Hi Jeon : bagian 3

502 86 28
                                    

Bekerja tanpa istirahat rasanya seperti tertimpa beban seberat gunung, seharian ini jungkook terus memanggil jihyo ke ruangannya untuk mengerjakan hal yang sepertinya tidak perlu untuk dilakukan. Jihyo tau jungkook memang sengaja membuatnya bekerja 3X lipat sebagai tindak balas dendam sebab telah membuat lelaki jeon tak sadarkan diri beberapa hari yang lalu. Jika saja tak ada hutang dan biaya hidup yang harus jihyo bayar, demi tuhan ia sudah berhenti hari ini juga dari perusahaan jeon jungkook, tapi sayang keadaan memaksanya untuk tetap bertahan meskipun jiwanya tak ingin lagi pergi ke sana.

Jihyo mendaratkan bokongnya disofa empuk diruang tamu yang cukup luas untuk ia tempati sendiri, menyandarkan punggungnya sambil memijat kepalanya yang sakit sejak tadi siang karena melewatkan jam makan siang. Matanya sangat ingin tertutup tapi jihyo ingat bahwa bahan di dapur habis dan ia harus pergi membelinya sebelum ia lupa lagi sebab terlalu sibuk mencari pundi-pundi uang.

Dengan perasaan lelah jihyo berdiri dari duduknya melangkah tertatih menuju kamar untuk mandi sebelum pergi ke supermarket yang berada tak jauh dari kediamannya. Air shower terasa sangat dingin meskipun jihyo sudah mengaturnya ke suhu hangat, menusuk kulit bagai jarum yang berjatuhan seperti hujan yang turun diluar sana. Suara gemuruh petir bersama kilat yang terus menyambar seakan menjadi pelengkap betapa bencinya jihyo akan hari ini, hidup tenang yang selama ini jihyo impikan tak kunjung datang atau mungkin memang tak akan datang. Mengapa semua hal buruk terjadi dalam hidupku?. Pertanyaan itu terus berputar sepanjang jihyo melakukan ritual mandinya yang memakan waktu 15 menit. Beberapa kali hembusan napas lelah terdengar keluar dari bibir ranum jihyo, kakinya tak cukup kuat untuk terus berdiri menghadapi semua penderitaan ini, belum lagi jungkook yang sepertinya akan membuat ia menderita melalui perintah tak masuk akal yang terus dia layangkan.

Setelah selesai membersihkan diri jihyo memakai hoodie coklat pemberian jaehyun, yang sahabatnya itu berikan sebagai hadiah dihari ulang tahunnya 6 bulan yang lalu. Tak ada yang lebih mengerti jihyo selain jaehyun, mereka bersahabat semenjak duduk di bangku SMA, sering mengerjakan tugas kelompok bersama membuat kedua orang itu menjadi dekat dan akhirnya bersahabat. Jihyo merasa sangat beruntung mengenal jaehyun, tak ada seorang pun pria yang dapat menyaingi kebaikan sahabatnya itu termasuk ayah kandung jihyo sendiri.

Buru-buru jihyo mengambil payung lalu meninggalkan rumah sebelum malam semakin larut, dikawasan ia tinggal rawan terjadi pelecehan seksual jadi selagi masih banyak orang yang berlalu lalang di sana maka jihyo akan tetap aman dari tindak kejahatan yang akan dilakukan para pria berotak mesum yang berkeliaran dikawasan itu. Butuh 5 menit untuk jihyo sampai di supermarket, dengan cepat gadis park itu mendorong troli menuju bahan makanan yang akan ia beli untuk mengisi dapurnya yang kosong.

Selagi jihyo memilik daging mana yang akan ia beli aroma maskulin seorang pria menyapa indra penciumannya, bau itu begitu familiar bahkan sering jihyo hirup seharian ini. Yah, itu adalah aroma tubuh jeon jungkook. Dan benar saja saat mata bulat jihyo melirik ke sisi kanan senyum kelinci pria jeon itu sudah menyapanya lebih dulu.

"Kita bertemu lagi nona park. Kebetulan sekali bukan? ".

Mungkin jungkook merasa senang bertemu dengan jihyo tapi sebaliknya jihyo justru merasa tak senang bertemu dengan jungkook, mengapa ia harus bertemu dengan pria menyebalkan ini sekarang?.

Jihyo tersenyum paksa menanggapi sapaan jungkook. "Tuan jeon sedang ingin membeli apa? " Tanyanya basa basi.

Terdengar jungkook terkekeh sebelum menjawab pertanyaan gadis berhidung mancung itu. "Tadinya aku ingin membeli buah tapi setelah melihatmu memilih daging rasanya aku juga ingin membeli daging".

"Dasar tukang ikut".

Jihyo mengalihkan pandangannya kearah lain sebelum kembali menatap manik kembar jungkook yang memancar begitu gelap.
"Sepertinya saya sudah selesai berbelanja tuan jeon, kalau begitu saya pamit. Selamat malam". Jihyo menunduk sesaat sebelum membalik tubuhnya meninggalkan jungkook. Tapi bukan jeon jungkook namanya kalau tidak membuat emosi jihyo memuncak. Lelaki dengan setelan jas itu mencengkram kuat pergelangan tangan jihyo agar langkah gadis park itu tak semakin menjauh.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang