Hi Jeon : bagian 20

285 49 6
                                    

Ini adalah awal baru bagi jihyo, statusnya telah berganti menjadi calon istri dari jeon jungkook pemilik perusahan terbesar di korea selatan, jeon fashion. Sebab sebuah kesepakan cincin dengan permata safir indah melingkar erat sebagai pertanda bahwa pernikahannya akan diadakan sebulan lagi. Jungkook setuju akan mengungkap siapa dia yang sebenarnya dengan jihyo yang bersedia menerima lamarannya, bukan karena sebuah obsesi semata tapi cinta begitu kata pria kelahiran 97 yang masih menjadi pusat keraguan hatinya. Sebelum jungkook terbuka seperti sebuah buku tak ada kata percaya yang mampu jihyo berikan, terlalu banyak rumor yang menyebar tentang pria itu hingga membuat keraguan itu bersarang menimbulkan tanda tanya besar. Kepergian jaehyun yang secara tiba-tiba pun pasti ada kaitannya dengan kata kuasa yang jungkook punya.

Dan disinilah ia sekarang disebuah kafe dengan nuansa modern yang didominasi warna biru muda, bersama dengan pengawal baru yang dipekerjakan jungkook semuanya terasa jauh lebih canggung, mungkin jika itu hanbin suasananya tak akan sesenyap ini. Minho begitu nama panggilanya, pria bertubuh tegap dengan rambut yang ditata ke sebelah kanan itu hampir lima belas menit ini hanya menatap ke arah luar jendela dimana ribuan tetes air itu berjatuhan dari atas langit. Tak ada sedikitpun bibir tebal itu bergerak mengeluarkan sebuah kata jika bukan jihyo yang memulai percakapan lebih dulu.

"Sudah berapa lama kau mengenal jungkook?" Meski menjadi pengawal baru jihyo yakin minho sudah mengenal jungkook sejak lama, terlihat dari bagaimana tatapan mereka ketika bertemu di butik tadi.

Sekarang minho memasang wajah datar, seperti tak ada niatan untuk membahas hal apa pun mengenai dia dan jungkook.

"Kenapa bertanya padaku tanyakan langsung pada calon suamimu, dia tau betul sudah berapa lama kami mengenal" Dari cara minho menjawab jihyo semakin yakin bahwa jungkook dan minho punya hubungan yang sangat buruk, mungkin mereka punya dendam satu sama lain atau mungkin hanya pria chou ini saja.

"Ya akan ku tanyakan nanti"

Aroma teh hijau pada cangkir mengundang jihyo untuk menyesapnya meski hanya tertinggal setengah, hampir saja ia mengumpat jika saja tak lupa suaranya bisa terdengar oleh pengunjung kafe yang ramai memenuhi kursi kosong. Hujan masih lebat tak ada kemungkinan untuk segera pergi atau basah akan menjadi resikonya, mobil yang dibawa minho terparkir lumayan jauh dari pintu masuk hingga membutuhkan beberapa langkah untuk bisa sampai dan lagi-lagi basah menjadi resiko yang harus dihadapi. Sudah cukup jihyo mandi dua kali pagi ini, biarkan hujannya sedikit redah lalu ia akan pergi.

Sama seperti beberapa menit lalu minho kembali mengalihkan wajah seperti hal yang ada diluar jendela lebih menarik dari apa yang ada didepannya, jihyo meletakkan cangkir tehnya sebelum kembali mengeluarkan suara.

"Kau suka hujan?".

"Tidak" Jawab minho datar tanpa menoleh pada jihyo yang bertanya.

"Lalu kenapa kau terus menatap keluar jendela, apa ada sesua... "

"Aku tidak suka kau dan duduk berdua bersamamu. Bisakah kau pindah di kursi yang lain?".

Jihyo berdecak kesal.

"Apa seperti ini caramu bersikap pada nona mu, aku bisa memberitahu jungkook untuk memecat mu karena sudah kurang ajar". Jihyo tak bisa lagi meredam emosi yang sejak tadi bersemayam dalam dirinya, ia marah dan tidak suka akan perlakuan minho, tapi bukannya bereaksi seperti yang seharusnya pria pemilik tatto itu hanya melipat kedua tangan didepan dada seakan menantang dan tak peduli.

"Itu bagus, katakan juga pada jungkook bahwa aku mengatai calon istrinya sebagai tukang pengadu"

Brak

Pukulan keras pada meja berhasil menarik atensi seluruh pengunjung kafe untuk melihat kearah kedua orang yang saling melempar tatapan menusuk, jari telunjuk jihyo sudah mengarah pada wajah minho yang memberi senyum remeh tak takut akan ancaman yang akan dikatakan gadis itu setelahnya.

Hi Jeon : You SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang