat ini dia adalah Permaisuri di Kerajaan kekasihnya sendiri.

Yap, kekasihnya. Meskipun sejak awal Katarina menjadi selir Sang Raja bukan berarti ia juga dinikahi oleh Sang Raja seperti Nanette. Bahkan setelah Katarina sudah diangkat menjadi Permaisuri pun tak merubah hubungannya dengan Jeconiah sebagai suami-istri karena Jeconiah belum secara resmi bercerai dengan Nanette.

Merasa Katarina tak akan membalas uluran tangannya, Irene lantas menarik kembali tangannya. Ia kemudian memberikan kotak hitam yang dibawa olehnya itu seraya ia berkata "Ucapan selamat dari Yang Mulia Ratu atas pengangkatanmu sebagai Permaisuri."

"Nanette?" Katarina terheran saat menerima kotak hitam itu. "Tumben sekali dia mengirimiku hadiah."

Saat Katarina menerima kotak hitam itu, kotak itu terasa berat. Mungkinkah itu sekotak penuh permata seperti yang pernah Nanette hadiahkan para Kaisar Daneesh di Amaya? Atau mungkin itu bongkahan emas? Rasa penasaran Katarina membuat wanita itu lantas membuka tali pita pengikat kotak itu.

"Kyaaaaaaaa!" Katarina menjerit sejadi-jadinya sembari ia melempar kotak itu saat melihat isinya yang tak lain adalah kepala dari Maggie yang sudah terpenggal.

"Aku benci wanita ini," Irene yang telinganya sakit karena mendengar jeritan dari Katarina lantas menjentikkan jarinya. Seketika kamar yang dipenuhi oleh suara jeritan kini menjadi hening.

"Sudah puas menjeritnya?" tanya Irene saat Katarina berhenti menjerit. Wanita itu tampak kebingungan saat ia tak mendengar sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya.

"Aaa," suara Katarina kembali saat wanita penyihir itu kembali menjentikkan jarinya.

"Sebenarnya Nanette tak mengatakan ini, tapi aku rasa aku harus mengatakannya." Katarina yang semula menatap merinding pada kepala gadis peri itu yang terpenggal kini mengalihkan pandangannya pada Irene yang berbicara padanya. "Jeconiah adalah pria yang sangat dicintai oleh Nanette. Itulah alasan mengapa Nanette mengangkat Jasper sebagai putera mahkota, karena dia ingin kau kelak akan mendampingi Jeconiah saat ia harus pergi dari sisinya. Aku hanya berharap satu hal padamu, jangan kecewakan Nanette. Jangan pernah sekalipun kau berpaling dari Jeconiah."

Setelah berkata seperti itu, perlahan sosok wanita penyihir itu menghilang diikuti kabut hitam yang menyelimutinya.

Sementara itu Katarina merenungi ucapan dari Irene. Ia bergumam "Aku tak tahu apa aku sudah benar atau salah menilai dirimu, Nanette."

"Jasper," pria muda itu menoleh saat Nanette mengetuk pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jasper," pria muda itu menoleh saat Nanette mengetuk pintu kamarnya. "Boleh aku masuk?"

"Masuklah, Nana." Nanette lantas berjalan menghampiri Jasper yang sedang berbaring di ranjangnya setelah pria muda itu mempersilahkannya untuk masuk.

Nanette berjalan dengan membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat secangkir cokelat panas. Ia lantas meletakkan nampan itu di atas nakas dan memberikan cangkir cokelat panas itu pada Jasper. "Rasanya tak jauh berbeda dengan yang ada di cafe waktu itu."

"Terimakasih." Jasper tersenyum seraya ia menerima cangkir cokelat panas pemberian Nanette itu.

Nanette kemudian naik ke atas ranjang itu dan mendudukkan dirinya di sana. "Kau tahu, meminum cokelat dapat meredakan stress. Kupikir kau membutuhkannya saat ini."

"Nana benar." Jasper menghela nafasnya panjang lalu ia mulai menyesap cokelatnya itu. "Aku kecewa saat mengetahui Katarina yang selama ini kukira adalah kakakku ternyata ibu kandungku sendiri. Kudengar ibuku, atau yang sebenarnya nenekku membawaku ke Amaya karena dia tak ingin membebankan Katarina dengan kehadiranku, tapi ternyata aku salah. Katarina membuangku. Aku juga kecewa saat mengetahui ternyata Yang Mulia Raja adalah ayah kandungku, dan Yang Mulia tidak mengetahui keberadaanku sampai Nana menemukanku."

"Aku sama kecewanya dengan kau." Nanette menyandarkan tubuhnya pada ranjang seraya ia mengarahkan pandangannya pada langit-langit kamar. "Aku adalah istrinya yang sah, tapi aku sangat kecewa saat mengetahui Jeconiah memiliki seorang anak diluar pernikahan. Rasanya sakit saat melihat pria kau cintai memiliki anak dari wanita lain yang bahkan tak memiliki hubungan sah dengannya."

"Nana membenciku?" Jasper mengarahkan pandangannya menatap wajah Nanette yang terduduk di sampingnya. "Aku minta maaf kalau aku harus hadir di keluarga kalian."

"Tidak," Nanette menggeleng kecil saat mendengar ucapan penyesalan dari Jasper. "Kau tak salah, Jasper. Dan aku tak sedikitpun pernah membencimu. Justru saat aku bertemu denganmu, aku sadar betapa bahagianya aku memiliki seorang putra."

"Jasper," Nanette beralih pandang pada Jasper yang sedari tadi menatapnya. "Bisakah kau lupakan perasaanmu padaku? Maksudku, aku tahu kau menyukaiku. Tapi aku menyayangimu sebagai putraku, putra Jeconiah juga. Kau mengerti kan?"

Jasper mengangguk perlahan menanggapi ucapan Nanette. "Aku tahu perasaanku ini salah. Perlahan-lahan pasti aku akan menyayangimu, sebagai ibuku, Nana."

"Perasaanmu tak salah, Jasper." Nanette menggeleng kecil seraya tangannya yang bergerak mengusak surai kecoklatan milik Jasper. "Kau hanya salah menempatkannya."

"Augh, ternyata sudah malam." ucap Nanette saat ia melihat pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Habiskan cokelatnya lalu tidurlah. Sweet dreams, my son." Nanette mengusak sekilas pada rambut Jasper lalu mengecup keningnya sebelum akhirnya ia beranjak bangun dan berjalan keluar dari kamar Jasper.

"Ay ay capten!" dari kejauhan Jasper membentuk gerakan hormat menggunakan tangannya pada Nanette.

Sementara itu Nanette menggeleng kecil dan terkekeh melihat tingkah Jasper yang begitu menggemaskan. Ia melambaikan tangannya pada Jasper lalu ia menutup pintu kamarnya.

Tanpa Nanette sadari, seseorang pria tengah memperhatikannya yang berjalan menjauh dari kamar Jasper.

"Kau juga berfikir demikian?" pria itu terkejut saat seorang wanita berdiri tepat di sampingnya. "Nanette berkata dia akan mempengaruhi pikiran anak itu. Tapi kenyataannya Nanette menyayangi anak itu sebagai putra dari pria yang paling dia cintai, bukan dari wanita yang paling dia benci."

To be continued.

LONG LIVE THE QUEEN | NORENMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang