12. Bayi gede

922 98 6
                                    

Raya memasuki kamar tamu yang di tempati oleh Indro.

Memang, semalam Indro menginap dirumahnya itu karena Raya tidak tahu alamat rumah Indro.

Walaupun ia sempat kerumah Indro, tapi ia tidak ingat akan jalan menuju rumah pemuda itu, saat sang supir juga sudah memeriksa kantong celana pemuda itu untuk mencari handphone nya tapi tidak ketemu.

Raya duduk ditepi kasur, ia menatap kearah Indro yang menatap nya juga dengan tatapan memelas.

"Puciiing"adu Indro layak nya anak kecil.

"Ya nama nya juga lu lagi sakit ya pasti pusing lah"balas Raya logis.

"Aaa Indlo ndak cukaaa, pucing banget kepala Indlooo"rengek Indro membuat Raya menggelengkan kepalanya.

Tangan gadis itu terulur untuk memegang kening nya. Memang, kening Indro terasa sangat panas.

"Makan ya, abis itu telfon keluarga lu. Kasian mereka pasti nyariin lu"ujar Raya sembari mengaduk aduk bubur.

"Ga mau"

"Hah ?"

"Ga mau telfon, Papi jahat hiks"adu Indro.

Raya menggigit bibir bawahnya. Uuuhhh kenapa wajah Indro sangat lah menggemaskan ??? Kini wajah nya sudah seperti anak bayi.

Jika saja Indro tidak tengah sakit, sudah dapat dipastikan bahwa ia akan mencubit pipi chubby pemuda itu.

"Tapi kasian Mami Indro, pasti Mami nyariin"

Mendengar penuturan dari Raya membuat tangis Indro semakin menjadi jadi, bahkan pemuda itu sampai menghentakkan kakinya.

"Eh eh napa lu ??? Kesurupan ??? Eh jangan dirumah gua dong"panik Raya.

Bahkan saking panik nya, Raya sampai berlari kearah pintu dan berlindung dari balik pintu.

"Gua ruqyah lu dari sini aja ya ??? Gua ngeri kalau gua ketempelan"

"IIIHHH INDLO GA KESULUPAN HIKS"

"TAPI TINGKAH LU ANEH, BAYI"

"INDLO UDAH GEDE IH"

"Lu mah badan doang gede, tapi tingkah kayak bayi. Udah diem napa gua kan mau nyuapin lu, bagong"

"HUAAA MAMIII INDLO DIKATAIN BAGONG"

Raya menutup telinga nya. Suara tangisan Indro sangat lah kencang dan tentunya itu merusak gendang telinga nya.

Di arah berlawanan, Bunda datang sembari menatap anak gadis nya itu dengan tatapan bingung.

"Raya, kamu kenapa ??? Terus pacar kamu kenapa nangis ??? Kamu juga ga jadi suapin dia ???"

"Iiihhh Bunda, dia bukan pacar Raya. Raya juga ogah punya pacar kayak dia"tolak Raya mentah mentah.

"Dia kayak nya kesurupan deh Bund".

"Astagfirullah Rayaaa, ya kali anak orang kesurupan"

"Yaaa abisan pas aku suruh dia nelfon keluarga nya eh dia malah nangis"

"Yaaa mungkin karena dia kangen sama keluarga nya, lagian juga orang sakit itu sensitif nya jadi tinggi"ujar Bunda.

"Udah sekarang mending kamu sarapan gih kebawah, terus kamu ga usah sekolah dulu deh ya jagain pacar kamu, soal nya Bunda mau ke rs sebentar. Nanti juga Bunda balik lagi"

"Bundaaa, dia bukan pacar Rayaaa"sebal Raya.

"Lagian kenapa harus Raya libur si Bund ???"

"Ga ada yang jagain. Kasian tau. Seenggaknya sampe keluarga nya dateng" Raya dengan ogah ogahan menganggukkan kepalanya.

Antagonis 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang