Hi Jeon : bagian 18

278 52 32
                                    

Harapan jungkook seketika hancur saat menemukan penthouse dengan keadaan sunyi bagai tak berpenghuni, bahkan dihalaman belakangpun ia sama sekali tak bisa menemukan jihyo ataupun sosok orang kepercayaan yang sengaja ia tinggalkan untuk menjaga gadis pemilik rambut panjang yang kini mulai mengacaukan pikirannya kalut.

Jungkook yakin ada yang tak beres disini, sekali lagi ia membawa tungkainya naik kelantai atas menuju kamar jihyo untuk memastikan barang-barang gadis itu masih ada atau sudah hilang dibawa oleh sang pemilik. Dan saat membuka lemari jungkook langsung bernapas lega sebab pakaian jihyo masih tersusun rapi didalam sana, lalu kemana perginya gadis itu sekarang?, apa sedang berjalan-jalan diluar?.

Kepala jungkook seketika menoleh saat pintu kamar mandi dibuka dari dalam, jihyo keluar dari sana dengan sebuah handuk biru yang melilit kuat sebagian lekuk tubuhnya membuat jungkook menelan ludah susah payah.

Jihyo memasang wajah tak suka melihat kehadiran pria itu didalam kamarnya dan langsung mengusir jungkook dari sana.

"Aku ingin berpakaian jadi tolong keluar, tidak sopan melihat seorang wanita telanjang, oh maaf kecuali kau seorang pedofil".

Jihyo harap jungkook tersinggung dengan ucapannya.

Seakan tuli jungkook malah semakin mendekat membuat jihyo meremas sisi handuk waspada. "Hei tuan jeon, jangan macam-macam padaku atau aku akan memukul kepalamu keras sampai kau tak bisa lagi memikirkan hal kotor tentangku".

"Jadi selama ini kau berpikir begitu tentang isi kepalaku jihyo?, rupanya kau punya fantasi liar yang berlebihan tentangku, tapi tak masalah aku suka itu". Jihyo memutar bola mata malas, jungkook sama sekali tak merespon ucapannya serius dan menganggapnya sebagai hiburan kesenangan.

"Sudahlah tuan jeon lebih baik kau keluar, aku ingin memakai pakaian".

"Untuk apa aku harus keluar, ini adalah kediamanku setiap sudut ruang dan kamar adalah milikku. Kau tak punya hak untuk mengusir seorang pemilik dari tempat tinggalnya jihyo" Ucapnya santai lalu duduk dipinggir kasur, mengelus seprei bermotif bunga sakura itu lembut sebelum berakhir merebahkan diri diatasnya.

Dalam hati jihyo sudah mengutuki nama jeon jungkook, dia bisa mati muda jika terus merespon ucapan serta tindakan menyebalkan pria jeon tersebut.

Dengan langkah besar jihyo menuju lemari meraih lembaran pakaian yang akan ia kenakan sebelum sesuatu terasa melingkar pada pinggangnya yang masih terbungkus kain handuk.

"Aku merindukanmu baby" Bisikan itu membuat jihyo langsung merinding, jungkook mencium pipi jihyo sekilas sebelum ikut mencumbu tengkuk gadis itu yang tercium harum karena aroma sabun yang melekat pada tubuh jihyo.

"Lepaskan... " Akal sehat masih memenuhi kinerja kepala jihyo, secara paksa ia melepas pelukan jungkook yang masih ingin lebih lama mendekap pinggangnya nyaman.

Hal itu mengundang tanda tanya untuk pria jeon "kenapa jihyo, apa kau tidak merindukanku? "

Kepala jihyo menggeleng "Tidak, untuk apa aku merindukan orang sialan sepertimu, kau tidak pantas untuk dirindukan" Jawab jihyo tanpa berbalik menatap jungkook.

"Apa maksudmu jihyo?, tidak ingatkah kau rencana kita setelah aku pulang dari busan, kita akan membuat bayi jeon".

"Kau buat saja sendiri, aku tak sudi untuk mengandung anak dari pria sialan yang suka bermain dengan banyak wanita, ck dasar pria brengsek".

Jungkook mengusap wajah kasar, ia menghimpit tubuh jihyo untuk semakin menekan sisi lemari. Jihyo tak suka situasi ini dan ingin segera terbebas dari posisi yang membuat kerja jantungnya seperti akan meledak.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang